Rabu, 12 Agustus 2015

Panduan Praktikum Biokimia

PANDUAN PRAKTIKUM


   


Disusun Oleh :
Esti W. Widowati









Laboratorium Biokimia
FAKULTAS  SAINS & TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Kata Pengantar
       Assalamu’alaikum wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh yang telah memberikan barakahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku petunjuk bagi pelaksanaan Praktikum Biokimia.  Panduan Praktikum Biokimia ini berisi cara-cara sederhana pengenalan senyawa biokimia dan teori dasar yang berhubungan dengan materi praktikum.  Diharapkan, melalui pengamatan fenomena Biokimia secara langsung di laboratorium, mahasiswa akan lebih memahami mata kuliah Biokimia.
            Panduan praktikum ini masih sangat sederhana karena disesuaikan dengan kondisi Laboratorium Terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.  Pada tahun-tahun mendatang diharapkan materinya semakin disempurnakan.
            Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan Panduan Praktikum ini sangat kami harapkan.
            Wassalamu’alaikum wr. wb.

                                                                        Yogyakarta, Januari 2014
                                                                                                            Penyusun



















DAFTAR ISI

Kata Pengantar
..............................................
2
Daftar Isi
..............................................
3
Pedoman Kerja & Tata Tertib Praktikum
..............................................
4
Percobaan 1. Analisis Kualitatif terhadap Bahan Makanan
..............................................
8
Percobaan 2. Analisis terhadap Lemak / Minyak
..............................................
11
Percobaan 3. Isolasi Kasein dari Susu
..............................................
17
Percobaan 4. Analisis Vitamin C
..............................................
20
Percobaan 5. Penetapan Amilase (Wohlgemuth)
..............................................
20
Percobaan 6. Analisis Kualitatif pada Vitamin
..............................................
27





























PEDOMAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

A.     Kehadiran
·      Praktikum harus diikuti secara keseluruhan.  Apabila hal tersebut tidak dipenuhi, maka praktikum dinyatakan tidak lulus yang berakibat pada ketidaklulusan mata kuliah Biokimia.
·      Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi.
·      Keterlambatan kurang dari sepuluh (10) menit dikenai sanksi 1.
·      Keterlambatan lebih dari sepuluh (10) menit dikenai sanksi 3.


B.     Persyaratan Mengikuti Praktikum
·      Berperilaku dan berpakaian sopan.  Jika tidak dipenuhi maka sekurang-kurangnya dikenai sanksi 1
·      Mengenakan jas lab dan membawa perlengkapan untuk pelaksanaan praktikum (masker, gloves, pipet tetes, tissue).  Jika tidak dipenuhi maka dikenakan sanksi 2 atau sanksi 1 ditambah sanksi administrasi.
·      Menyiapkan sampel yang akan dianalisis dalam kegiatan praktikum (Percobaan 1: susu atau telor, Percobaan 2: minyak bekas dan minyak baru, Percobaan 3: susu, Percobaan 4: jus buah/sayur).
·      Menyiapkan diri dengan materi yang akan dilakukan.  Mahasiswa yang tidak siap untuk praktikum, dapat dikenai sanksi 3.

C.      Pelaksanaan praktikum
·      Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Kimia
·      Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten atau Dosen Penanggung Jawab Praktikum
·      Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat praktikum

D.     Penilaian
·      Nilai praktikum ditentukan dari nilai pretest, persiapan praktikum, aktivitas praktikum, dan laporan.
·      Nilai akhir praktikum dihitung dari jumlah nilai setiap praktikum.
·      Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum dan keikutsertaan praktikum.

E.      Sanksi Nilai
·      Sanksi 1: Nilai  dikurangi 10
·      Sanksi 2: Nilai praktikum dikurangi 50
·      Sanksi 3: Tidak diperkenankan mengikuti praktikum, sehingga nilai praktikum = 0.

F.      Sanksi Administrasi
·      Sanksi administrasi diberikan bagi praktikan yang selama praktikum berlangsung menimbulkan kerugian, misalnya memecahkan/merusakkan alat, menghilangkan/tertinggal kunci loker.

