Jumat, 20 September 2013

Skala Sikap

Skala sikap (Attitude Scales)
Sikap adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan tindakan atau tingkah laku ke arah positif maupun negatif terhadap suatu objek. Definisi tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman maupun keyakinan tentang objek, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek dan konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan objek (Widyoko, 2012: 115).
Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain: skala Linkert, skala Thurstone, skala Guttman dan semantic differential.
a.       Skala Linkert
Prinsip pokok skala Linkert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.
Skala Linkert menggunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respons:
SS        = sangat setuju
S          = setuju
R         = ragu-ragu
TS        = tidak setuju
STS     = sangat tidak setuju
(Widyoko, 2012: 115)

b.      Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena merupakan suatu instrumen yang responsnya dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5 tingkatan, sedangkan pada skala Thurstone jumlah skala yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11 (Widyoko, 2012: 117).

c.       Skala Guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
Contoh:
1.      Saya mengizinkan adik saya bermain ke tetangga.
2.      Saya mengizinkan adik saya pergi ke mana ia mau.
3.      Saya mengizinkan adik saya pergi kapan saja dan ke mana saja.
4.      Adik saya bebas pergi ke mana saja tanpa minta izin terlebih dahulu.
Bila responden setuju dengan petnyataan nomor 3 misalnya, maka dianggap setuju dengan pernyataan nomor 1 dan 2 serta tidak setuju dengan pernyataan nomor 4 (Widyoko, 2012: 118).
d.      Semantic Differential
Instrument yang disusun oleh Osg Ood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi – dimensi yang ada diukur dalam kategori : menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya (Widyoko, 2012: 118).


Sumber: Widyoko Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

0 komentar:

Posting Komentar