Rabu, 12 Agustus 2015

Kepemimpinan dalam Profesi Kependidikan

KEPEMIMPINAN DALAM PROFESI KEPENDIDIKAN
Makalah Ini dibuat guna Memenuhi Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu : Shidiq Premono, M.Pd

Oleh :
Kelompok 7
1.      Woro Sri Erdini                                    (11670020)
2.      Herfira Nur Utami                    (11670039)
3.      Ahmad Nurkholis Majid           (11670043)
4.      Siti Heri Tusyanti                                  (11670044)
5.      Muhammad Alvian Madnur     (11670049)



PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap kegiatan manusia yang dilakukan secara bersama-sama, sangat membutuhkan suatu kepemimpinan. Tidak mungkin suatu organisasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya tanpa ada sosok pemimpin di dalamnya. Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena peranan sentral kepemimpinan dalam organisasi tersebut, dimensi-dimensi kepemimpinan yang bersifat kompleks perlu dipahmi dan dikaji secara terkoordinasi, sehingga peranan kepemimpinan dapat dilaksanakan secara efektif (Wahjosumidjo, 2005). Lebih khususnya lagi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah kepemimpinan dalam profesi pendidikan, hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain yaitu menjelaskan konsep dasar kepemimpinan, menjelaskan macam-macam gaya kepemimpinan, menjelaskan peran dan sifat-sifat seorang pemimpin, dan menjelaskan kepemimpinan dalam pendidikan (pengawas, kepala sekolah, guru).

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep dasar tentang kepemimpinan?
2.      apa sajakah macam-macam gaya kepemimpinan?
3.      bagaimana peran dan sifat-sifat seorang pemimpin?
4.      bagaimana kepemimpinan dalam pendidikan (pengawas, kepala sekolah, guru)?

C.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Menjelaskan konsep dasar kepemimpinan,
2.      menjelaskan macam-macam gaya kepemimpinan,
3.      menjelaskan peran dan sifat-sifat seorang pemimpin,
4.      menjelaskan kepemimpinan dalam pendidikan (pengawas, kepala sekolah, guru).


BAB II
ISI

A.    Konsep Dasar Kepemimpinan
Dalam seluruh aspek kegiatan yang dilakukan manusia secara bersama-sama membutuhkan kepemimpinan. kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dan satu jabatan administrative, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumidjo, 2005 : 16). Banyaknya konsep definisi kepemimpinan yang berbeda,  hamper menurut Joseph C. Rost (1993) dalam Wahjosumidjo, (2005 : 18)  sebanyak jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih mempermudah pemahaman kita, maka akan diacu satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.
Banyak definisi-definisi yang muncul tentang kepemimpinan dari para ahli tersebut, sehingga dari definisi-definis tersebut mengandung kesamaan asmusi yang bersifat umum, seperti:
a.       Di dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih
b.      Di dalam melibatkan proses mempengaruhi, di mana pengaruh yang sengaja (intentional influence) digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan.
Syarat-syarat kepemimpinan :
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu :
a.       Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b.      Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “mbawani”atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c.       Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan kekuatan, dan kecakapan/ketrampilan teknis maupun social, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

