Minggu, 09 September 2012

Diksi


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan  kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,  sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah bahasa Indonesia yang berjudul “Bentuk dan Pilihan Kata”.
Penulisan makalah ini disusun sebagai tugas portofolio dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Hermanto, M.Hum selaku dosen bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini pada kami.Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.



                                                                        Yogyakarta,10 Oktober 2011


Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Di era  globalisasi ini, sering kita jumpai anak-anak muda menggunakan bahasa Indonesia yang kurang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih serink menggunakan bahasa-bahasa gaul yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan. Akibatnya mereka melupakan cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal mereka telah belajar bahasa Indonesia sejak dini.
Kita ketahui bersama kalau bahasa indonesia itu penting bagi kita untuk segala aspek kehidupan. Sudah sewajarnya bila anak-anak muda Indonesia membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Melihat fakta di atas, kami membuat makalah ini untuk memberikan informasi mengenai bentuk dan pilihan kata yang benar (Diksi) sehingga memberikan wawasan lebih kepada pembaca mengenai bahasa Indonesia.

B.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana cara memahami bentuk dan pilihan kata yang baik dan benar?
2.      Bagaimana cara menerapkan bentuk dan pilihan kata yang benar dalam kehidupan sehari-hari?
3.      Bagaimana cara meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi anak-anak muda?

C.      TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memahami sekaligus meningkatkan dalam penggunaan pilihan kata (Diksi) yang sesuai dengan EYD.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    BENTUK KATA
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.
1.      Kata dasar
Kata dasar (bahasa Inggris: word stem) adalah kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Dalam bahasa Indonesia, jual adalah kata dasar dari jualan, sedangkan jualan selanjutnya dapat menjadi kata dasar dari berjualan. Dalam bahasa Inggris, tie dan untie adalah kata dasar yang masing-masing dapat membentuk kata turunan ties dan unties dengan menambahkan sufiks -s [2].
2.      Kata ulang
Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan sebagainya.
Dalam bahasa Melayu dikenal reduplikasi berikut:
·         reduplikasi fonologis — pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar
·         reduplikasi morfologis — pengulangan morfem, misalnya: papa, mama
·         reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
·         reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
·         reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia. Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang
·         reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"
Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok
·         perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
·         perulangan salin suara, contoh: warna-warni
·         perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
·         perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan
Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut:
·         Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda), contoh: meja-meja
·         Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik
·         Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh: melihat-lihat
·         Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang, contoh: kupu-kupu
·         Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan
3.      Kata Turunan
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
4.      Kata majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju hijau adalah frasa; dalam bahasa Inggris, blackbird adalah kata majemuk, sedangkan black bird adalah frasa.
Kata majemuk dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan proses morfologis, sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis. Kata majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri (1) ketaktersisipan yang berarti di antara unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun; (2) ketakterluasan yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali sekaligus; serta (3) ketakterbalikan yang berarti unsur kompositum tidak dapat dipertukarkan.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
    • Verba transitif (membunuh),
    • Verba kerja intransitif (meninggal),
    • Pelengkap (berumah)
  3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
    • Orang pertama (kami),
    • Orang kedua (engkau),
    • Orang ketiga (mereka),
    • Kata ganti kepunyaan (-nya),
    • Kata ganti penunjuk (ini, itu)
  6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
    • Angka kardinal (duabelas),
    • Angka ordinal (keduabelas)
  7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
    • preposisi (kata depan) (contoh: dari),
    • konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
    • artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
    • interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
    • partikel.
B.     DIKSI
PENGERTIAN DIKSI
Ø  Dalam kamus bahasa Indonesia (1997:233) , diksi adalah : pilihan kata yang tepat dan selaras untuk  mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)
Ø  Kridalaksana (1993:44) , diksi adalah : pilihan kata dan kejelasan kata untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-karangan.
Dengan kata lain, diksi merupakan seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan sehingga secara efektif dan tepat di dalam makna, audiens, dan kejadian.

