Kamis, 31 Juli 2014

Objek Ontologi Ilmu

OBJEK ONTOLOGI ILMU
Makalah Ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Mukalam, M.Hum.

Oleh :
Kelompok 4
1.      Agus Widodo                           (11670001)
2.      Mur Madiatsih CRS                 (11670010)
3.      Jeki Trisnawati                          (11670016)
4.      Woro Sri Erdini                                    (11670020)
5.      Ikfiena Sari                               (11670036)
6.      Ahmad Nurkholis Majid           (11670043)
7.      Fitriyani Hidayah                      (11670047)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.
Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai Objek Ontologi Ilmu.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1.      Apakah pengertian dari ontologi?
2.      Bagaimana prinsip dasar ontology?
3.       Apa sajakah yang termasuk dalam ontologi dalam sains?
4.      Bagaimana objek dan sudut pandang ilmu pengetahuan?
5.      Bagaimana pandangan ontologi dalam ilmu?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1.      Menjelaskan pengertian ontology,
2.      menjelaskan prinsip dasar ontolog,
3.      menjelaskan ontologi dalam sains,
4.      menjelaskan objek dan sudut pandang ilmu pengetahuan,
5.      menjelaskan pandangan ontologi dalam ilmu.













BAB II
ISI

A.    Pengertian Ontologi
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Paling tua di antara segenap filsafat Yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu (Bakhtiar, 2013: 131).
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Kenyataan yang berupa materi dan kenyataan yang berupa rohani (Bakhtiar, 2013: 131).
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah (Bakhtiar, 2013: 131).
Tokoh yang membuat istilah ontologi adalah Christian Wolff (1679-1714).  Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu ta onta berarti yang berasa dan logi yang berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: on = being, dan logos = logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Louis O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate subtancey yang mengeluarkan semua benda (Bakhtiar, 2013: 132).
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
2.      Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (konkret) maupun rohani (abstrak).
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan yang ada itu. Aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia (Suja : 2012).
       
B.     Ontologi Sains
1.      Hakikat Pengetahuan Sains
 Pengetahuan sains menurut Ahmad Tafsir (2012:22) adalah pengetahuan yang bersifat rasional – empiris. Masalah rasional dan empiris inilah yang akan dibahas. Pertama, masalah rasional. Dalam sains, pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah berdasarkan rasio. Misalnya hipotesis yang dibuat adalah “makan telur ayam berpengaruh positif terhadap kesehatan”. Hal ini berdasarkan rasio : untuk sehat diperlukan gizi, telur ayam banyak mengandung nilai gizi, karena itu, logis bila semakin banyak makan telur ayam akan semakin sehat (Tafsir, 2012:22).
Hipotesis ini belum diuji kebenarannya. Kebenarannya barulah dugaan. Tetapi hipotesis itu telah mencukupi syarat dari segi ke-rasionalannya. Kata “rasional” di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat. Kedua, masalah empiris. Hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenarannya) mengikuti prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis ini digunakan metode eksperimen. Misalnya pada contoh hipotesis di atas, pengujiannya adalah dengan cara mengambil satu kelompok sebagai sampel, yang diberi makan telur ayam secara teratur selama enam bulan, sebagai kelompok eksperimen. Demikian juga, mengambil satu kelompok yang lain, yang tidak boleh makan telur  ayam selama enam bulan, sebagai kelompok kontrol. Setelah enam bulan, kesehatan kedua kelompok diamati. Hasilnya, kelompok yang teratur makan telur ayam rata-rata lebih sehat (Tafsir, 2012:23).
Setelah terbukti (sebaiknya eksperimen dilakukan berkali-kali), maka hipotesis yang dibuat tadi berubah menjadi teori. Teori ”makan telur ayam berpengaruh terhadap kesehatan” adalah teori yang rasional – empiris. Teori seperti ini disebut sebagai teori ilmiah (scientific theory). Cara kerja dalam memperoleh teori tadi adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah adalah : logico–hypothetico–verificatif (buktikan bahwa itu logis–tarik hipotesis – ajukan bukti empiris).
Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja mencari hubungan sebab akibat, atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional. Ilmu atau sains berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat. Sains tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah; sains hanya memberikan nilai benar atau salah.
2. Struktur Sains
Ahmad  Tafsir(2012,25), membagi sains menjadi dua, yaitu sains kealaman dan sains sosial. Dalam makalah ini, hanya ditulis beberapa ilmu.
a.       Sains Kealaman
·         Astronomi
·         Fisika : mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir
·         Kimia : kimia organik, kimia an organik, kimia teknik
·         Ilmu Bumi : paleontologi, geofisika, mineralogi, geografi
·         Ilmu Hayat : biofisika, botani, zoologi
b.      Sains Sosial
·         Sosiologi : sosiologi pendidikan, sosiologi komunikasi
·         Antropologi : antropologi budaya, antropologi politik, antropologi ekonomi
·         Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal
Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan
·         Politik : politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional

C.    Prinsip Dasar Ontologi Ilmu
Salah satu cabang metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainya. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang berasal konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologism ialah Thales, Plato, Aristoteles. Pada masanya kebanyakan orang belum dapat membedakan antara penampakan dan kenyataan. Dari pendekatan ontologism munculah beberapa paham yaitu: 1)Paham monoisme yang terpecah menjadi idealism dan spiritualisme; 2)Paham dualism dan 3)Paham Pluralisme (Akhadiah, 2011:142)
Beberapa pertanyaaan-pertanyaan sekitar ontologi diantaranya adalah:
·         Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi?
·         Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi?
·         Apa sifat dasar (nature) kenyataan atau keberadaan?
Selanjutnya, bagaimana dengan ontologi ilmu atau pengetahuan ilmiah? Ontologi ilmu mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah yang seringkali secara populer banyak orang menyebutnya dengan ilmu pengetahuan, apa hakikat kebenaran rasional atau kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak lepas dari persepsi ilmu tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu.
Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang dapat dipikirkan manusia dan dapat diamati oleh panca indera. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi lainya diluar ilmu. Ilmu adalah sebagian kecil dari serangkaian pengetahuan yang dapat ditemukan dan dipelajari serta dibutuhkan dalam mengatasi berbagai dilema dunia dan isinya. Dengan kata lain, ilmu yang kebanyakan orang dikatakan sebgai pengetahuan ilmiah, hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dengan melakukan berbagai macam penafsiran tentang hakikat realitas dan objek ontologi (Akhadiah, 2011:142)
Berdasarkan pendapat Bahm dalam Rizal & Minal (2009:12) suatu kegiatan baru dapat dikatakan sebuah ilmu manakala terdapat 6 (enam) karakteristik, yakni : (1) Problem, (2). Sikap, (3) Metode, (4). Aktivitas, (5) Pemecahan, dan (6). Pengaruh.
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa metafisika (ontologi) dapat dikatakan sebagai rumpun ilmu. Hal ini karenakan peran ontologi dalam ilmu pengetahuan, yaitu : 1) metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, 2) metafisika menuntut orisinalitas berpikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan, 3) metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah pra anggapan sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat, dan 4) metafisika membuka peluang bagi terjadinya perubahan visi di dalam melihat realitas, karena tidak ada kebenaran yang absolute (www.matematika-umsu.web.id/)