B.     Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
1.      Tipe otoriter
   Menurut Lamberi dan Indrafachrudi (1983:49), pada tipe kepemimpinan otoriter, semua kebijaksanaan ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan dilakukan oleh bawahannya. Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan bawahannya. Anggota-anggota staf harus menerima tugas-tugas tersebut tanpa ada kebebasan untuk menimbang buruk baiknya akibat positif-negatif yang timbul. Mereka harus patuh dan setia pada pemimpin secara mutlak. Kehendak dan perintah pemimpin adalah kehendak dari organisasi (lembaga) kerja itu.
   Dampak negatif dari gaya kepemimpinan otoriter adalah potensi-potensi yang sebenarnya ada dan dimilki oleh masing-masing anggota staf kerja tidak bangkit, tidak tergugah dan tidak tersalur secara kreatif. Suasana kerjasama yang dinamis dan kreatif dikalangan anggota-anggota staf akan memudahkan pemecahan setiap problema yang dihadapi akan hilang karena situasi kepemimpinan.
2.      Tipe Laissez Faire
    Lebih lanjut Lamberi dan Indrafachrudi (1983:53) menyatakan pada tipe kepemimpinan Laissez Faire, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masing-masing anggota staf untuk apa saja yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan-keputusan, penetapan prosedur kerja, penetapan dengan siapa dia hendak bekerjasama. Pemimpin tipe seperti ini akan menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, setelah menerangkan tujuan. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlalu jauh ikut campur atau mengambil inisiatif. Semua pekerjaan tergantung inisiatif dan prakarsa dari bawahannya. Dengan demikian, pemimpin dianggap cukup memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bekerja bebas tanpa kekangan.
Suasana kerja yang demikian akan menimbulkan dampak negatif diantaranya adalah timbul kekacauan-kekacauan, tabrakan, konflik, dan kesimpang-siuran kerja dan wewenang karena pemimpin sama sekali tidak berperan menyatukan, mengarahkan, mengkoordinasi, dan menggerakkan agar setiap anggota kelompok  yang memiliki cita-sita, sifat dan karakteristik yang berbeda dapat bekerjasama dengan baik.
3.      Tipe demokratis
Asmani (2009:102) menyatakan bahwa pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan. Menurut Kartono (2010 : 86), kekuatan kepemimpinan demokratis bukan terletak pada sosok individu pemimpin itu sendiri, tetapi terletak pada partisipasi aktif anggota staf. Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang menghargai potensi setiap individu, tidak segan mendengarkan masukan dari bawahan, bersedia mengakui keahlian anggotanya dalam bidangnya masing-masing dan mampu memanfaatkan kapasitas anggotanya seefektif mungkin. Dengan demikian, pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator yang berfungsi untuk mempercepat dinamisme dan kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.
4.      Tipe Karismatis
      Tipe karismatis menurut Kartono (2010 : 81), merupakan pemimpin yang memiliki energi dan pembawaan yang mampu mempengaruhi orang lain sehingga mempunyai pengikut yang banyak jumlahnya. Pemimpin tipe karismatis memiliki inspirasi, keberanian, dan memiliki keyakinan teguh terhadap pendiriannya sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin inilah yang memancarkan pengaruh daya tarik yang kuat. Contoh tokoh besar yang memiliki tipe karismatis adalah Adolf Hitler, Mahatma Gandhi, John F. Kennedy, Bung Karno dan lain-lain.
5.      Tipe Paternalis
    Tipe paternalis menurut Kartono (2010 : 82), merupakan tipe kepemimpinan kebapakan. Pemimpin tipe ini menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa, bersikap terlalu melindungi (over protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, selain itu pemimpin tipe paternalis hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif dan menganggap dirinya maha tahu dan maha benar.
6.      Tipe Militernis
Lamberi dan Indrafachrudi (1983:62) menyatakan bahwa pemimpin tipe militernis memiliki sifat menggerakkan bawahannya dengan memerintah, jabatan dan pangkat memegang peranan, formalitas yang berlebihan, tidak mau dikritik serta menerapkan disiplin yang sangat tinggi dan kaku. Pemimpin tipe militernis juga senang mengadakan upacara-upacara, ritual, dan tanda kebesaran yang berlebihan. Komunikasi antara atasan dan bawahan hanya berlangsung searah saja.
7.      Tipe Populistis
Kepemimpinan populistis menurut Profesor Peter Worsley dalam Kartono (2010 : 85), merupakan kepemimpinan yang dapat membangun solidaritas rakyat, misalnya Soekarno dengan ideologi marhaenisme-nya yang menekankan pada masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penghisapan serta penguasaan oleh kekuatan asing.
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, kurang mempercayai dukungan serta bantuan hutang-hutang luar negeri. Kepemimpinan ini mengutamakan penghidupan kembali nasionalisme.
8.      Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur yang mampu menggerakkan modernisasi dan pembangunan sehingga dapat membangun administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya dan usaha pembangunan pada umumnya (Kartono, 2010 :85).