PEDOMAN DIKSI
Ø  Ketepatan
 Ketepatan diksi adalah : kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
1.      Mambedakan secara cermat makna denotasi dan makna konotasi
Jika pengertian dasar yang dperlukan, penulis atau pembicara harus memilih kata denotasi. Sebaliknya jika menghendaki reaksi emosional tertentu, penuls atau pembaca harus memilih kata konotatif.
2.      Membedakan kata-kata bersinonim
Contoh: Habib suka (menonton, melihat, memandang, mengawasi) film Dora
3.      Pemakaian kata yang bernilai rasa
Contoh : Bapaknya (gugur, meninggal, wafat, tutup usia) pada hari raya Idul Fitri
4.      Pemakaian kata / istilah asing
Kata / istilah asing yang boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut:

¨      Lebih cocok karena konotasinya, misalnya:
Kritik         =          kecaman
¨      Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:
Eksekusi    =          pelaksanaan hukuman mati
¨      Bersifat internasonal, misalnya:
Hidrogen   =          zat air
5.      Pemakaian kata-kata kongkret dan abstrak
Kata kongkret ialah : kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dibau, misalnya : meja
Kata abstrak ialah : kata yang menunjukkan kepada sifat, konsep, atau gagasan, misalnya : cantik
6.      Pemakaian kata-kata umum dan khusus
Contoh:                       umum                          khusus
                                    melihat                                    memandang (gunung, sawah, laut)
7.      Kata yang dipilih harus tepat benar terutama kata-kata mirip ejaan atau pelafalannya
Misalnya :        syaratsarat

Ø  Kesesuaian
Syarat-syarat kesesuaian diksi dalam situasi formal dan umum :
ü  Menghindar pemakaian kata tutur / percakapan
Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, dikasih  dan sebagainya. kata-kata tersebut tidak dapat dipakai dalam situasi formal atau untuk karangan ilmiah.
ü  Menghindari bahasa nonstandar dalam situasi formal
Bahasa nonstandar adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya bahasa ini digunakan oleh mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi.
ü  Menghindari kata / istilah ilmiah dalam stuasi umum
Kata / istilah ilmiah hendaknya dipakai dalam situasi khusus.
Perbandingan kata / istilah ilmiah dan populer, seperti berikut :
           
Kata populer                           kata / istilah ilmiah
            Rasa suka                                simpati
ü  Menghindar jargon
Tulisan yang ditujukan untuk umum harus menghindari jargon.
¨      Menurut kridalaksana : jargon adalah sejumalah istilah yang menandai dialek profesi
¨      Dalam kamus besar bahasa  Indonesia istilah jargon diartikan sebagai kosakata khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu.
ü  Menghindari slang
Slang adalah kata-kata lama yang diberi makna baru. Contoh : cabut  ‘pergi’.
ü  Menghindari bahasa artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni atau sastra.


MAKNA KATA
Kata mengandung dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Aspek bentuk adalah aspek yang dapat diserap dengan pancaindra. Aspek makna adalah aspek yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rancangan aspek bentuk tadi.

MACAM-MACAM MAKNA KATA
Menurut leech, ada beberapa tipe makna :
1)      Makna konseptual
Makna konseptual dapat juga disebut dengan makna denotaif, makna kognitif, makna ideasional, makna refensial, atau makna proposisional. Makna ini sering kali disebut dengan makna sebenarnya.
2)      Makna aosiatif
Adalah makna yang berhubungan dengan alam di luar bahasa. Makna ini meliputi :
a)      Makna konotatif
Disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluative. Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi dari dan di atas isinya yang murni konseptual. Makna ini dapat berubah menurut budayanya, masanya, dan pengalaman individu. Misalnya, perempuan.
b)     Makna stilistik
Adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungn sosial penggunaannya. Makna stilistik dapat dibedakan menjadi beberapa hal berikut :
·         wilayah kerja : bahasa hukum, bahasa ilmu, bahasa iklan,dan                     sebagainya.
·         status              : bahasa sopan, santa, slang, dan sebagainya.
·         modalitas       : bahasa catatan, kuliah, lelucon dan sebagainya.
·         pribadi            : gaya susilo bambang yudhoyono, gaya soeharto, gaya megawati, dan sebagainya.
c)      Makna afektif
Adalah bahasa yang dipakai dapat mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang dikatakannya. Misalnya : masyaallah.
d)     Makna refleksi
Adalah makna yang menghubungkan satu makna konseptual dengan makna konseptual yang lain. Makna ini cenderung kepada makna yang bersifat sakral / suci, tabu atau larangan, kurang sopan atau haram.
e)      Makna kolokatif
Makna kolokatif atau sandng kata adalah makna yang dihubungkan dengan kata lain yang membentuk kelompok frase. Misalnya, kata tampan berkolokasi dengan kata pria.
3)      Makna tematik
Adalah makna yang berdasarkan pada cara penutur atau penulis menata pesannya menurut urutan, fokus, dan penekanannya.
Contoh : habib menyembelih sapi
              Sapi disembelih habib
4)      Makna yang dimaksudkan dan makna yang ditafsirkan
Makna yang dimaksudkan adalah makna yang dilihat dari sudut pandang pembicara atau penulis, sedangkan makna yang ditafsirkan (interpretatif) adalah makna yang dilihat dari sudut pendengar atau pembaca.
v  Makna kata berdasarkan relasinya
A.    Sinonim
Adalah kata-kata yang memliki makna mirip atau sama dengan kata lainnya.
B.     Hiponim
Adalah sebuah kata yang maknanya tercakup dalam makna yang lebih umum.
Misalnya : sapi, kerbau berhponim dengan hewan.
C.     Antonim
Adalah kata yang berlawanan atau pasangan kata yang dapat dijenjangkan.
D.    Homonim
Adalah kata yang ditulis atau dilafalkan sama dengan kata lain.
Misalnya : Aku sudah bisa berjalan sejak umur 11 bulan
                 Kaki Ali membengkak karena terkena bisa.
E.     Homogaf
Adalah kata penulisannya sama dengan kata lain, tetapi berbeda pengucapan dan maknanya. Misalnya : Hani membeli tahu di pasar Kotagede.
                                    Nada memberi tahu kalau pasar Kotagede semakin ramai.
F.      Homofon
Adalah kata yang pengucapannya sama dengan kata lain,tetapi berbeda penulisan dan maknanya. Misalnya : Ahmad diberi sanksi karena datang terlambat.
                                   Wafa sangsi akan cinta Nada.
G.    Polisemi
Adalah bentuk bahasa yang memiliki makna yang berbeda.
Misalnya : Kepala Nada sakit sejak kemarin malam.
                 Kepala sekolah memimpin upacara.

v  Perubahan makna kata
§  Macam-macam perubahan  makna
Dapat diibedakan menjadi 6 macam :
a.       Makna meluas
Adalah perubahan makna yang dialami sebuah kata yang awalnya mengandung makna yang khusus, tetapi kemudian meluas maknanya.
Misalnya : bapak, ibu.
b.      Makna menyempit
Adalah sebuah kata yang makna lamanya lebih luas dari makna yang baru.
Misalnya : sarjana.
c.       Amelorosi
Adalah makna yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya daripada nilai yang lama. Misalnya : kata wanita dirasakan lebih tinggi daripada kata perempuan.
d.      Peyorasi
Adalah kata baru dirasakan lebih rendah dari arti yang dulu. Misalnya : kata bunting dirasakan kurang sopan, kemudian diganti dengan kata hamil atau mengandung.
e.       Metafora
Adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Misalnya : kaki gunung. Salah satu subtipe dari metafora adalah sinestesia, yakni perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah antara dua indra. Misalnya : ucapannya begitu manis kudengar.
f.       Metonimi
Adalah pemakaian nama untuk benda lain yang bersosiasi atau yang menjadi atributnya. Misalnya : si kurus untuk menyebut seseorang yang badannya kurus.
§  Sebab-sebab perubahan makna
*      Perubahan tempat dan waktu pemakaian
*      Metafora
*      Sinestesia
*      Metonimi
*      Perubahan perubahan nilai rasa
·         Ameliorative
Adalah suatu kata yang memiliki nilai rasa sopan, hormat, bagus, halus, menyenangkan, dan sebagainya.
·         Peyoratif
Adalah suatu kata yang memiliki nilai rasa kurang atau tidak sopan, kurang atau tidak hormat,kasar, dan sebagainya.















BAB III
PENUTUP

A.      SIMPULAN
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar,kata turunan,kata ulang, dan kata majemuk. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori. Sedangkan definisi sederhananya, diksi(diction) adalah pemilihan kata dan metode penggunaannya dalam tulisan atau pembicaraan, serta kemampuan menyampai maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata sejelas-jelasnya. Memilih kata yang tepat yang dapat mewakili pesan yang ingin kita sampaikan, yang tepat bagi audiens, dan yang dapat membawa tujuan dari komunikasi yang kita lakukan. Diksi itu semacam skill, kemampuan, bakat.  Namun diksi juga dapat dikembangkan melalui latihan.Cara melatihnya tentu saja, banyak membaca, mendengar, memperhatikan reaksi orang-orang ketika membaca/mendengar kata-kata tertentu, banyak membuka kamus. Jadi diksi sangat penting utuk meningkatkan mutu kebahasaan kita secara baik dan benar.
B.     SARAN

Oleh karena itu kita sebagai orang Indonesia harus mengerti tentang tata kebahasaan yang sesuai dengan EYD terutama tenang “Bentuk dan Pilihan Kata”.

0 komentar:

Posting Komentar