Rabu, 30 Juli 2014

Kepemimpinan Pendidikan

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Makalah Ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu : Shidiq Premono, M.Pd

Oleh :
Kelompok 6
1.      Dian Ayu Puspitasari                (11670004)
2.      Woro Sri Erdini                                    (11670020)
3.      Izzatillah Safitrie                      (11670028)





PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, makin terasa betapa penting peranan organisasi terhadap kepentingan manusia, tidak ada seorang pun diantara manusia ini rasanya yang dilahirkan samai pada saat kematiaannya tidak terikat pada organisasi. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Seorang kepala sekolah sebagai pemimpim harus dapat memahami, mengantisipasi, dan memperbaiki konflik yang terjadi di lingkungan sekolah serta dapat memperbaiki organisasi dan operasionalisasi sekolah.
Studi keberhasilan sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah orang yang menetukan fokus dan suasan sekolah. Oleh sebab itu, dikatakan pula bahwa “Keberhasilan sekolah, adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.” Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan tentu saja merupakan sumbangan  besar bagi kepala sekolah. Studi historis untuk menganalisis kepemimpinan seperti pendekatan psikologis, situasi, perilaku, dan pendekatan kontingensi perlu ditanamkan kepada kepala sekolah, sehingga mampu meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang dirasakan penting sekali demi berhasilnya sekolah yang dipimpinnya. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian dan fungsi kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan pendidikan, pendekatan pendidikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa Pengertian dan fungsi kepemimpinan?
2.      Apa sajakah yang tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
3.      Apa yang dimaksud pendekatan pendidikan?
4.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin?


C.    Tujuan
Makalah ini memiliki tujuan untuk:
1.      Mengetahui apa itu pengertian dan fungsi kepemimpinan.
2.      Mengetahui tipe-tipe kepemimpina pendidikan.
3.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pendidikan.
4.      Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan pemimpin.




















BAB II
ISI

A.    Pengertian dan Fungsi Kepemimpinan
1.      Pengertian Kepemimpinan
Menurut Robinson (1991) dalam Mulyono (2009:2) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh dapat diperoleh secara formal yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu organisasi. Sementara menurut Toha (1992) dalam Mulyono (2009:3) kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia,baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuaannya mempengaruhi orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 dalam Makawimbang (2012:6) ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan.
Beberapa definisi kepemimpinan yang lain menurut Usman (2006:280) dalam Makawimbang (2012:6) adalah
1.      Overton (2002) menjelaskan : kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan dan melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.
2.      Manz dan Sims, Jr (2001) pemimpin adalah orang yang memiliki kekuasaan, kewenangan atau kharisma yang cukup untuk mempengaruhi orang lain.
3.      George R.Terry (1972), mengungkapkan kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.
Sebenarnya masih banyak sekali pengertian tentang kepemimpinan, sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan pengertian tersebut, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.
Dari kesimpulan definisi di atas, ada beberapa unsur pokok dalam kepimpinan menurut Nawawi (1983:80) adalah sebagai berikut:
a.       Orang-orang yang dapat mempengaruh orang lain di satu pihak
b.      Orang-orang yang mendapat pengaruh di pihak lain
c.       Adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai
d.      Adanya serangkaian tindakan tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

2.      Fungsi Kepemimpinan
 Fungsi merupakan jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok yang diwujudkan dengan interaksi antar individu di dalam kelompok atau organisasi.
Secara operasional, menurut Kuriniadin dan Machali (2009:309-310) fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok sebagai berikut
a.       Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b.      Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Pada tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan dengan orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan dalam tahap pelaksanaan. Konsultasi ini untuk memperoleh timbal balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
c.       Fungsi Partisipasi
Pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksanaan.
d.      Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya merupakan kepercayaan. Orang yang menerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e.       Fungsi Pengendalian
Pada fungsi pengendalian, kepemimpinan yang sukses dan efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