D.    Obyek dan Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan
Filsafat termasuk ilmu pengetahuan, akan tetapi ilmu pengetahuan itu ada banyak macam yang masing-masing berlainan lapangan dan metodenya. Misalnya, ilmu jiwa, ilmu alam, ilmu pasti, ilmu sosiologi, ilmu hayat, ilmu bumi, ilmu kedokteran, ilmu paedagogik dan sebagainya. Untuk itu ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua asas (Salam, 2003), yaitu:
1.      Obyek atau lapangan ilmu pengetahuan
Garis besaran obyek atau lapangan ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Oleh karena itu, ada ahli yang membagi ilmu pengetahuan itu atas dua bagian besar yaitu kelompok ilmu pengetahuan alam dan kelompok ilmu pengetahuan manusia. Terdapat beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berobyek material sama yaitu manusia atau tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia ada beberapa segi atau aspek seperti aspek-aspek biologis, psikologis, sosiologis, dan antropologis. Dalam segi lain daripada tingkah laku manusia adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, sebagai insan ekonomi, sebagai insan hukum atau sebagai insan sejarah. Akan tetapi untuk memahami konsep manusia – masyarakat, pendekatan dari sudut ilmu-ilmu ini tentang tingkah laku manusia, yaitu psikologi, sosiologi dan antropologi.
Obyek dapat dibedakan atas dua hal adalah sebagai berikut:
a.       Obyek material (material object), yaitu obyek atau lapangan jika dilihat secara keseluruhan
b.      Obyek formal (formal object), yaitu obyek atau lapangan jika dipandang menurut suatu aspek atau sudut tertentu saja. Seperti, manusia sakit “untuk kedokteran”.
Perbedaan menurut obyek formal dan material sangat luas dipergunakan dalam ilmu pengetahuan. Material biasanya menunjukkan isi, dormal lebih menitik beratkan pada bentuk.
2.      Sudut pandang
Asas perbedaan kedua ialah sudut pandang. Sudut pandang inilah yang membedakan antara ilmu-ilmu pengetahuan, menentukan sifat-sifat ilmu dan metode yang dipakai. Misalnya: ilmu kedokteran yang mempelajari manusia dilihat dari sudut tubuhnya, yaitu sakit maka harus disembuhkan.
Jadi yang membedakan antara satu ilmu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya adalah obyek material atau lapangan ilmu pengetahuan itu. Apabila obyek materialnya sama maka yang membedakan ialah obyek formalnya atau sudut pandangnya (Salam, 2003).

E.     Pandangan dalam Ontologi Ilmu
Persoalan dalam keberadaan menurut Ali Mudhofir (1996) ada tiga pandangan yang masing-masing menimbulkan aliran yang berbeda. Tiga segi pandangan itu adalah sebagai berikut :
1.      Keberadaan Dipandang dari Segi Jumlah (Kuantitas).
Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas) artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Pandangan ini melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya yaitu sebagai berikut :
a.       Monoisme
Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satuu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan, atau substaansi lainnya yang tidak dapat diketahui. Tokohnya antara lain:
1)      Thales (625-545 M) yang berpendapat bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu substansi, yaitu air.
2)      Anaximander (610-547 SM) berkeyakinan bahwa yang merupakan kenyataan terdalam adalah Apeiron, yaitu sesuatu yang tanpa batas, tidak daat ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang ada dalam dunia.
3)      Anaximenes (585-528 SM) berkeyakinan bahwa yang merupakan unsur kenyataan sedalam-dalamnya adalah udara.
4)      Filsuf modern yang termasuk penganut monoisme adalah B. Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhaan diidentikan dengan alam.
b.      Dualisme (serba dua)
Aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini adalah:
1)      Plato (428-348SM) yang membedakan dua dunia yaitu dunia indera dan dunia ide.
2)      Rene Descartes (1596-1650 M) yang membedakan substansi pikiran dan substansi keluasan.
3)      Leibniz (1646-1716 M) yang membedakan dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin.
4)      Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia gejala dan dunia hakiki.
c.       Pluralisme
Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran  ini adalah:
1)   Empedokles (490-430 SM) yang menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas empat unsur yaitu udara, air, api dan tanah.
2)   Anaxagoras (500-428 SM) manyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsur-unsur yang tidak terhiung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya di kuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous.  Dikatannya bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.
3)   Leibniz (1646-1716) menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas monade-monade yang tidak berluas, selalu bergerak, tidak terbagi, dan tidak dapat rusak. Setiap monade saling berhubungan dalam suatu sistem yang sebelumya telah diselaraskan “harmonia prestabilia”.
2.      Keberadaan Dipandang dari Segi Sifat (Kualitas)
Keberadaan dipandang dari segi kualitas menimbulkan beberapa aliran sebagai berikut:
a.       Spiritualisme
Spiritualisme mangandung beberapa arti yaitu:
1)      Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh.
2)      Kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistis yang menyatakan adanya roh mutlak.
3)      Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama.
4)      Kepercayaan bahwa roh orang mati itu berkomunikasi dengan orang yang masih hidup melalui perantara atau orang tertentu dan lewat bentuk wujud yang lain.
Aliran spiritualisme juga disebut idealisme. Tokoh aliran ini dianataranya adalah Plato dengan ajarannya tentang idea dan jiwa.
b.      Materialisme
Adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi yang dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk dan menempati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti pikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa senang tidak lain hanyalah ungkapan proses kebendaan. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini adalah:
1)        Demokritos(460-370 SM) berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan badan.
2)        Thomas Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa sesuatu yang terjadi di dunia merupakan gerak dari materi.
3.      Keberadaan Dipandang dari Segi Proses Kejadiaan atau Perubahan
Aliran yang berusaha menjawab persoalaan ini adalah sebagai berikut:
a.       Mekanisme
Menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarka asas-asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi yang bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya. Pandangan yang bersifat mekanistik dalam kosmologi pertama kali diajukan oleh Leucippus dan Democritus yang berpendirian bahwa alam dapat diterangkan berdasarkan pada atom-atom yang bergerak pada ruang kosong. Pandangan ini dianut oleh Galileo Galilei dan filsuf lainnya sebagai fisafat mekanik. Rene Descartes menganggap bahwa hakikat materi adalah keluasan dan semua gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah mekanik. Bagi Immanuel Kant, kepastian dari suatu kejadian sesuai dengan kaidah sebab akibat sebagai suatu kaidah alam.
b.      Teleologi
Berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan. Plato membedakan antara idea dan materi. Tujuan berlaku dialam ide, sedangkan kaidah sebab akibat berlaku dalam materi. Menurut Aristoteles, untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita harus memahami empat sebab yaitu: sebab bahan, sebab bentuk, sebab kerja dan sebab tujuan.
c.       Vitalisme
Memandang sepenuhnya bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika-kimiawai, karena hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup
  