G.     Lain-Lain
·      Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, yaitu Shift I (07.30-09.30) dan Shift 2 (09.30-11.30).
·      Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karena hari libur, akan diberikan praktikum pengganti setelah seluruh sesi praktikum selesai.
·      Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi di antaranya larangan makan, minum, merokok, menggunakan, walkman, handphone dan sejenisnya.  Selama praktikum tidak diperkenankan menggunakan handphone untuk bertelepon maupun ber-sms.
·      Tata tertib berpakaian sopan di laboratorium meliputi diantaranya larangan memakai sandal dan sejenisnya.
·      Informasi praktikum Biokimia dapat dilihat pada papan pengumuman di Lt.3 Laboratorium Terpadu FST.
·      Informasi praktikum dan tugas praktikum dapat diakses melalui e-learning UIN SUKA.  Mahasiswa wajib mengakses sendiri website tersebut dan dianggap telah mengetahui semua informasi dan tugas yang ditampilkan pada website tersebut.












































PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF TERHADAP BAHAN MAKANAN

A.     Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik analisis karbohidrat dan protein dalam suatu sampel secara kualitatif.

B.     Dasar Teori
                Di dalam susu sapi terdapat banyak komponen  diantaranya adalah karbohidrat dan protein.  Karbohidrat dan protein dapat dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan beberapa uji. Analisis kualitatif adalah suatu metode analisis untuk mengetahui kandungan senyawa penyusun suatu zat. Analisis kualitatif menyangkut identifikasi suatu zat. Dengan mempelajari metode analisis kualitatif dalam karbohidrat dan protein, maka dapat dilakukan uji kualitatif keduanya secara bersamaan dalam suatu sampel.
C.      Alat dan Bahan
1.       Alat  yang digunakan dalam percobaan ini:
a.       Tabung reaksi
b.       Pipet tetes
c.       Bunsen spiritus
d.       Penjepit tabung
e.       Cawan dan mortar
2.       Bahan yang diperlukan dalam percobaan ini :


a.       Susu
b.       Larutan tembaga sulfat       
c.       Larutan Na2CO3
d.       Larutan Fehling A dan Fehling B
e.       Naphtol
f.        Larutan asam sulfat pekat
g.       Larutan asam asetat glasial
h.       Larutan asam nitrat pekat
i.         Larutan HCl
j.         Larutan NaOH
k.       Larutan asam sufat encer
l.         Larutan amonium hidroksida
m.    Larutan asam oksalat
n.       Daun pepaya


D.     Cara Kerja
  1. Uji Biuret
Ambil 2 mL susu tambahkan 1 mL larutan biuret.  Amati perubahan apakah yang terjadi dan jelaskan.
  1. Luff Test
Ambil 2 mL susu tambahkan 1 mL larutan tembaga sulfat dan 1 mL Na2CO3.  Amati apakah timbul endapan.  Bandingkan apakah terjadi perubahan setelah dilakukan pemanasan.
  1. Uji Reduksi
Ambil 2 mL susu tambahkan 5 tetes larutan Fehling A dan Fehling B.  Jelaskan reaksi yang terjadi.
  1. Hidrolisis
Ambil 5 mL susu tambahkan larutan HCl atau H2SO4 encer.  Panaskan beberapa menit, setelah dingin lakukan netralisasi dengan NaOH 10%.  Hasil hidrolisis ditest dengan Luff test dan Fehling test.
  1. Moore Test
Ambil  5 mL susu tambahkan dengan 1 mL NaOH   10 %.  Lakukan pemanasan sampai mendidih.  Amati perubahan yang terjadi.
  1. Reaksi Molisch
Ambil 2 mL susu tambahkan dengan beberapa tetes asam sulfat pekat dan 2 mL naphtol.  Amati apakah terbentuk cincin violet atau tidak.
  1. Reaksi Adam Kiewic
Ambil 2 mL susu tambahkan 2 mL asam asetat glasial dan beberapa tetes asam sulfat pekat, amati apakah terbentuk cincin violet.
  1. Xanthoprotein
Ambil 2 mL susu tambahkan dengan 2 mL HNO3 pekat, kemudian lakukan pemanasan.  Amati perubahan yang terjadi.
  1. Pengendapan Kalsium
Ambil 10 mL susu tambah dengan ammonium hidroksida dan 1 mL asam oksalat, panaskan apakah terjadi pengendapan atau tidak.
Ambil 10 mL susu tambah dengan Na2CO3 atau H2CO3 + NaOH, panaskan apakah terjadi endapan putih atau tidak.
  1. Protease
Ambil 5 mL susu tambah dengan 1 mL tumbukan daun pepaya, lakukan pemanasan.  Amati perubahan yang terjadi.