C.     Peran Dan Sifat-Sifat Seorang Pemimpin
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya:” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33:21)
  Dalam dakwatuna.com, sebagai bagian dari umat Rasulullah, maka sudah sepatutnya pemimpin memiliki sebuah Visi Kelangitan. Sebuah visi yang mengikat kesehatan spiritual jiwa sehingga mampu untuk terus mendekatkan dirinya pada Allah SWT. Bersumber dari Visi Kelangitan inilah yang nantinya dapat membawa seorang pemimpin mampu mengatasi setiap permasalahan yang sedang dihadapinya dengan adanya ketenangan, kesabaran, serta kemantapan hati yang datangnya dari Allah SWT sebagai sebuah bentuk pertolongan yang Allah berikan. Selain itu, adanya Visi Kelangitan yang ditanam di dalam dirinya, mampu menjadikan seorang pemimpin membawa momentum perubahan bagi dirinya dan bagi lingkungannya. Inilah sosok pemimpin yang menjadi ideal bagi masa kini, pemimpin yang mampu membawa pada perubahan kebaikan bagi dirinya, orang lain, bahkan bagi lingkungannya. Semoga selalu dapat kita ingat, sebuah Visi Kelangitan yang pernah Rasulullah sampaikan pada pamannya, ketika Beliau diminta untuk menghentikan dakwah Islamnya, Rasulullah menjawab
“Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang membuktikan kemenangan itu di tanganku atau aku binasa karenanya.”
Inilah visi Rasulullah yang membawa beliau dan umat Islam di kala itu terus maju membawa Islam hingga pada akhirnya Islam mampu berkembang sampai saat ini. Maka oleh sebab itulah, marilah kita terus berbenah karena sebenarnya kita adalah pemimpin-pemimpin bagi diri kita sendiri, berbenah menuju pada arah kebaikan, dan berbenah dengan menjadikan Islam sebagai manhaj kehidupan yang bersumber pada Al Quran dan As Sunnah, hingga pada akhirnya kita pun dapat menjadi pemimpin ideal di masa mendatang, yang tidak hanya membawa rahmat bagi diri kita sendiri melainkan bagi seluruh alam semesta, dan tentunya dengan mengharapkan Surga Allah kelak, ketika pertanggungjawaban amanah sebagai pemimpin itu, Allah tanyakan di Yaumul Akhir (dakwatuna.com).
Sebagai seseorang pemimpin tentunya harus memiliki sifat-sifat tertentu, karena untuk menilai gagalnya pemimpin bisa melalui upaya mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinanya. Pada perkembanganya munculah sebuah teori-teori oleh para ahli, yang disebut sebagai the traitist theory of leadership (teori sifat atau kesifatan dari kepemimpinan) diantara para penganut teori ini adalah Ordway Tead dan George R Terry (Kartono, 2010:44-47).
Ordway Tead dalam Kartono, (2010:44-47) mengemukakan 10 sifat, yaitu sebagai berikut:
1.      Energi Jasmaniah dan Mental (Physical And Nervous  Energy)
 Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa, mereka memiliki daya tahan, keuletan, dan tenaga yang istimewa yang sepertinya tidak pernah habis. Hal ini ditambah lagi dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, keinginan, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa dalam mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2.      Kesadaran Akan Arah Dan Tujuan (a sense of purpose and direction)
Seorang pemimpin mempunyai keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari segala perilaku yang dikerjakan, dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya, serta pasti member kemanfaatan bagi diri sendiri maupun kelompoknya. Tujuan tersebut haruslah benar dan berguna bagi kebutuhan maupun berjalanya organisasi atau kelompok yang dipimpinya.
3.      Antusiasme
Sebagai seorang pemimpin harus berantusias dalam menjalankan kepemimpinya, karena pekerjaaan yang dilakukan bersama organisasi yang dibawahinya merupakan pekerjaan yang memberikan nilai dan harapan-harapan yang menyenangkan serta berharap apa yang dikerjakanya menuai kesuksesan, hal itu akan dapat membangkitkan semangat besar pada diri pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.
4.      Keramahan dan Kecintaan (Friendliness And Affection)
Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.
Sedang keramah-tamahan akan membuat kenyamanan dihati orang lain, dengan memberikan kenyamanan pada bawahan, maka hati yang tadinya tertutup akan tergerak dan terpengaruh untuk menjalankan roda organisasi
5.      Integritas
Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan seperjuangan, karena itu pemipin akan memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedang kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormati pemimpinya. Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
6.      Penguasaan Teknis
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya,  selain kemahiran teknis seorang pemipin juga harus memiliki kemahiran sosial untuk memimpin serta memberikan tuntunan yang tepat dan bijaksana, agar setiap anggota yang dipimpinnya dapat memberikan sumbangsi serta produktivitas dan efektivitas kerjanya.
7.      Ketegasan dalam mengambil keputusan
Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan sebagai hasil dari kearifan dan pengalamanya. Selanjutnya dia mampu meyainkan para anggotanya akan kebenaran keputusanya, sehingga para anggotanya akan mendukung kebijakan yang ia putuskan. Seorang pemimpin juga harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahanya.
8.      Kecerdasan
Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin adalah keampuan dalam memahami dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat dinamika organisasi, menemukan permasalahan serta solusi dengan cepat. Karena itu dengan kecerdasan yang dipunyai oleh seorang pemimpin akan membuat permasalahan terselesaikan dengan cepat serta efektif.
9.      Keterampilan mengajar (teaching skill)
Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Disamping mendidik dan mengarahkan “muridnya”, seorang pemipin juga bertugas untuk mengawasinya, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.
10.  Kepercayaan
Keberhasilan seorang pemimpin itu umumnya selalu didukung oleh epercayaan dari para anggotanya, kepercayaan akan integritas, kepercayaan akan diarahkan dengan baik dan sebagainya. Kepecayaan ini akan dapat memadukan antara pemimpin dan anggota kelompoknya untuk mengarah pada tujuan yang sudah dicanangkan bersama.

