SISTEM
INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pengelolaan
Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu: Shidiq Premono, M.Pd.
Disusun Oleh Kelompok 6:
1.
Agung Purnomo (106700)
2.
Kiki Melita A. (116700)
3.
Bekti Widiastuti (11670021)
4.
Adnin Arif Rizki (116700)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013/
2014
Kata
Pengantar
Puji syukur senantiasa
saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengelolaan
Lembaga Pendidikan.
Penulisan makalah ini
disusun sebagai tugas kelompok dalam proses pembelajaran mata kuliah Pengelolaan
Lembaga Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Makalah ini terdiri dari 3
bagian:
1.
Pendahuluan
2.
Pembahasan
3.
Simpulan
Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
khususnya kepada Shidiq Premono,M.Pd selaku dosen Pengelolaan Lembaga
Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.Demikian makalah ini kami
susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.
Yogyakarta, 21 April 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1.
Apa yang
dimaksud dengan sistem informasi?
2.
Bagaimana konsep dasar pengambilan keputusan (proses jenis masalah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan)?
3.
Bagaimana sistem informasi manajemen dalam pendidikan?
4.
Bagaimana peranan sistem informasi dalam pengambilan
keputusan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1.
Mengetahuhi
pengertian sistem informasi.
2.
Mengetahui konsep dasar pengambilan keputusan (proses jenis masalah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan).
3.
Mengetahui sistem informasi manajemen dalam pendidikan.
4.
Mengetahui peranan sistem informasi dalam pengambilan
keputusan.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Sistem Informasi Manajemen
Organisasi
dalam beraktivitas membutuhkan informasi mengenai suatu kejadian yang sudah,
sedang dan akan terjadi. Hal itu menjadi faktor yang sangat penting dalam organisasi
sehingga dengan sendirinya memerlukan suatu pengelolaan melalui system yang
mendukung berbagai kebijakan dan keputusan dalam setiap tingkatan organisasi.
Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan akan informasi dalam siklus hidup
manusia telah menjadi keharusan yang mau atau tidak memerlukan perhatian dan
keseriusan dalam pengelolaannya. Kesalahan menyampaikan atau menerima informasi
dalam suatu organisasi misalnya, dipastikan akan berdampak negatif terhadap
kesinambungan organisasi itu ke depan karena pengambilan keputusan yang
didasarkan atas data dan informasi yang valid akan menimbulkan beragam
interpretasi dan secara langsung mempengaruhi penerapannya di lapangan (Amtu,
2013: 174-175).
McLeod
(1998) dalam Amtu (2013: 175) mengatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen
yang berintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Sistem ini
adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan guna
memperbaiki organisasi ke arah yang lebih baik. Selanjutnya McLeod (2001) menambahkan
terkait informasi, bahwasanya informasi adalah salah satu sumber daya yang
tersedia yang dapat dikelola seperti sumber daya yang lain, sehingga McLeod
menyimpulkan bahwa system informasi adalah suatu system dalam suatu organisasi
yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan. Dari
berbagai pengertian yang telah diungkapkan, pada dasarnya menekankan bahwa
informasi memegang peranan penting dalam suatu manajemen organisasi.
B. Konsep Dasar
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan suatu
hal yang esensi di dalam administrasi. Kats dan Kahn dalam (Arikunto, 1990: 219) menggambarkan bahwa
pengambilan keputusan dapat dikategorikan menjadi empat
yaitu:
a.
Pengambilan keputusan
sebagai rumusan dari substansi tujuan.
b.
Pengambilan keputuan
sebagai keputusan dari langkah dan alat untuk
mencapai tujuan dan penampilan hasil evaluasi.
c.
Pengambilan keputusan
dalam administrasi rutin
atau aplikasi dari
kebijaksaan bagi kegiatan yang sedang berlangsung.
d.
Pengambilan keputusan
sebagai kepastian.
Secara
umum
pengambilan keputusan dapat diartikan suatu
proses seleksi dari suatu kegiatan atau posisi dari sejumlah alternatif yang tersedia (Arikunto,1990:220).
1.
Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
yang efektif tidak mudah
terjadi. Suatu pemimpin yang menginginkan suatu
pertimbangan yang bagus
harus meneliti
banyak faktor di dalam proses pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengamblan keputusan menurut
(Arikunto,1990) yaitu:
a.
Filosofi
Filosofi yang dimiliki oleh orang
yang bersangkutan,
misalnya filosofi yang dianut
oleh para pendidik mempunyai
pengaruh besar terhadap
pengambilan keputusan perbedaan filosofi anatara individu yang sedang melaksanakan proses
pengambilan keputusan, seharusnya disamakan terlebih dahulu
agar tidak mengalami kesulitan
dalm pengambilan keputusan. Biasanya perbedaan filosofi inilah
yang seringkali mengahambat proses pengambilan keputusan.
b.
Konteks
Konteks berkaitan dengan dimana
pengambilan keputusan tersebut dibuat, yang dimkasud konteks dalam hal ini adalah lingkungan dan kondisi baik bersifat fisik maupun
sosial yang ada di lingkungan
pelaku pengambil keputusan.
Dalam dunia
pendidikan yang dapat diklasifikasikan sebagai konteks misalnya letak geografis
sekolah, kondisi ekonomi, personal dan orang tua peserta didik, status sosial dan tempat tinggalyang mempnyai
sifat khusus.
c.
Informasi
Informasi terkait dengan sumber yang digunakan untuk
pengambilan keputusan. Sumber dan tipe informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan
memegang peran yang sangat penting. Pada umumnya pimpinan yang akan mengambil keputusan
memerlukan informasi
yang akurat
dan mutakhir. Namun, terkadang hal yang seperti ini tidak
selalu mungkin tercapai dengan harapan. Agar
diperoleh informasi seperti yang dikehendaki, pimpinan lembaga sebaiknya mengusahakan terbentuknya sebuah bank data yang sahih yang secara umum
dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan.
d.
Partisipasi
Partisipasi ini berkaitan dengan
proses dalam pengambilan keputusan dan saat keputusan
diambil. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi atau keterlibatan bebrapa orang dalam
pengambilan keputusan cukup
mempunyai manfaat.
Hal ini mempunyai
niali etis dan moral di dalam pertimbangan-pertimbangan sehingga bantuan tersebut akan menjadi keterlibatan aktif bagi
staf prosesioanl dalam keputuan yang menyangkut mereka juga. Menurut Newell dalam (Arikunto, 1990:221) keuntungan
adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah
1)
Keputusan
yang diambil akan lebih baik apabila melibatkan staf.
2)
Kepuusan yang diambil akan mendukung
implementasi yang efektif.
3)
Meningkatkan
perkembamngan individu
melalui partisipasi
dalam prose pengambilan keputusan.
4)
Akan terjadi
integrasi antara individu-individu dalam mencapai tujuan
organisasi.
5)
Akan memperbesar
persatuan dalam
organisasi.
6)
Pemilihan waktu.
2.
Proses
pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
seringkali bersifat situsional-spesifik.
Namun banyak
pengambilan keputusan yang dapat garis besarnya sehingga
proses pengambilan keputusan tesebut dapat diikuti generalisasinya. Terkadang isi dari
pengambilan keputusan sangat bervariasi, proses yang berhubungan
dengan isi secara mendasar nampakya stabil. Pengambilan keputusan
selalu berhubungan
dengan waktu
lalmpau, saat ini dan
waktu yang akan
datang.
Mc Farland dalam
(Arikunto, 1990: 222)
mengatakan bahwa aspek waktu
lebih penting dipertimbangkan sebagai faktor yang fundamental. Menurut
beliau ada tiga jenis
waktu yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu:
a.
Waktu lampau yang menyangkut dengan timbul dan berkembanganya masalah, informasi
yang terkumpul dan keperluan diambilnya keputusan.
b.
Waktu sekarang dimana alternatif diperoleh
dan pilihan dibuat.
c.
Waktu yang akan datang dimana keputusan
yang telah diambil diusahakan
untuk
dilaksankan dan dievaluasi.
Inilah sebagai
konsekuensinya bahwa
pengambilan keputvsan
yeng dilakukan
sekarang selalu
mempertimbangkan masa lalu
dan masa yang akan datang.
3.
Pengambilan keputusan
dalam pemecahan masalah
Dalam arti yang
mendasr sebenranya pengambilan keputusan sudah mengandung arti adanya pemecahan masalah. Setiap
kali keputusan digunakan untuk
memecahkan atau
mengurangi maslah
tentu telah terjadi
proses pengambilan keputusan. Menurut
John Dewey dalam (Arikunto,
1990: 223) ada enam langkah pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dalam memecahkan masalah, yaitu:
a.
Mengidentifikasi
maslah
Maslah biasanya cukup
luas dan terkadang
bercampur
dengan maslah lain sehingga nampak ruwet
dan seolah-olah sulit
untuk
diatasi. Untuk maslah yang menyatu dan kompleks perlu diuraikan terlebih dahulu
sehingga jelas bats-batasnya.
b.
Merumuskan
masalah
Langkah ini merupakan sesuatu
yang paling kritis di dalam langkah pengambilan keputusan
karena baik tidaknya rumusan masalah akan menentukan difahami dan diterimanya masalah
tersebut oleh orang
lain sebagai masalah yang perlu
dipecahkan.
c.
Menentukan alternatif-alternatif pemecahan
Untuk langkah ini perlu diingat faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah dan
hal-hal yang berkaitan dengan hadirnya masalah yang akan dipecahkan.
d.
Mengidentifikasi
akibat atu
konsekunsi dari
pengambilan setiap alternatif
Beberapa ahli dalam tahap ini mengusulkan
dipertimbangkanya unsur dana agar akibat dari pengambilan
kepvtvsan merupakan
sesuatu yang sudah dilihat efisiensinya.
e.
Memilih
alternatif yang terbaik.
f.
Menguji akibat-akibat dari pengambilan keputusan.
C. Sistem Informasi
Manajemen dalam Pendidikan
Lembaga
pendidikan adalah suatu organisasi social formal yang melibatkan partisipasi
publik. Artinya, penyelenggaraan pendidikan bukan saja menjadi kewenangan
pemerintah, melainkan menjadi bagian dari tanggung jawab bersama, baik
pemerintah, swasta maupun kelompok-kelompok masyarakat, karena pendidikan
bersentuhan dengan kepentingan banyak orang dan menjadi factor penentu
perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, diperlukan suatu system penyelenggaraan
pendidikan yang berlaku secara nasional. Dalam konteks otonomi daerah,
perkembangan institusi-institusi pendidikan sangat bergantung pada strategi dan
metode SIM dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga dapat menopang daya saing
organisasi baik dalam skala internasional maupun eksternal, pada tingkat
regional, nasional dan internasional (Amtu, 2013: 189).
SIM
pendidikan akan memungkinkan terjadinya sinergisitas dan sinkronisasi pada
setiap tingkatan birokrasi pemerintahan, maupun pada lembaga-lembaga
penyelenggaraan pendidikan. Berikut ini adalah gagasan pemikiran yang disebut
Lingkaran Sistem Informasi Manajemen di Bidang Pendidikan:
Aspek Manajemen:
·
Perencanaan
·
Pengorganisasian
·
Pelaksanaan
·
Pengendalian
·
Monitoring
·
Evaluasi
|
SIM di bidang pendidikan bagaikan suatu mata rantai
yang saling berkaitan dan menjadi lingkaran yang terus berputar seirama dengan
aktivitas pendidikan yang dilaksanakan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam
menetapkan keputusan dan melahirkan kebijakan di bidang pendidikan, serta
pihak-pihak yang melaksanakan keputusan dan kebijakan itu, mestinya berada
dalam suatu lingkaran system informasi yang terpadu dan terintegritas (Amtu,
2013: 190).
Pembahasan mengenai SIM dalam pendidikan, memang
tidak serta merta diarahkan pada aktivitas menyelenggarakan organisasi
pendidikan, tetapi juga aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah. Perkembangan SIM yang didukung dengan peralatan dan jaringan teknologi
informasi yang memudahkan semua pihak yang berkepentingan dalam dunia
pendidikan (guru dan siswa) untuk mengakses informasi dan sumber-sumber belajar
lainnya melalui jaringan internet. Implementasi SIM dalam bidang pendidikan di
Indonesia memang terkesan “berjalan di tempat” karena hingga sekarang model
system informasi manajemen yang dikembangkan masih terkendala dengan berbagai
factor. Diantara berbagai factor tersebut adalah penerapan otonomi daerah yang
memberikan kewenangan kepada masing-masing daerah untuk mengelola pendidikannya
sesuai keunggulan dan cirri khas yang dimiliki, pendapatan daerah yang minim
dan belum tersedianya SDM yang terampil dan professional (Amtu, 2013: 191).
Selain factor-faktor tersebut di atas, terdapat juga
factor lain seperti pejabat pendidikan di daerah yang memanipulasi data dan
informasi mengenai kondisi pendidikan di daerahnya karena berbagai alasan,
misalnya: melanggengkan jabatan, mencari nama di depan atasannya, malu terhadap
kondisi yang terjadi, tidak memiliki data dan informasi secara komprehensif dan
menganggap bahwa kondisi yang sesungguhnya tidak berdampak terhadap masa depan
pendidikan. Memang patut diakaui, bahwa sebaik apapun SIM yang dirancang,
sangat bergantung pada manusia sebagai pelaku sekaligus pengguna dari SIM itu
sendiri (Amtu, 2013: 192).
D. Peranan Sistem
Informasi dalam Pengambilan Keputusan
Sistem informasi
manajemen yang dikelola dengan profesional akan mendukung suatu proses
pengambilan keputusan mengenai masa depan pendidikan. Harus diakui bahwa
perangkat informarsi dan komunikasi belum tersebar merata di sekolah-sekolah,
kampus dan kantor-kantor pemerintahan diseluruh Indonesia. Hal ini tentu kembali
lagi pada kemampuan struktur pemerintahan daerah sesuai dengan mandat
desentralisasi pendidikan. Untuk meng-update kondisi terkini suatu lembag
pendidikan, sangat sulit mengandalkan laporan tertulis yang sifatnya bulanan,
triwulan, caturwulan, semester atau tahunan. Suatu keputusam mengenai
pengembangan pendidikan biasanya ditelaah dalam kurun waktu yang sangat
sedikit, tetapi akan berdampak bagi setiap lembaga pendidikan dalam kurun waktu
yang panjang.
Karena setiap
saat terjadi dinamika dalam konteks ekonomi, sosial-politik dan tata
pemerintahan baik pada level pusat maupun daerah, maka sekecil apapun data dan
informasi yang dimiliki sangat bermanfaat khususnya di bidang pendidikan. Untuk
itu diperlukan suatu system informasi manajemen dengan dukungan teknologi
informasi dan komunikasi, sehingga keputusan yang dihasilkan dipastikan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan pendidikan. Setiap pejabat dan
birokrat pemerintahan selalu terikat dengan unsur-unsur politis dan kepentingan
siapa yang berkuasa. Tidak berarti keputusan yang diambil sesuai dengan
kehendak penguasa, tetapi seharusnya didasarkan atas data dan informasi
obyektif mengenai pendidikan. Menurut Putu Ashntya Widhaiarta (2008), pada
dasarnya ada beberapa aktifitas yang perlu dilakukan oleh para pembuat
kebijakan sebelum merumuskan suatu kebijakan tentang penerapan TIK, khususnya
pada dunia pendidikan. Aktivitas itu antara lain:
a.
Memetakan
terlebih dahulu kemampuan Negara/daerah dalam menerapkan TIK
Seringkali
suatu teknologi tinggi diterapkan tanpa melihat kemampuan para calon
penggunanya. Hal ini terjadi di Negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Pemerintah pusat atau Negara-negara donor biasanya memberikan bantuan dalam
bentuk proyek dan sarana TIK. Hal yang disayangkan bahwa seringkali niat baik
itu menjadi sia-sia karena kurangnya kemampuan sumber daya di Negara/daerah
untuk menggunakan berbagai teknologi tersebut. Meningkatkan prasarana dan
sumber daya yang siap menggunakan TIK
jauh lebih penting daripada pengadaan TIK itu sendiri.
b.