B.     Tipe-Tipe Kepemimpinan
1.      Tipe Otoriter
Karakteristik tipe pemimpin otoriter menurut (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:49) adalah
a.       Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan seorang atau sekelompok kecil orang yang disebut atasan sebagai penguasa.
b.      Semua kebijakan dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahaannya.
c.        Semua perintah, pemberiaan dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan bawahan
d.      kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat lain dalam organisasi
e.       mengutamakan pelaksanaan dan penyelesaian tugas
f.       mengabaikan peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan
Akibat negatif dalam kepemimpinan tipe otoriter dalam bidang pendidikan adalah
a.       guru menjadi orang penurut yang tidak mau dan tidak mampu berinisiatif dan takut mengambil keputusan
b.      guru dan murid dipaksa bekerja keras, patuh dan mekanis dengan diliputi perasaan takut dan ketegangan karena terus-menerus dibayangi dengan ancaman hukuman.
c.       sekolah menjadi statis, karena segala sesuatu cukup diputuskan oleh atasan saja agar lebih cepat terlaksana.
Akibat positif dari kepemimpinan otoriter menurut Nawawi (1983:96)
a.       Suasana kerja menjadi terkendali karena bawahan tunduk kepada pemimpin
b.      Pemimpin tipe otoriter juga masih diperlukan sebagai wujud kesatuan perintah agar tidak simpang siur dan membingungkan
c.       Adanya kontrol dan pengawasan yang besar dari pemimpin
2.      Tipe Laissez Faire
Lamberi dan Indrafachrudi (1983:53) menyatakan karakteristik pada tipe kepemimpinan Laissez Faire adalah
a.       pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masing-masing anggota staf untuk apa saja yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka.
b.      Pemimpin tipe seperti ini akan menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, setelah menerangkan tujuan. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlalu jauh ikut campur atau mengambil inisiatif.
Akibat negatif tipe kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut
a.       Suasana kerja menjadi kacau karena tidak ada peran pemimpin yang nyata
b.      Kurangnya semangat kerja karena pemimpin tidak memberikan perannya sebagai motivator bagi bawahannya
c.       Sulit terjalin komunikasi karena pemimpin yang terlalu pasif
Akibat positif tipe kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut
a.       Bawahan menjadi lebih terampil dan berpengalaman
b.      Bawahan menjadi lebih kreatif dan inofatif karena tidak ada kekangan dari pemimpin untuk melakukan suatu pekerjaan
3.      Tipe Demokratis
Karakteristik dari tipe kepemimpinan demokratis menurut Kuriniadin dan Machali
(2009:306) adalah
a.       Pemimpin memberikan bimbingan yang efisien terhadap bawahannya
b.      Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama anggota dengan baik
c.       Kekuatan kepemimpinan demokratis bukan terletak pada kekuatan pemimpin tetapi dari partisipasi aktif anggota kelompok
d.      Pemimpin menghargai setiap potensi individu dan mau mendengarkan masukan dari bawahan
e.       Mampu memanfaatkan setiap kemampuan anggotanya dengan efektif
Kekurangan tipe kepemimpinan demokratis menurut Kuriniadin dan Machali (2009:307)  adalah
a.       Lambat dalam hal pengambilan keputusan, karena menunggu semua anggota kelompok sepakat pada satu keputusan
b.      Demokrasi yang melampui batas justru akan disalahgunakan oleh bawahan yang tidak bertanggung jawab
Kelebihan tipe kepemimpinan demokratis menurut  Nawawi (1983:96)  adalah
a.       Menghargai hak asasi manusia, yakni hak untuk mengemukakan pendapat setiap anggota karyawan
b.       Delegation of Authority sangat dominan
c.       Kepemimpinan tipe demokratis merupakan bentuk yang paling serasi untuk lembaga pendidikan karena memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif untuk memajukan organisasi
d.      Tercipta hubungan kerja yang positif dalam bentuk saling melengkapi dan mengisi kekurangan anggota lain
4.      Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Kuriniadin dan Machali (2009:302) menyatakan karakteristik tipe kepemimpinan kharismatik adalah
a.       Pemimpin memiliki energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain
b.      Memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendiriannya sendiri
c.       Totalitas kepribadian pemimpin memancarkan pengaruh dan daya tarik yang sangat besar
d.      Pemimpin terpilih lebih karena kesetiaan dari bawahannya atau lebih didasari rasa sukarela oleh pengikutnya
Lamberi dan Indrafachrudi (1983:53) menyatakan kekurangan pada tipe kepemimpinan Kharismatik adalah
a.       Bawahan tunduk kepada pemimpin tanpa berpikir panjang karena pengaruh yang sangat kuat dari kharismanya
b.      Pemimpin yang tidak bertanggung jawab atau terlena dengan kharisma yang dimilikinya dapat bertindak sewenang-wenang karena bawahan patuh tanpa harus mendapat tekanan
c.       Bawahan cenderung bersifat fanatisme
Kelebihan pada tipe kepemimpinan Kharismatik adalah
a.       Pemimpin sangat disegani dan mempunyai wibawa yang tinggi
