Rabu, 30 Juli 2014

Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pembelajaran

MAKALAH
STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu : Shidiq Premono, M.Pd

 







Oleh :
Rian Bahar R.                        (11670023)
Dian Lukmana                        (11670035)
Herfira Nur Utami     (11670039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2013/2014



KATA PENGANTAR
                                                                 
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T sebab hanya berkat rahmat–Nya, makalah ini dapat selesai tepat waktu dan dapat di serahkan kepada dosen pembimbing.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan dan memberi  pengetahuan tentang konsep perencanaan pendidikan serta memberi  sedikit penjelasannya. Namun makalah ini masih jauh dari kata–kata sempurna, karena kesempunaan semata hanya  milik Allah SWT kita sebagai manusia hanya berusaha menjadi yang lebih baik. Oleh karna itu kami mengharapkan masukan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk membuat makalah ini jadi lebih baik lagi dari siapapun itu.

                                                                                                           






Yogyakarta, 07 Mei 2014

                                                                                                                          Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam pembukaan UUD 1945 mengamatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang direlaisasikan oleh pembangunan nasional di bidang pendidikan guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkwalitas sesuai dengan tujuan pendidikan yang dihadapkan.
Seluruh upaya dan aktifitas pendidikan, merupakan kegiatan pembelajaran sebagai aktifitas yang utama. Dikatan demikian karena melalui kegiatan pembelajaran itulah tujuan pendidikan akan dapat dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Di dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal (3) dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakulkarimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta tanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan di atas, sangat ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya. Mulyasa (2005) menyatakan unsur-unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yaitu:
1.      Peserta didik, peserta didik sebagai subjek dengan segala karakteristik yang dimilikinya berusaha untuk mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin melalui kegiatan pembelajaran. Berbagai kriteria dan potensi yang ikut memberi pengaruh pada proses dan hasil pembelajaran antara lain: kebiasaan belajar, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan keluarga dan kesehatan.
2.      Tujuan, tujuan adalah suatu yang dituju atau yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan sebagai arahan yang ingin dicapai, tujuan tersebut adalah: adanya perubahan perilaku siswa.
3.      Guru, guru selalu mengusahakan terciptanya situasi dan iklim belajar mengajar yang konduktif sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang konduktif dan yang optimal.


Guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan khusus dalam perencanaan kurikulum dan meningkatkan sumber daya peserta didik yang dihasilkan. Oleh karena itu guru haruslah dapat mengelola pembelajaran dengan baik agar tercipta suasana kelas dan belajar yang efektif dan efisien.

B.     TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1.      Mengetahui aspek-aspek pengelolaan proses pembelajaran, meliputi pengelolaan kelas, peserta didik, proses pembelajaran.
2.      Mengetahui strategi pembelajaran.
3.      Mengetahui sarana dan sumber belajar.
4.      Mengetahui kriteria guru yang kreatif dalam mengelola proses pembelajaran.



BAB II
ISI

A.    ASPEK-ASPEK PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
1.      Pengelolaan Kelas
Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola dengan tepat agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan proses pembelajaran bergantung pada kemampuan, sikap guru terhapat proses pembelajaran, dan hubungan dengan siswa. Berdasarkan hal tersebut, menurut Radno Harsanto (2007) ada empat jenis kelas yang dapat diamati yaitu:
a.       Kelas yang selalu gaduh
Guru di dalam kelas yang selalu gaduh sepanjang hari berusaha menguasai kelas tetaoi tidak berhasil, petunjuk dan ancaman dari guru sering diabaikan, dan hukuman juga tidak efektif.
b.      Kelas yang gaduh, tetapi suasana lebih positif
Kelas seperti ini yaitu kelas dimana guru mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan akademik selalu menyenangkan. Misal dengan adanya permainan, membaca cerita, kegiatan seni dan lain sebagainya di dalam pembelajaran. Akan tetapi jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah, contohnya yaitu peserta didik seakan meremehkan kegiatan kelas dan tidak serius dalam mengerjakan tugas karena menganggap kelasnya sebagai tempat bermain yang menyenangkan.
c.       Kelas yang tenang dan disiplin
Kelas ini tercipta dengan adanya aturan yang ketat oleh guru, sehingga peserta didik merasa tegang dalam pembelajaran. Akan tetap  ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.
d.      Kelas yang berjalan dengan sendirinya
Guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar bukan untuk menegakkan disiplin. Peserta didik mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas atas dasar kemauannya sendiri. Kelas tidaklah terlalu tenang dan tidak ramai, akan tetapi terdapat diskusi-diskusi oleh peserta didik yang masih terkendali.
Dari empat jenis kelas di atas, pastilah setiap guru berkeinginan memiliki kelas yang berjalan dengan sendirinya. Tetapi dalam praktiknya banyak ditemui jenis kelas baik yang selalu gaduh, kelas yang tenang mencekam dan kelas yang kurang kondusif lainnya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat mengelola kelas dengan baik agar pembelajaran efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri (Mulyasa, 2011).
Mulyasa juga menjelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas memilki komponen sebagai berikut:
a.       Penciptaan dan pemeliharan iklim pembelajaran yang optimal
1)      Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memeberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
2)      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
3)      Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
4)      Memberi petunjuk yang jelas.
5)      Memberi teguran secara bijaksana.
6)      Memberi penguatan ketika diperlukan.
b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
1)      Modifikasi perilaku.
·         mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan.
·         meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan.
·         mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.
2)      Pengelolaan kelompok dengan cara (a) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (b) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
3)      Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah
·         mengakui perasaan negatif peserta didik.
·         menyusun kembali program belajar.
·         mengekang secara fisik.
·         mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya.
·         menghilangkan ketegangan dengan humor.