Melakukan
identifikasi permasalahan, analisis kebutuhan dan mencari berbagai peluang
penerapan TIK pada dunia pendidikan
Sistem
apapun yang berkaitan dengan TIK sebaiknya dimulai dari sebuah analisis
kebutuhan. Pada dunia sains pun berbagai riset adalah untuk menjawab berbagai
permasalahan yang ada. Dengan kata lain seorang pembuat kebijakan harus
memahami dulu permasalahan apa yang hendak dijawab dengan penerapan TIK. Jangan
lagi menerapkan TIK hanya dengan paradigma proyek pengadaan seperti yang terjadi
selama ini. Mencari, merumuskan permasalahan dan peluang penerapan TIK untuk
menyelesaikan masalah akan lebih menjamin kesuksesan daripada membuat sebuah
proyek prestisius tetapi tidak berangkat dari analsisis kebutuhan.
c.
Membuat sebuah master-plan atau road map yang jelas tentang penerapan TIK di dunia pendidikan
beserta rencana sumber dananya
Paradigma
berpikir jangka pendek sering muncul dibenak para pengambil kebijakan dalam
menyusun berbagai program penerapan TIK. Hal ini tidak lepas dari kondisi
politis Indonesia, dimana mutasi kepemimpinan berganti dengan cepat. Selain itu
seringkali tidak ada acuan yang jelas dan dapat dijadikan tuntunan bagi para
pembuat kebijakan tersebut. Saat ini kondisi mulai membaik karena hampir setiap
institusi telah memiliki unit dan staf yang bisa membantu para pejabat dalam
membuat master-plan penerapan TIK.
Walaupun demikian kondisi ini pada umumnya hanya terjadi di pemerintah pusat
atau unit pelaksana teknisnya. Sedangkan dilevel pemerintahan daerah belum
banyak yang memiliki road-map semacam ini. Dengan memiliki road-map peneripan TIK di sebuah institusi tidak akan berubah-ubah
setiap ada pergantian kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan
haruslah mengacu pada road-map
tersebut.
d.
Merancang
berbagai program penerapan TIK sesuai road-map
Setelah
tersusunnya road-map langkah selanjutnya adalah menyusun berbagai program
penerapan TIK tersebut agar dapat diaplikasikan dengan baik diberbagai
institusi pendidikan. Program-program tersebut dibuat untuk mencapai berbagai
milestone pada road-map yang menjadi pedoman bagi penyusunan program tersebut.
Fase ini pun perlu mendapat perhatian khusus dari para pengambil kebijakan
karena seringkali program-program TIK yang diterapkan di Indonesia tidak sesuai
dengan kepentingan publik. Jika program penerapan TIK ditujukan mencapai
peningkatan kualitas dan perluasan akses pendidikan maka program yang
disusunpun diarahkan sebagai pendayagunaan TIK yang dapat mencapai tujuan
tersebut. Berbagai program tersebut akan dapat lebih optimal dalam
penyusunannya apabila pengambil kebijakan meiliki latar belakang dan pengalaman
dalam manajemen proyek-proyek TIK.
e.
Mempersiapkan
pendanaan sumberdaya manusia dan prasarana
Setelah
program disusun dengan perencanaan yang baik dan terperinci, langkah
selanjutnya adalah mencari dukungan pendanaan. Meskipun kadangkala dukungan
dana ini sudah tersedia dari APBN/APBD namun seringkali seorang pengambil
kebijakan juga harus pintar mencari sumber dana lain dalam mengembangkan
berbagai program TIK. Sumber dana lain tersebut dapat berasal dari perusahaan
swasta yang peduli dengan pengembangan TIK di pendidikan lewat berbagai
program.
f.
Aspek sumberdaya
manusia selalu menjadi focus utama bagi berbagai program pendidikan
Tidak
mudah mencari tenaga ahli TIK yang mempunyai karakteristik sebagai pendidik
atau tenaga kependidikan. Demikian pula sedikit sekali tenaga tenaga pendidik
dan kependidikan yang memiliki pemahaman baik tentang TIK. Banyak guru ataupun
staf tata usaha diberbagai lembaga pendidikan yang masih sangat awam dengan
TIK. Padahal mereka adalah calon pengguna sistem yang dirancang lewat berbagai
program diatas. Dari kondisi yang umum tampak bahwa dalam mempersiapkan sumber
daya manusia perlu dirancang secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan sistem.
Dari beberapa pengalaman, lebih mudah untuk memberikan berbagai bekal sebagai
pendidik atau tenaga kependidikan kepada para ahli TIK.
Cara
ini lebih efektif dan cepat daripada memaksakan para pendidik dan tenaga
kependidikan untuk memulai mempelajari TIK. Prasarana pendukung seringkali
terlupakan dalam menyusun program penerapan TIK. Seringkali sekolah ataupun
institusi pendidikan lainnya kebingungan saat diminta mempersiapkan ruangan
atau kebutuhan teknis lainnya saat hendak menerima hibah perlengkapan ataupun
program-program peneripan TIK. Seorang pembuat kebijakan sejak awal hendaknya
telah menyusun kebutuhan minimal dari penerapan system di sebuah lembaga.
Dengan pedoman dan spesifikasi teknis yang jelas dan detail maka institusi
pendidikan yang menjadi subyek program penerapan TIK dapat mempersiapkan diri
dengan lebih baik.
g.
Mempersiapkan
konten pendidikan
Ditinjau
dari kualitas teknis, sarana dan dukungan sumberdaya manusia dibidang TIK,
Indonesia berada pada kondisi yang cukup baik diantara Negara-negara asia
tenggara. Walaupun demikian
salah satu kelemahan yang paliong mencolok adalah kurangnya konten pendidikan.
Seringkali mengukur indicator keberhasilan penerapan TIK pada dunia pendidikan
hanya dengan tersedianya sarana dan prasarana serta sumber daya yang
berkualitas. Patut diingat bahwa didunia pendidikan satu aspek penting lainnya
yang harus disediakan adalah konten pembelajaran yang memadai. Guru yang
menguasai TIK dan komputer generasi terbarupun tidak akan banyak membantu
peserta didik apabila tidak disertai konten pembelajaran yang memadai. Saat ini
industri konten pembelajaran belum belum berkembang di Indonesia padahal
peluang sangat terbuka apalagi dengan semakin mahalnya harga kertas sebagai
bahan baku utama sumber belajar cetak. Industri konten pembelajaran bukanlah
industri yang membutuhkan modal besar karena termasuk didalam industri kreatif.
Dengan dukungan secara sistematis dari pemerintah seharusnya industri semacam
ini dapat berkembang dengan pesat.
h.
Membuat regulasi
dan kebijakan untuk mengoptimalkan fungsi TIK
Dengan segala perencanaan dan
penyediaan tersebut perlu sebuah stimulant lain yang dapat mempercepat
penerapan TIK. Para pembuat kebijkan mempunyai tanggungjawab untuk merumuskan
berbagai regulasi untuk mendorong percepatan penerapan TIK. Seringkali
penerapan TIK tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa suatu paksaan yang
berupa peraturan yang tegas dan bersifat mengikat.
i.
Melakukan
pendampingan, monitoring dan evaluasi secara komprehensif
Segala program penerapan TIK tersebut
tidak dapat dilepaskan begitu saja kepada institusi pendidikan untuk
menjalankannya. Pembuat kebijakan harus pula merumuskan berbagai program
pendampingan, monitoring dan evaluasi untuk menjamin keberhasilan program.
Dengan adanya pendampingan dan monev maka segala masalah dapat diminimalkan
sekaligus menjamin kualitas program. Pendampingan dan monev berguna pula untuk
mencegah berbagai penyelewengan yang kadang terjadi pada berbagi proyek
penerapan TIK.
Dari paparan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi dan teknologi informasi merupakan unsur yang
sangat penting dalam penentuan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan.
Sistem informasi akan berjalan dengan efektif dan efisien mengakomodir hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan apabila dilakukan dengan perencanaan yang
baik, sumberdaya manusia yang berkualitas, sarana prasarana yang memadai dan
dilakukan pengawasan dengan serius.
Dalam konteks ini, dapat disimpulkan pula bahwa peran sistem informasi sebagai media untuk
proses distribusi suatu data pendidikan dari berbagai daerah dalam setiap kurun
waktu tertentu. Jika sistem informasi dikelola dengan baik maka distribusi data
bisa berlangsung dengan cepat dan data tersebut bisa dikelola menjadi sebuah
bahan yang akurat dan sesuai fakta dilapangan, sehingga keputusan-keputusan
yang dibuat terkait dunia pendidikan bisa dirumuskan dengan tepat.
0 komentar:
Posting Komentar