PERCOBAAN II
ANALISIS TERHADAP LEMAK/MINYAK

A.     Tujuan Percobaan
1.       Mempelajari parameter-parameter penentu kualitas lemak/minyak.
2.       Menetukan angka peroksida, angka asam, derajat asam, dan kadar asam lemak bebas dalam suatu sampel.

B.     Latar Belakang
Lemak/minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol dan sering disebut juga triestergliserol. Struktur senyawa secara umum dituliskan sebaai berikut:
Lemak/minyak dapat mengalami kerusakan karena proses oksidasi dari oksigen yang berasal dari  udara. Oksidasi dimulai dengan peroksida dan hidroperoksida. Tahap selanjutnya adalah terurainya hidroperoksida menjadi alkohol, aldehid, keton, serta asam-asam rantai pendek. Aldehid yang terbentuk pada minyak akan menyebabkan bau dan rasa tengik.
Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas lemak/minyak diantaranya: angka peroksida, angka asam, derajat asam, dan kadar asam lemak bebas. Angka peroksida adalah banyaknya miligram ekivalen peroksida yang terbentuk setiap 1000 gram lemak atau minyak.  Semakin tinggi angka peroksida suatu lemak/minyak maka semakin rendah kualitas lemak/minyak tersebut. Angka asam merupakan jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram lemak/minyak. Kadang angka asam sering dinyatakan dalam  derajat asam yaitu banyaknya mililiter KOH ,1 N yang diperlukan untuk menetralkan 100 gram lemak/minyak. Semakin tinggi angka asam suatu lemak/minyak, semakin rendah kualitasnya.

C.      Alat dan Bahan
1.       Alat-alat:
a.       Erlenmeyer 250 mL
b.       Buret 25 mL
c.       Gelas piala 150 mL
d.       Gelas arloji


2.       Bahan-bahan
a.       Sampel minyak baru dan bekas pakai
b.       KOH 0,1 N
c.       KI jenuh
d.        Campuran kloroform-asetat glasial (2:3 v/v)
e.       Na2S2O3 0,01 M
f.        Indikator amilum
g.       Indikator pp


D.     Cara Kerja
1.       Penetuan Angka peroksida
a.       Penentuan Volume Titrasi Blanko
1)     Ambil 0,5 gram akuades masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2)     Tambahkan 30 mL campuran kloroform-asam asetat glasial (2:3 v/v).
3)     Tambahkan 2 mL KI jenuh.
4)     Tambahkan  30 mL akuades.
5)     Lakukan penggojokan.
6)     Tambahkan 5 tetes indikator amilum.
7)     Lakukan titrasi terhadap sampel dengan larutan standar Na2S2O3 0,01 M sampai warna biru gelap hilang.
8)     Catat volume titrasi sebagai Vb.
b.       Penentuan Volume Titrasi Sampel
1)     Ambil 0,5 gram sampel masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2)     Tambahkan 30 mL campuran kloroform-asam asetat glasial (2:3 v/v).
3)     Tambahkan 2 mL KI jenuh.
4)     Tambahkan  30 mL akuades.
5)     Lakukan penggojokan.
6)     Tambahkan 5 tetes indikator amilum.
7)     Lakukan titrasi terhadap sampel dengan larutan standar Na2S2O3 0,01 M sampai warna biru gelap hampir hilang.
8)     Catat volume titrasi sebagai Vs.
9)     Angka peroksida sampel dihitung dengan persamaan:

Angka Peroksida =
(Vb-Vs) x Ntosulfat x 1000
Berat Sampel

2.       Penentuan Angka asam, derajat asam, dan kadar asam lemak bebas
a.       Aduk sampel minyak hingga benar-benar homogen.
b.       Timbang 28 gram sampel dan masukkan dalam erlenmeyer 250 mL.
c.       Tambahkan 50 mL alkohol netral panas.
d.       Teteskan 5 tetes indikator pp.
e.       Lakukan titrasi terhadap sampel dengan larutan KOH 0,1 N hingga warna merah jambu muncul.
f.        Angka asam ditentukan dengan rumus
Angka Asam=
VKOH x NKOHx BMKOH
Massa Sampel (gram)
g.       Derajat asam ditentukan dengan
Derajat  Asam=
100 x VKOH x NKOH
Massa Sampel (gram)
h.       Kadar asam lemak bebas (%FFA)
Kadar Asam Lemak Bebas (%FFA)=
VKOH x NKOHx BMminyak x 100%
Massa Sampel (gram) x 1000



PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR KASEIN DALAM SUSU

A.     Tujuan Percobaan
1.       Mempelajari salah satu metode analisis kuantitatif protein
2.       Menentukan kadar kasein dalam susu

B.     Latar Belakang
Susu merupakan salah satu primadona gizi bagi manusia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh terkandung dalam susu. Sehingga tidak salah jika susu menjadi penyempurna kebutuhan gizi manusia seperti tersirat dalam slogan gizi Indonesia yaitu “Empat Sehat Lima Sempurna”.
Salah satu penyusun utama susu adalah protein. Hampir 80% protein dalam susu terdiri dari kasein di samping laktalbumin dan laktoglobulin. Kasein dalam susu dapat dipisahkan melalui pengendapan dengan membuatnya berada  titik isoelektrik. Melalui pengendapan ini kemudian dapat ditentukan jumlah kasein dalm sampel yang dianalisis.

C.      Alat dan Bahan


1.       Alat-alat:
a.       Gelas piala 100 mL
b.       Penangas air
c.       Hotplate magnetic stirer
d.       Erlenmeyer  150 mL
e.       Corong gelas
f.        Buret 50 mL
g.       Termometer
2.       Bahan-bahan:
a.       Susu segar
b.       Asam asetat 1 N
c.       Asam asetat 0,25 N
d.       NaOH 0,1 M
e.       Formaldehid 40%
f.        Akuades
g.       Kertas saring


D.     Cara kerja
1.       20 mL sampel susu encer [susu: air=1:2(v/v)] dipanaskan dengan suhu 40 oC di atas penangas air.
2.       Tambahkan 1,5 mL asam asetat 1 N, aduk hingga homogen dan diamkan selama 20 menit.
3.       Tambahkan 4,5 mL asam asetat 0,25 N, aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 jam.
4.       Saring endapan dengan kertas saring dan cuci endapan hingga filtrat netral.
5.       Endapan yang didapat dimasukkan dalam gelas piala dan ditambahkan akuades hingga volumenya ±20 mL.
6.       Tambahkan 4 mL NaOH 0,1 M kemudian panaskan hingga endapan larut kembali  seperti susu.
7.       Dinginkan larutan hingga suhu kamar kemudian tambahkan indikator pp.
8.       Tambahkan 4 mL formaldehide 40% kemudian titrasi dengan NaOH 0,1 M hingga timbul warna merah muda. Titrasi diulangi untuk mendapatkan data kedua dan ketiga.

E.      Perhitungan
Kadar kasein = Volume rata-rata NaOH 0,1 M x 0,9 %




























PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR VITAMIN C

A.     Tujuan Percobaan
Mengetahui cara penentuan vitamin C dalam suatu sampel
B.     Dasar Teori
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai massa molekul 176 gram/mol dengan rumus molekul C6H8O6.  Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192oC.  Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.  Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzena, jika berikatan dengan logam membentuk garam.  Sifat asam ditentukan oleh ionisasi gugus enol pada atom C nomor 3.
Vitamin C lebih stabil pada pH rendah daripada pH tinggi.  Vitamin C mudah teroksidasi, terutama apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, dan temperatur tinggi. Larutan encer Vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas.  Oksidasi Vitamin C menghasilkan asam dehidroaskorbat.  Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang.