  BAB III
KESIMPULAN
1.      Pengertian ontologi menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada, sedangkan menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani atau abstrak.
2.      Pengetahuan sains merupakan pengetahuan yang bersifat rasional – empiris. Dalam masalah rasional pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah berdasarkan rasio, sedangkan untuk masalah empiris hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenarannya) mengikuti prosedur metode ilmiah.
3.      Prinsip dasar ontologi ilmu adalah wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi lainya diluar ilmu
4.      Ilmu pengetahuan dibedakan atas dua asas, yaitu obyek atau lapangan ilmu pengetahuan dan sudut pandang. Obyek dapat dibedakan atas dua macam, yaitu obyek material dan obyek formal. Jadi yang membedakan antara satu ilmu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya adalah obyek material atau lapangan ilmu pengetahuan itu. Apabila obyek materialnya sama maka yang membedakan ialah obyek formalnya atau sudut pandangnya.
5.      Terdapat tiga segi pandangan ontologi yaitu yang pertama keberadaan dipandang dari segi jumlahnya atau kualitas yang terdiri dari monoisme dualisme, dan pluralisme. Keberadaan dipandang dari segi jumlah artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Yang kedua adalah keberadaan dipandang dari segi kualitas atau sifatnya yang terdiri atas spiritualisme dan materialisme. Yang ketiga adalah keberadaan yang dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan, aliran yang menjawab perubahan ini diantaranya adalah mekanisme, teleologi dan vitalisme.




DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabararti & Listyasari, Dewi.2011.Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Prenada Media
     Group.
Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suja, Aidillah. 2012. Ontologi Ilmu Pengetahuan. Diakses dari
  pada 26 Februari 2014 pukul 20:11 WIB.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistetemologi, dan Aksiologi.
      Bandung. Remaja Rosdakarya.



0 komentar:

Posting Komentar