b.      Bawahan dapat dengan mudah diawasi, dikontrol dan diperintah karena patuh terhadap pemimpin
5.      Tipe Kepemimpinan Paternalis
Kuriniadin dan Machali (2009:302) menyatakan karakteristik tipe kepemimpinan paternalis adalah
a.       Menganggap bawahan sebagai manusia yang belum dewasa dan masih perlu dikembangkan
b.      Pemimpin bersikap terlalu melindungi (overly protective)
c.       Hampir tidak pernah memberikan bawahan mengambil keputusan sendiri,
d.      Selalu bersikap maha tahu dan maha benar
Kekurangan tipe kepemimpinan paternalis adalah
a.       Bawahan menjadi terbatas dalam hal pengembangan pengetahuan, karena selalu dihalangi sikap over protective dari pemimpin
b.      Bawahan menjadi sulit mengembangkan imajinasi, dan kreativitas mereka
c.       Pemimpin akan kesulitan memecahkan masalah karena selalu dipikirkan sendiri
Kelebihan tipe kepemimpinan paternalis adalah
a.       Bentuk kebersamaan dan kekeluargaan tinggi,
b.      Suasana kerja bisa berjalan sesuai yang diinginkan pemimpin
6.      Tipe Kepemimpinan Militernis
Karakteristik tipe kepimimpinan militernis menurut Kuriniadin dan Machali (2009:303)
a.       Pemimpin lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando terhadap bawahan dengan kaku dan kurang bijaksana
b.      Menghendaki kepatuhan yang mutlak dari bawahannya
c.       Menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran berlebihan
d.      Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya
e.       Tidak menghendaki saran, usul, sugesti dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f.       Komunikasi hanya berlangsung satu arah
Kekurangan tipe kepimimpinan militernis menurut (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:62)
a.       Bawahan menjadi terkekang dan menimbulkan rasa takut yang berlebihan
b.      Suasana kerja terasa mencekam dan terlalu kaku
c.       Bawahan/anggota tidak memiliki hak dan kontribusi apapun dalam pengambilan keputusan.
d.      Kurang menghargai pendapat anggota, anggota hanya bisa berpendapat jika diminta pendapatnya saja.
Kelebihan tipe kepimimpinan militernis menurut (Lamberi dan Indarfachrudi, 1983:63) adalah
a.       Hanya ada satu garis komando, sehingga jelas wewenang dan tanggung jawabnya
b.      Keputusan mudah diambil.
c.       Adanya kejelasan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan tingkat konsekuensi yang tinggi.
d.      Bawahan memiliki disiplin yang tinggi
7.      Tipe Kepemimpinan Populistis
Karakteristik tipe kepemimpinan populistis menurut Profesor Peter Worsley dalam Kartono (2010 : 85),
a.       kepemimpinan yang dapat membangun solidaritas rakyat, misalnya Soekarno dengan ideologi marhaenismenya yang menekankan pada masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penghisapan serta penguasaan oleh kekuatan asing.
b.      berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
c.       kurang mempercayai dukungan serta bantuan hutang-hutang luar negeri
Kekurangan tipe kepemimpinan populistis
a.       hubungan dengan pihak asing menjadi kaku dan terbatas
b.      nilai-nilai tradisional kadang ada yang sudah tidak tepat lagi digunakan pada zaman modern seperti sekarang
Kelebihan tipe kepemimpinan populistis adalah
a.       mengutamakan penghidupan kembali nasionalisme.
b.      Tidak tergantung dengan bantuan dari pihak asing
c.       Solidaritas tumbuh dalam diri masyarakat atau bawahannya
8.      Tipe Kepemimpinan Administratif
Karakteristik kepemimpinan tipe administratif menurut (Kartono, 2010 :85) adalah
a.       kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
b.      Para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur yang mampu menggerakkan modernisasi dan pembangunan
Kekurangan tipe kepemimpinan administratif
a.       Birokrasi yang terlalu rumit dan berbelit akan menyebabkan waktu untuk mengambil keputusan terlalu lama
b.      Usaha pembangunan untuk daerah-daerah yang tertinggal akan sulit dilakukan
Kelebihan tipe kepemimpinan administratif
a.       Dapat membangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah
b.      Terjadi perkembangan teknis, berupa teknologi, industri dan manajemen modern serta pengembangan sosial di tengah masyarakat.
9.      Tipe Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Kartono (2010:87) menjelaskan karakteristik kepemimpinan pseudo-demokratis adalah sebagai berikut
a.       Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik
b.       Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
c.       Pemimpin ini menganut demokrasis semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar - samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis
Kekurangan untuk tipe kepemimpinan pseudo-demokratis adalah
a.       struktur organisasi menjadi tidak jelas atau kabur
b.       bawahan selalu didesak agar menerima keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.
Kelebihan  untuk tipe kepemimpinan pseudo-demokratis adalah
a.       Pemimpin selalu mempuyai ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang baik
b.      Pemimpin selalu melakukan musyawarah terhadap bawahannya