D.    Kepemimpinan dalam Pendidikan (Kepala Sekolah, Guru, Pengawas)

1.      Kepemimpinan Pengawas
 Pengawas sekolah menurut Sagala (2012:138) merupakan tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dalam bidang akademik (teknis pendidikan) dan bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Pengawas sekolah salah satu jabatan resmi bidang pendidikan yang ada di Indonesia, untuk melakukan pemantauan pelaksanaan manajemen sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar dikelas. Jabatan pengawas sekolah adalah jabatan fungsional dari Dinas Pendidikan kabupaten atau kota. Jabatan pengawas memiliki tugas untuk melakukan inspeksi dan supervise pada lembaga satuan pendidikan mengenai manajemen sekolah dan akademik. Keterampilan yang dimiliki pengawas sekolah adalah
a.       Keterampilan manajerial, karena dalam keterampilan manajerial fungsi pengawasan adalah bagian dari fungsi manajemen,
b.                   Keterampilan akademik, dalam penerapan keterampilan akademik pengawas sekolah melakukan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut menurut Sagala (2012:154), pengawasan manajerial yang dilakukan pengawas sekolah adalah memberikan pembinaan, penilaian, dan bantuan atau bimbingan mulai dari penyusunan rencana program sekolah berbasis data sekolah, proses pelaksanaan program berdasarkan sasaran, sampai dengan penilaiaan program yang ditargetkan. Bantuan ini dilakukan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah. Maka atas dasar kegiatan ini, maka kegiatan pengawas sekolah adalah melakukan pembinaan manajerial dalam hal pengembangan kualitas sekolah sesuai dengan otonomi dan penerapan manajemen berbasi sekolah.
Pengawasan akademik pengawas sekolah merupakan upaya untuk menungkatkan prestasi belajar dan mutu sekolah. Pengawasan akademik sering disebut pula Instructional Supervision atau Instructional Leadership, yang mengkaji, menilai dan memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru melalui pendekatan bimbingan dan konsultasi dalam nuansa dialog professional. Fokus pengawasan akademik menurut Ofsted (2005) dalam Sagala (2012:154) adalah standard prestasi yang diraih siswa, kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa) dan kepemimpinan dan manajemen sekolah yang efektif mengenai pembelajaran.
2.      Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting dalam mendorong tugas guru untuk melakukan tugas pembelajaran guna menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan, sehingga diharapkan dapat menjadi acuan peningkatan kompetensi kepala sekolah sesuai yang diamanahkan dalam Permendiknas No 13 Tahun 2007 (Daryanto, 2011: 66).
Menurut Daryanto (2011:66), kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai organisasi ataun institusi, baik profit maupun non profit, namun model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan.
Menurut Stronge (1998) dalam Daryanto (2011:66 – 67), menunjukkan bahwa dari seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah, hanya 10% yang dialokasikan untuk kepemimpinan pembelajaran. Sampai sekarang pun banyak kepala sekolah yang masih menyeimbangkan perannya sebagai manager, administrator, supervisor, dan instructional leader (kepemimpinan pembelajaran).
Kepemimpinan pembelajaran yang efektif menurut Petterson (1993) dalam Daryanto (2011:68) yaitu :
a.       Kepala sekolah mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan baik.
b.      Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif).
c.       Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran, memfokuskan kepentingan belajar siswa menjadi prioritas. 
d.      Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam sekolah.
e.       Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Sehingga kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan atau menekankan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen (penilaian hasil belajar), penilaian serta pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi kualitas dasar dan kualitas instrumentalnya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan sarat dengan tantangan - tantangan yang sangat turbulen (Daryanto, 2011 : 69 – 70).
Pada sekolah - sekolah yang mempunyai kemandirian dan otonomi tinggi, maka ciri – ciri kepemimpinan kepala sekolahnya adalah memiliki moral kerja yang tinggi dan visioner ditandai dengan (1) memahami secara tepat berbagai segi kegiatan sekolah dengan menggunakan daya kognitif dan daya nalar secara teratur dan intensif, (2) responsif terhadap berbagai perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), (3) keterampilan berkomunikasi secara efektif, (4) melihat kepentingan sekolah sebagai keseluruhan, (5) berpikir dan bertindak rasional serta objektif, dan (6) mampu menentukan prioritas secara tajam (Sagala, 2010 : 127).
3.      Kepemimpinan Guru