2.      Pengelolaan Peserta Didik
Pengelompokan siswa  tersebut terkadang membawa masalah bagi guru, untuk membantu guru menghadapi masalah tersebut, pollard  dalam  hilda karli (2004) mengkelompokan  kepribadian  siswa dala 5 kelompok  besar  yaitu:
a.       Impulsivity reflexivity
Orang  yang tergesa-gesa  dalam mengerjakan suatu tugas tanpa di pikir dulu .
b.      Extroversion
Orang yang terbuka, ramah  sedang  lawanya adalah introversion  tertutup  dan sangat pribadi  kadang kadag tidak mau bergaul dengan temanya.
c.       Anxiety / adjustment
Anxiety adalah  orang  yang  merasa  kurang dapat bergaul dengan teman teman ya, guru atau tidak dapat menyelesaikan permasalahanya.  Sedangkan adjustment  adalah  merasa dapat bergaul dengan teman-teman ya, guru  atau dapat menyelesaikan permasalahanya
d.      Vacillation / perseverance   
Vacillation adalah orang yang kosentrasinya rendah sering berubah rubah atau cepat mnyerah dalam pekerjaan, sedangkan perseverance  adalah orang yang  kuat dalam  dalam  berkosentrasi dan terfokus  serta pantang menyerah dalam  mnyelesaikan  masalah.
e.       Competitveness / collaborativenness   
Competitveness adalah orang  yang mengukur prestasinya dengan orang llain dan  sukar bekerja sama dengan  orang lain .collaborativeness adalah orang sangat bergantung pada orang lain dan tidak dapat bekerja sendiri.
Dengan banyaknya tipe kepribadian peserta didik, maka dibutuhkan berbagai cara dalam pengelolaannya, menurut Radno Harsanto (2007) diantaranya:
a.       Belajar bersama dalam kelompok
Melalui kegiatan interaksi dan komunikasi, peserta didik menjadi aktif belajar. Kerja sama dalam kelompok diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mencapai kompetensinya. Pembagian kelompok yang efektif yaitu pembagian kelompok yang tidak terlalu besar dan heterogen dalam hal intelektual, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.
b.      Pembinaan peserta didik
Sekolah merupakan unit pendidikan yang ingin mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Sekolah merupakan sarana untuk mendidik peserta didik menjadi  insan yang berpribadi baik, utuh, cerdas dan beriman kepada Tuhan. Dengan demikian sekolah juga menjadi sarana dalam mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, sesama dan lingkungannya.
c.       Mengefektifkan tempat duduk peserta didik
Pengaturan posisi tempat duduk peserta didik sangat berpengaruh pada peserta didik, interaksi antarmereka, dan interaksi dengan guru sehingga memberi dampak dalam proses pembelajaran. Penataan tempat duduk dengan format kolom dan baris (KB) merupakan format yang paling sering dijumpai di kelas. Format KB tersebut memiliki beberapa kekurangan diantaranya, multi-interaksi antar peserta didik kurang dan rentang pandang peserta didik terhadap guru berbeda-beda sehingga perhatian guru terbatas pada peserta didik yang duduk di depan. Salah satu cara meminimalisir hal tersebut yaitu format KB bisa dibuat luwes, misalnya dengan sistem geser tiap hari sehingga peserta didik tidak bosan dan dapat merasakan berbagai tempat duduk. Pengaturan tempat duduk sebaiknya jangan baku, artinya dapat diubah-ubah sesuai dengan rencana pembelajaran dan teknik pengajaran yang dipilih guru.

B.     Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer. Strategi dapat diasumsikan sama artinya dengan sebuah siasat, cara, atau taktik. Istilah strategi semakin luas penerapannya, sehingga dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Secara sederhana, istilah pembelajaran diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (majid, 2013).
Berdasarkan penjelasan mengenai strategi pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah rencana seorang guru dalam mengelola semua komponen belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Abdul majid (2013) mengemukakan empat unsur startegi pembelajaran, yaitu:
1.      Menetapkan spesifikasin dan kualifikasi tujuan pembelajaran.
2.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.      Mempertimbangkan klangkah-langkah, metode, dan teknik pembelajaran.
4.      Menetapkan batas minimum ukuran keberhasilan pembelajaran.
Berikut Contoh Strategi Pembelajaran dengan Berbagai Teknik/Metode Pembelajarannya.
Strategi Teacher Centered
Strategi Student Centered
Ceramah
Inkuiri
Praktik ketrampilan
Riset/Kajian Pustaka
Pertanyaan Terarah
Permainan Simulasi
Diskusi Kelas
Bermain Peran/Sosio Drama
Demonstrasi
Konstruktivisme
Presentasi Berbasis Media
Pembelajaran Kooperatif

C.    Sarana dan Sumber Belajar
Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, guru tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa peserta didik atau siswa harus diupayakan untuk banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar.
Sumber belajar meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol. Tiap-tiap bentuk sumber belajar tersebut harus berinteraksi dengan siswa bila menginginkan kualitas dan hasil belajar yang optimal, sebab unsursumber-sumber belajar itu merupakan komponen usaha yang dapat mendukung proses belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka perlu kiranya ada organisasi pengelolaannya. Dan mengingat kenyatan yang ada bahwa keterbatasan dana dan tenaga yang mendukung sumber-sumber belajar itu juga dipandang perlu adaya suatu strategi pengelolaan yang efektif dan efisien.
Ditinjau dari pemanfaatannya sumber belajar terbagi menjadi dua yaitu sumber belajar yang didesain (by design) dan sumber belajar yang tinggal pakai/dimanfaatkan (by utilitation).
1.      Sumber belajar yang didesain (by design)
      Sumber belajar yang di desain merupakan sumber-sumber belajar yang secara khusus di kembangkan  sebagai “komponan sistem instruksional” yang diharapkan dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal ataupun non formal dan mempunyai tujuan tertentu. Dengan demikian sumber belajar jenis ini harus dianalisis, direncanakan, dan kemudian baru dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tujuan dan materi serta karateristik si belajar/siswa agar hasilnya benar-benar dapat memudahkan belajar.
2.      Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization)
      Sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat di temukan, diterapkan, dan digunakan untuk keperluan belajar.
Dari beberapa definisi dan penjelasan tentang teknologi instruksional dapat diambil beberapa kesimpulan; bahwa teknologi instruksional menghasilkan sumber belajar  yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengajaran. Terdapat fungsi-fungsi tertentu, misalnya pengembangan instruksional, produksi media, pengelolaan sumber belajar, penilaian program, dan sebagainya yang harus dijalankan oleh tenaga-tenaga tertentu dalam bidang teknologi instruksional.

D.    Kriteria Guru yang Kreatif dalam Mengelola Proses Pembelajaran
Kreativitas merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2004).
Ada enam asumsi kreatif yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, yaitu sebagai berikut (Dwijanto, 2006):
1.      Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kreativitas tersebut.
2.      Kreativitas dinyatakan dengan produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.
3.      Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai asumsi interaksional atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer.
4.      Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu dengan yang lain.
5.      Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya.
6.      Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.

Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (2000), Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
1)      Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.
2)      Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
3)      Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
4)      Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis.
5)      Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.
6)      Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas
7)      Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.

Syarat-syarat untuk menjadi guru yang kreatif
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Munandar (2004) syarat untuk menjadi guru kreatif yaitu :
1)      Pofesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar, menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, disamping secara klasikal, mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan model penelitian.
2)      Memiliki kepribadian, antara lain : bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
3)      Menjalin hubungan sosial, antara lain : suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami anak tersebut, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain.





DAFTAR PUSTAKA

AECT.(1997). Teknologi Pendiikan. Jakarta: Rajawali.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dwiyanto, Agus.(2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Harsanto, Radno.(2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta : Kanisius.
Karli, Hilda dan Margaretha S.Y. (2002). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Bina
Media Informasi.
Majid, Abdul.(2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.(2005). Kurikulum Yang Disempurnakan. Jakarta: PT Rineka Cipta Karya.
_______.(2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami.(2004)Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta Karya.
Suyono dan Hariyanto.(2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wijaya, C. & Rusyan, T. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses h Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.











BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola dengan tepat agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan proses pembelajaran bergantung pada kemampuan, sikap guru terhapat proses pembelajaran, dan hubungan dengan siswa.
2.      Pengelompokan siswa  tersebut terkadang membawa masalah bagi guru, untuk membantu guru menghadapi masalah.
3.      Strategi pembelajaran adalah rencana seorang guru dalam mengelola semua komponen belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
4.      Sumber belajar meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga berdampak pada pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol
5.      Ada enam asumsi kreatif yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, yaitu sebagai berikut (Dwijanto, 2006):
a.       Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kreativitas tersebut.
b.      Kreativitas dinyatakan dengan produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan. Produk kreatif merupakan kriteria puncak untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.
c.       Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). Pada setiap orang, peranan masing-masing faktor tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sesuai asumsi interaksional atau sosial psikologis yang memandang kedua faktor tersebut secara komplementer.
d.      Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. Faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaannya pada kelompok individu yang satu dengan yang lain.
e.       Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevokuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan pengembangan hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya.
f.       Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat.


0 komentar:

Posting Komentar