C.      Alat dan Bahan
1.    Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini adalah:


a.       Erlenmeyer 125 mL
b.       Gelas beker 250 mL
c.       Buret 10 mL
d.       Statif dan klem
e.       Sendok sungu
f.        Kertas saring
g.       Bola hisap
h.       Pipet ukur 10 mL
i.         Pipet volume 25 mL
j.         Labu ukur 100 mL
k.       Labu ukur 250 mL
l.         Penyaring buchner
m.    Botol akuades




2.    Bahan-bahan yang diperlukan Sample juice (buah atau sayur)
a.       Larutan I2
b.       Larutan Na2S2O3
c.       Larutan Amilum
d.       Akuades

D.     Cara Kerja
1.      Pembakuan Larutan I2 terhadap Larutan Baku Na-tiosulfat
a.       Pipet 25 mL larutan I2 ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian encerkan dengan akuades hingga garis.
b.       Ambil 10 mL larutan I2 hasil pengenceran, kemudian titrasi menggunakan larutan Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning pucat.
c.       Tambahkan 2 mL indikator amilum, lakukan penggojokan agar homogen.
d.       Lakukan titrasi hingga warna biru larutan tepat hilang.
e.       Lakukan tiga kali pengulangan.
2.      Penentuan Kadar Vitamin C
a.       Timbang sebanyak 10 gram sampel juice (buah atau sayur), kemudian encerkan dengan 250 mL akuades.
b.       Saring dengan penyaring buchner, kemudian ambil filtratnya.
c.       Ambil 20 mL filtrat dan masukan ke dalam erlenmeyer.
d.       Tambahkan 4 mL indikator amilum dan lakukan titrasi menggunakan larutan I2 hingga warna larutan menjadi biru.
e.       Lakukan tiga kali pengulangan.

E.      Tabel Data Pengamatan di Laporan Sementara

Volume Sampel
Volume Lar. Standar























PERCOBAAN 5
PENETAPAN AMILASE (WOHLGEMUTH)

Tujuan Percobaan : Dalam percobaan ini akan ditentukan indeks  diastase urine dengan metode Wohlgemuth
Dasar Teori
            Beberapa larutan 0,1 % amilum yang sama banyaknya, masing-masing ditambah dengan larutan amilase yang tidak sama banyaknya dan dibiarkan setengah jam pada temperatur  37oC.  Jumlah amilase yang paling sedikit yang diperlukan untuk mengubah 2 mL larutan amilum terlarut menjadi erythrodextrine (ditentukan dengan percobaan iod) merupakan petunjuk tentang kadar enzim amilase yang terdapat dalam zat yang sedang diselidiki.  Pada percobaan ini ditentukan kadar amilase (diastase) dalam air seni.
            Jumlah urine yang paling sedikit yang dapat mencerna 2 mL larutan amilum 10 % pada 37oC dalam waktu 30 menit disebut indeks diastase urine.  Indeks diastase dari air seni normal berkisar antara 5-20.  Pada beberapa penyakit pankreas, kerusakan fungsi sekresi ginjal, indeks diastase urine tinggi.



Cara Kerja
            Semua pipet yang dipakai dalam percobaan ini, ujung atasnya supaya ditutup dengan kapas untuk mencegah jangan sampai kena ludah.  Beri tanda pada 10 tabung reaksi kering dan ditempatkan di rak.  Tambahkan air seni yang tidak sama banyaknya ke dalam 10 tabung tersebut menggunakan pipet 1 mL, kemudian ditambahkan aquadest sampai tiap tabung berisi 10 mL.

a. Tabel kerja
Tabung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Urine diencerkan 1:10 (mL)
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9





Urine tak diencerkan (mL)





0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Aquadest (mL)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
Amilum 0,1% (mL)
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

b. Campurlah dengan hati-hati
c. Letakkan dalam penangas air dengan suhu 37oC selama 30 menit
d. Dinginkan dalam air selama 5 menit untuk menghentikan reaksinya.  Taruh dalam rak.
e. Tambahkan setetes larutan iod pada masing-masing tabung, gojog dan amati perubahan warnanya (dengan interval waktu tertentu).  Jika waktu digojog warnanya hilang, tambahkan lagi larutan iod 1-2 tetes pada masing-masing tabung.  Harus dijaga jangan terlalu banyak penambahan iod.
       Tabung yang berwarna merah (tidak biru atau ungu) mengandung cukup banyak enzim amilase untuk mencerna 2 mL larutan 1% amilum terlarut menjadi erythrodextrine.  Apabila sebelum 30 menit telah terjadi warna merah (telah terjadi erythrodextrine) maka urine harus diencerkan.


