 Kepala sekolah sebagai pemimpin adalah metafora yang diterima umum, dengan guru sebagai pengikut atau guru sebagai pekerja. Belakangan ini makin banyak literatur reformasi pendidikan yang secara konsisten menekankan bahwa pemimpin yang efektif tidak menerapkan secara langsung, tetapi sangat berpengaruh pada kemampuan sekolah untuk meningkatkan mutu implementasi program – program dan keberhasilan akademik siswa. Namun, dalam upaya menyesuaikan diri di sekolah, perbaikan dan akuntabilitas, guru di semua tingkatan mengasumsikan kecenderungan peran lebih besar pada tanggung jawab dan kepemimpinan dalam proses perubahan (Danim, 2010 : 176).
Di Amerika Serikat, kepemimpinan guru (teacher leadership) dengan cepat diakui secara luas sebagai faktor penting dalam pertemuan baru – baru ini sesuai dengan mandat pendidikan federal dan negara bagian, seperti No Child Left Behind. Menurut Roland Barth (2001) dalam Danim (2010 : 176), pendukung kuat kepemimpinan guru di sekolah – sekolah, mencatat bahwa setidaknya ada sepuluh area, dimana semua mempunyai dampak pada hubungan guru – murid dan sangat penting untuk kesehatan sekolah yaitu memilih buku pelajaran dan bahan pengajaran, membentuk kurikulum, menetapkan standar untuk perilaku siswa, memutuskan apakah siswa diacak dalam kelas khusus, merancang pengembangan staf dan program – program dalam jabatan, pengaturan promosi dan kebijakan retensi, menentukan anggaran sekolah, mengevaluasi kinerja guru, memilih guru baru, dan memilih pengurus baru (Danim, 2010 : 176 - 177).
Menurut Wasley (1991) mendefinisikan kepemimpinan guru sebagai kemampuan mendorong rekan – rekan untuk mengubah dan melakukan hal – hal dimana mereka biasanya tidak mempertimbangkannya tanpa pengaruh pemimpin. Katzenmeyer dan Moller (2001) mendefinisikan guru sebagai pemimpin bahwa: “Guru adalah pemimpin di dalam dan di luar kelas, dengan mengidentifikasi dan memberikan konstribusi kepada komunitas pembelajar guru dan pemimpin, dan mempengaruhi orang lain bagi peningkatan mutu praktik pendidikan”. Liebermen (1992) menyatakan bahwa “Peran kepemimpinan guru yang berkembang biak pada berbagai sekolah lebih besar daripada sebatas yang dipikirkan”. Guru dapat berperan dalam kepemimpinan informal atau formal dan sangat beragam di sekolah yang berbeda konteks. Peran kepemimpinan guru juga bervariasi sesuai dengan pengalaman pengembangan profesional mereka (Danim, 2010 : 177).
Pada sisi lain, dalam PP 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebagai turunan dari UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dalam Danim (2010 : 178) diamanatkan tentang beberapa hal yaitu:
a.       Guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturab perundang – undangan.
b.      Penempatan pada jabatan struktural dapat dilakukan setelah guru yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama 8 (delapan) tahun.
c.       Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
d.      Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural dapat ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak – hak guru sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
e.       Hak – hak guru yang berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada jabatan struktural.
f.       Ketentuan operasional mengenai penempatan guru pada jabatan struktural dan pengembaliannya pada jabatan guru diatur dengan peraturan menteri. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsepsi kepemimpinan guru harus dielaborasi menjadi realitas karena guru bukan hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran, melainkan juga merupakan calon pemimpin masa depan.
Menurut Katzenmeyer dan Moller (2001) dalam Danim (2010, 179) menjelaskan bahwa pemimpin guru dapat melayani dalam tiga cara, yaitu :
a.       melalui kepemimpinan siswa atau guru – guru lain sebagai fasilitator, pelatih, mentor, spesialis kurikulum, atau memimpin kelompok belajar
b.      melalui kepemimpinan atas tugas – tugas operasional agar sekolah tetap terorganisasi baik dan bergerak menuju tujuannya dengan andil dalam aktivitas komite sekolah dan melakukan penelitian tindakan
c.       melalui pembuatan keputusan untuk melayani perbaikan tim sekolah, menciptakan kemitraan bisnis, serta keterlibatan guru dalam asosiasio guru dan orang tua siswa atau komite sekolah.
Terdapat empat dimensi berbeda dari peran kepemimpinan guru menurut Harris (2002) dalam Danim (2010 : 180) yaitu brokering, kepemimpinan partisipatif, mediasi dan penempaan hubungan. Melalui broker, guru mampu menerjemahkan ajaran perbaikan sekolah dalam praktik. Ketika beroperasi dalam peran kepemimpinan partisipatif, guru merasa menjadi bagian dari perubahan atau pengembangan dan perbaikan sekolah, serta bersama – sama membantu rekan – rekan guru dengan mengambil peran mencapai tujuan kolektif. Pemimpin guru adalah sumber penting informasi dan keahlian, serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya melalui bertindak sebagai mediator. Sehingga akhirnya dengan membangun hubungan dengan sesama mereka, dapat dikembangkan sebagai model dari teknik – teknik kepemimpinan guru.



BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pemaparan mengenai kepemimpinan dalam kependidikan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.
2.      Macam-macam gaya kepemimpinan adalah tipe otokratis, tipe laissez faire, tipe demokratis, tipe paternalis, tipe militernis, tipe karismatis, tipe populistis dan tipe administratif atau eksekutif.
3.      Peran dan sifat-sifat pemimpin yang ideal menurut Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 adalah kepemimpinan Rasulullah SAW.
4.      Pengawas sebagai pemimpin mempunyai tugas pengawasan manajerial dan pengawasan akademik, kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas sebagai manager, administrator, supervisor, dan instructional leader (kepemimpinan pembelajaran), sedangkan guru sebagai pemimpin memiliki tugas memimpin siswa di kelas maupun di luar kelas dengan brokering, kepemimpinan partisipatif, mediasi dan penempaan hubungan.








Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan
Professional. Yogyakarta : Diva Press.

Danim, Sudarman. 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan Jenius (IQ + EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung : Alfabeta.

Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.

Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lamberi, Busro dan Sukarto Indrafachrudi. 1983. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan.   
Surabaya : Usaha Nasional.

Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Wahyosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teortik dan Permasalahannya. Jakarta  : Raja Grafindo Persada.

Yoeandha. 2013. Tiga Kekuatan untuk Menjadi Pemimpin. Diakses dari
http://www.dakwatuna.com/2013/10/11/40386/tiga-kekuatan-untuk-menjadi pemimpin/#axzz2tSmWR85W pada 16 Februari 2014.








0 komentar:

Posting Komentar