C.    Pendekatan-Pendekatan Kepemimpin
1.      Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan (Power Influence Approach)
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara apa (bagaimana) para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling memengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan (Wahjosumidjo, 1995: 20).
Berdasarkan hasil penelitian French dan Raven dalam Wahjosumidjo (1995:20), terdapat pengelompokan sumber dari mana kewibawaan tersebut berasal:
a.    Reward Power: bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pemimpin.
b.    Coersive Power: bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin.
c.    Legitimate Power: bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menuruti atau mematuhinya.
d.   Expert Power: bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.
e.    Referent Power: bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin.
2.      Pendekatan Sifat (The Trait Approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin seperti (Wahjosumidjo, 1995: 21),
a.       tidak kenal lelah atau penuh energi;
b.      intuisi yang tajam;
c.       tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan
d.      kecakapan meyakinkan yang sangat menarik (irresistible persuasive skill)
Studi Trait Approach didukung dengan perkembangan cepat percobaan-percobaan psikologi selama periode 1920-1950. Berdasarkan hasil studi tersebut ada tiga macam sifat pribadi seseorang pemimpin (Wahjosumidjo, 1995: 21), yang meliputi:
a.       ciri-ciri fisik (physical characteristics)
seperti: tinggi badan, penampilan, energi;
b.      kepribadian (personality)
seperti:
·         menjunjung tinggi harga diri (self esteem)
·         berpengaruh (dominant)
·         stabilitas emosi
c.       kemampuan/ kecakapan (ability)
seperti:
·         kecerdasan umum (general intellegence);
·          lancar berbicara (verbal fluency)
·          keaslian (originality), dan
·          wawasan sosial (social insight).
3.      Pendekatan Perilaku (The Behavior Approach)
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pendekatan perilaku itu mempergunakan acuan sifat pribadi dan kewibawaan. Kemampuan perilaku secara konsepsional telah berkembang ke dalam berbagai macam cara dan berbagai macam tingkatan abstraksi. Perilaku seorang pemimpin digambarkan ke dalam istilah “pola aktivitas”, “peranan manajerial” atau “kategori perilaku.” Dengan mempergunakan pendekatan perilaku, ke dalam berbagai macam klasifikasi (Wahjosumidjo, 1995: 23), yaitu:
a.       Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Melalui pengembangan Leader Behavior Discription Questionairs dikembangkan pula pemisahan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yakni struktur inisiasi (intiating structure) dan konsiderasi (consideration).
b.      Teori Empat Faktor
Teori kepemimpinan empat faktor meliputi dimensi-dimensi struktural, fasilitatif, suportif, dan partisipatif.
4.      Pendekatan Kontingensi (Contigency Approach)
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur dan memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Sesungguhnya ada empat macam model kepemimpinan kontingensi, yaitu Model Fiedler, Model House’s Path Goal, model Vroom-Yetton, dan model situasi. Dari keempat model tersebut, penting kiranya untuk dikembangkan, yaitu model kepemimpinan-situasi.
Model kepemimpinan-situasi timbul karena model kepemimpinan sebelumnya tidak bisa memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam kepemimpinan. Dari hasil penelaahan para pakar, bahwa model kepemimpinan-situasi mengandung pokok-pokok pikiran :
1)      Dimana pemimpin itu berada melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlibat dalam organisasi.
2)      Perilaku kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan.
3)      Pimpinan yang efektif ialah pemimpin yang selalu membantu bawahan dalam pengembangan dirinya dari tidak matang menjadi matang.
4)      Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari suatu situasi ke situasi yang lain.
5)      Pola perilaku kepemimpinan berbeda-beda sesuai dengan situasi yang ada. Ada yang cenderung mengarahkan (direktif) dan ada pula yang cenderung memberikan dukungan (suportif).

D.    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keefektifan Kepemimpinan
Mengacu pada pengertian kepemimpinan dapat dikemukakan bahwa keefektifan kepemimpinan adalah keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab utama masa kepemimpinannya dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor (James A. F. Stoner dalam Makawimbang, 2012: 41),
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu, dan harapan pemimpin
2.      Harapan dan perilaku atasan
3.      Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
4.      Kebutuhan tugas
5.      Iklim dan kebijakan organisasi
6.      Harapan dan perilaku rekan
Keefektifan Kepemimpinan dibutuhkan adanya kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan. Faktor-faktor ini akan memengaruhi pilihan pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinan. Manajer yang pernah sukses dalam melaksanakan pengawasan kecil misalnya, atau yang menghargai kebutuhan pencapaian pribadi dari bawahan akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan; manajer yang tidak mempercayai atau sekadar ingin memimpin semua kegiatan kerja secara langsung akan menerapkan peran yang lebih otoriter. Secara umum, manajer mengembangkan gaya kepemimpinan yang dirasakannya paling nyaman. Kenyataan bahwa kepribadian atau pengalaman masa lalu manajer membantu manajer membantu membentuk gaya kepemimpinannya tidak berarti bahwa gaya ini tidak dapat berubah. Harapan manajer merupakan komponen yang lain pula. Bukti telah menunjukkan bahwa karena berbagai sebab, situasi cenderung berkembang ke arah yang kita perkirakan. Karakteristik bawahan memengaruhi gaya kepemimpinan manajer dalam beberapa cara. Pertama keterampilan dan latihan bawahan memengaruhi pilihan manajer akan gaya; karyawan yang berkemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif. Kedua, sikap bawahan juga merupakan faktor yang berpengaruh (Makawimbang, 2012:41).
Menurut Harsery dan Blanchard dalam Makawimbang (2012:41), harapan bawahan merupakan faktor lain dalam menentukan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Bawahan yang mempunyai manajer yang berpusat pada karyawan di masa yang lalu akan mengharapkan manajer baru yang mempunyai gaya yang serupa dan mungkin akan beraksi secara negatif terhadap kepemimpinan otoriter. Keefektifan kepemimpinan juga dipengaruhi oleh konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja melalu orang lain.
Beberapa faktor penting yang dapat memengaruhi keefektifan kepemimpinan menurut Fahrudin Ali Prabowo dalam Makawimbang (2012: 42):
1.    Persepsi yang Tepat
Persepsi memainkan peran dalam memengaruhi efektivitas kepemimpinan. Para manajer yang memiliki persepsi yang keliru terhadap karyawannya mungkin kehilangan peluang untuk mencapai hasil yang optimal. Oleh karenanya ketepatan persepsi manajerial sangat penting, dan hal itu begitu penting pada setiap model situasional.
2.    Tingkat Kematangan
Pemimpin dituntut untuk berkemampuan dan berkemauan mengambil tanggung jawab untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri dengan memperhatikan tingkat kematangan dalam pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk melaksanakan pekerjaan itu. Bagaimana pun, bawahan harus diberi perhatian serius ketika membuat pertimbangan tentang gaya kepemimpinan yang dapat mencapai hasil yang diinginkan.
3.    Penilaian yang Tepat terhadap Tugas
Para pemimpin harus mampu menilai dengan tepat tugas yang dilaksanakan oleh bawahan. Dalam situasi tugas yang tidak terstruktur, kepemimpinan otokratik mungkin sangat tidak sesuai.  Para bawahan memerlukan garis petunjuk, bebas bertindak dan sumber daya untuk menyelesaikan tugas itu.Pemimpin harus dapat dengan tepat menentukan kekurangan tugas bawahan sehingga pilihan gaya kepemimpinan yang layak harus dilakukan. Karena tuntutan ini, seorang pemimpin harus memiliki beberapa pengetahuan teknik tentang pekerjaan itu dan syarat-syaratnya.
4.    Latar Belakang dan Pengalaman
Di sini ditegaskan bahwa latar belakang dan pengalaman pemimpin memengaruhi pilihan gaya kepemimpinan. Seseorang yang telah memperoleh keberhasilan karena berorientasi kepada hubungan mungkin akan meneruskan penggunaan gaya ini. Demikian juga, seorang pemimpin yang tidak percaya kepada para bawahannya dan telah menyususn tugas bertahun-tahun akan menggunakan gaya otokratik.
5.    Harapan dan Gaya Pemimpin
Pemimpin senang dan lebih menyukai suatu gaya kepemimpinan tertentu. Seorang pemimpinan yang memilih pendekatan yang berorientasi pada pekerjaan, otokratik, mendorong keberanian bawahan mengambil pendekatan yang sama. Peniruan model pemimpin merupakan kekuatan untuk membentuk gaya kepemimpinan. Karena pemimpin memiliki berbgai landasan kekuasaan, maka harapan mereka adalah penting.
6.    Hubungan Seprofesi
Pemimpin membentuk hubungan dengan pemimpin yang lain. Hubungan seprofesi ini digunakan untuk tukar menukar pandangan, gagasan, pengalaman dan saran-saran. Teman seprofesi seorang pemimpin dapat memberikan dukungan dan dorongan semangat bagi berbagai perilaku kepemimpinan, sehingga memengaruhi pemimpin itu pada waktu yang akan datang. Teman-teman seprofesi merupakan sumber penting tentang perbandingan dan informasi dalam membuat pilihan dan perubahan gaya kepemimpinan.













KESIMPULAN
1.      Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memeotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.
2.      Fungsi kepemimpinan terdiri dari lima pokok yakni fungsi instruksi, fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi dan fungsi pengendalian.
3.      Macam-macam gaya kepemimpinan adalah tipe otoriter, tipe laissez faire, tipe demokratis, tipe paternalis, tipe militernis, tipe kharismatis, tipe populistis dan tipe administratif atau eksekutif, dan tipe pseudo-demokratis. Masing-masing tipe kepemimpinan, mempunyai karakteristik, kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4.      Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan diantaranya adalah Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan (Power Influence Approach), Pendekatan Sifat (The Trait Approach), Pendekatan Perilaku (The Behavior Approach), dan Pendekatan Kontingensi (Contigency Approach).
5.      Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas kepemimpinan antara lain kepribadian, pengalaman masa lalu, dan harapan pemimpin, harapan dan perilaku atasan, karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi. Sedangkan menurut ahli yang lain, faktor-faktornya antara lain persepsi yang tepat, tingkat kematangan, penililaian yang tepat terhadap tugas, latar belakang dan pengalaman, harapan dan gaya pemimpin, dan hubungan seprofesi.











DAFTAR PUSTAKA
Jerry H. Makawimbang. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.

Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kurniadin, Didin dan Imam Machali. (2012). Manajemen Pendidikan : Konsep Dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Lamberi, Busro dan Sukarto Indrafachrudi. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan.   
Surabaya : Usaha Nasional.

Nawawi, Hadari. (1983). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.

Wahjosumidjo. 1995. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.










0 komentar:

Posting Komentar