PERCOBAAN 6
ANALISIS KUALITATIF PADA VITAMIN

Tujuan Percobaan : mengenal pengujian vitamin secara kalitatif
Dasar Teori
            Vitamin adalah suatu senyawa organik yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan fungsi normalnya.  Kebutuhan tubuh akan vitamin  relatif sangat kecil yaitu sekitar beberapa mikrogram sampai beberapa gram saja.  Namun demikian vitamin harus ada dalam makanan, karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri kecuali beberapa vitamin misalnya vitamin K.
            Kekurangan atau tidak adanya vitamin di dalam tubuh akan mengakibatkan terganggunya proses-proses metabolisme dan proses vital lainnya.  Hal ini karena sebagian besar vitamin berperan besar sebagai koenzim dari enzim yang dapat mengkatalis reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.  Vitamin berdasarkan kelarutannya dapat diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu:
  1. Vitamin yang tidak larut dalam air
Vitamin yang tidak larut dalam air adalah : vitamin A, D, E dan  K.
  1. Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air adalah : vitamin B kompleks (B1, B2, B6) dan vitamin C.
 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah:
-    Tabung reaksi
-    Pipet tetes
-    Bunsen spiritus
Bahan-bahan yang diperlukan :
-    Reagen Carr Price
-    Minyak ikan
-    H2O2
-    Alkohol
-    Asam nitrat
-    Nature E
-    Vitamin B1
-    Aquadest
-    NaOH 30 %
-    K4Fe(CN6)3
-    Isobutanol
-    Thiamin HCl
-    Bismuth nitrat
-    KI
-    FeCl3
-    Vitamin B6
-    Vitamin B-komplekss
-    Vitamin C
-    Fehling A dan Fehling B

Cara Kerja:
1.      Uji Vitamin A
Ambil 1 mL minyak ikan/vitamin A, masukkan dalam tabung, ditambah 5 mL reagen Carr Price.  Amati perubahan yang terjadi.
2.      Uji Vitamin D
Ambil tabung reaksi yang bersih, masukkan ke dalamnya larutan vitamin D (minyak ikan).  Tambahkan 5 tetes larutan H2O2, kemudian dipanaskan sampai tidak timbul gelembung lagi tapi belum mendididh, kemudian dinginkan dalam air kran yang mengalir.  Setelah itu tambahkan pereaksi Carr Price.  Amati perubahan warna yang terjadi.
3.      Uji Vitamin E
Gunting kapsul vitamin E, masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 0,5 mL alkohol 95%.  Kocok baik-vaik, kemudian ditamvahkan 0,5 mL asam nitrat.  Amati perubahan warna yang terjadi.
4.      Uji Vitamin B1
Ambil serbuk vitamin B1, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih, kemudian tambahkan 5 mL aquadest, kocok sampai larut.  Ambil 1 mL vitamin B1, kemudian tambahkan beberapa tetes NaOH 30% sampai pH sekitar 10, dikocok baik-baik kemudian ditambah larutan K4Fe(CN6)3 dan kocok.  Amati apa yang terjadi!
Tambahkan 1 mL isobutanol, kocok dan lihat warna pada lapisan isobutanol.  Masukkan 10 tetes thiamin HCl ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 tetes larutan bismuth nitrat dan 2 tetes larutan KI.  Amati perubahan yang terjadi.
5.      Uji Vitamin B6
Larutkan serbuk vitamin B-kompleks ke dalam 5 mL aq      uadest.  Ambil cairannya, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih kemudian tambahkan beberapa tetes larutan FeCl3, amati perubahan warna yang terjadi.
6.      Uji Vitamin B2
Larutkan serbuk vitamin B6 dalam 5 mL aquadest.  Ambil 1 mL larutannya tambahkan alkohol 95% sampai hampir 1/3 tabung.  Ambil larutan vitamin B6, ditambah 5 tetes larutan AgNO3 dan amati perubahan warna yang terjadi.
7.      Vitamin C
Larutkan serbuk vitamin C kemudian masukkan 1 mL vitamin C, tambahkan 3 mL reagen Fehling dan panaskan.  Amati warna yang terjadi.



DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, and Underwood, 1990, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
James, C.S., 1999, Analytical Chemsitry of Foods, Aspen Publishers,Inc., Maryland.
Nielsen, S.S., 1998, Food Analysis, Aspen Publishers Inc., USA
Poejiadi, A., 1994, Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhaedi, 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhaedi, 1989, Prosedur Laboratorium untuk Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta
Winarno, F.G, 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta