KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan penguasa langit dan bumi, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Oksidentalisme Islam “
Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam, serta menambah
pengetahuan mengenai Islam di Negara Timur . Makalah ini terdiri dari 4 bagian:
- Pendahuluan
- Pembahasan
- Hasil Penelitian
- Kesimpulan
Makalah ini tidak dapat terselesaikan
tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muhsin Khalida selaku dosen mata
kuliah Pengantar Studi Islam
2. Semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat kekurangan, kami mengharap kritik dan saran sebagai
penyempurnaan ke depan.
Yogyakarta, 25 Oktober 2011
Tim
penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Apakah
hubungan antara Oksidentalisme dan Orientalisme, apakah Oksidentalisme itu, adakah
ayat dalam al-qur’an tentang oksidentalisme, apakah kandungan atau makna dari ayat-ayat
yang berhubungan dengan barat dan timur itu, bagaimanakah pendefinisian tentang
oksidentalisme, apa tujuan dari Oksidentalisme, bagaimanakah sejarah
perkembangan Oksidentalisme, apa saja aliran – aliran Oksidentalisme, siapakah
tokoh – tokoh Oksidentalisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
Oksidentalisme dianggap orang
sebagai ilmu tandingan bagi ilmu orientalisme. Ada juga yang memperlawankan
antara keduanya. Sebagian menganggap oksidentalisme hanya sebagai reaksi
terhadap orientalisme. Akan tetapi, kami lebih memahami keduanya sebagai
pasangan, bagaikan barat adalah pasangan timur, langit pasangan bumi, siang
pasangan malam, dan pasangan-pasanga lain disemesta ciptaan Tuhan. Oksidentalisme
dan orientalisme merupakan dua aliran pemikiran yang nantinya harus bertemu
pada kutub kesadaran akademik-teoritik/inductive
dan kutub deductive dialektik holistik/
scientificcum doctrinaire.
Oksidentalisme adalah kebalikan (antonim) dari
istilah oreantalisme yang dalam pengertian umum, orientalisme adalah suatu
kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan
masyarakat Timur. kiriYang disebut Timur meliputi kawasan yang luas, termasuk
Timur Jauh (negara-negara Asia yang jauh dari Eropa, seperti Jepang dan Cina),
Timur Dekat (negara-negara Asia yang dekat dengan Benua Eropa, seperti Turki),
dan Timur Tengah (negara-negara Asia yang terletak di antara keduanya, seperti
negara-negara Arab). Occidentalism berarti
“watak, kultur, adat istiadat, dan lain sebagainya dari occident”. Occidentalize bermakna
“membuat atau menjadikan berbudaya atau beradat-istiadat, berkarakter, berwatak
occidental (Webster’s New World College
Dictionary 1996:937). Di antara orang-orang islam atau orang-orang non
barat yang berkultur dengan kultur oksidental itu, disebut sebagai occidentalizing atau occidentalized (Ziauddin Sardar, 1987).
Istilah oksidentalisme dipopulerkan
oleh Dr. Hasan Hanafi seorang pemikir dari Mesir dan juga penulis al yasar al
Islam - islam menjabarkan pengertian Oreantalisme, kami menarik kesimpulan
bahwa pengertian secara umum oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu
kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan
masyarakat Barat. Dalam oksidentalisme, posisi subjek objek menjadi terbalik, Timur
sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai objek kajian. Walau istilah
oksidentalisme adalah antonim dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan
lain, oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana
orientalisme. Tetapi, para oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur
yang telah dibentuk dan direbut Barat.
Dalam kitab suci al-Qur’an banyak sekali dijumpai ayat
yang mengandung istilah-istilah yang berhubungan dengan oksidentalisme dan
orientalisme dan kebanyakan kedua istilah itu disebutkan beriringan atau
berpasangan dalam satu ayat dan ada juga yang tidak. Di dalam al-Qur’an mengandung banyak sekali
istilah yang bermakna “barat, timur, matahari terbenam atau terbit, seperti al-maghrib, al-masyriah, gharbiyyah, dan syarqiyyah. Salah satu kutipan ayat
yang memberikan paham konsep barat dah timur:
“Dan
kamu akan melihat matahari ketika terbit/ thala’at condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam/ gharabat, menjauhi mereka ke
sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat yang lapang di dalamnya. Yang
demikian itu adalah tanda-tanda kebesaran kekuasaan Allah. Barang siapa yang
ditunjuki Allah, maka dia mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka engkau tiada akan mendapatkan seseorang yang akan
membimbingnya”. (Qs. Al-Kahfi,
18:17).
Jelas sekali dengan ayat tersebut
Allah memberikan bimbingan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan
cara-Nya sendiri, yang manusia manapun tidak akan sanggup berbuat serupa.
Terbit dan terbenam matahari berada di tempat yang sama yaitu gua atau kahf. Hanya keluar masuk gua itulah
timur dan barat.
Sangat banyak ayat yang menjelaskan
konsep barat dan timur yang diajarkan islam, tidak sedikit pun mengandung makna
kontradiktif, diskriminatif, dan subjektif. Hal ini jauh berbeda dengan
pemikiran manusia, yang cenderung mempertentangkan dan menempatkan masing-masingnya
dalam kategori-kategori pernilaian yang penuh diskriminatif.
Pendefinisian tentang
oksidentalismedengan salah satu cara Edward Said memformulasikan orientalisme.
Ada tiga cara yang agak berbeda (Bryan S. Turner, Runtuhnya Universalitas Sosiologi Barat,2006), yang bisa dipakai,
yaitu: pertama, oksidentalisme
dipandang atau dapat dipandang sebagai suatu epistemologi dan ontologi tertentu
yang mencakapkan perbedaan yang jelas antara timur dan barat. Kedua,oksidentalisme mungkin bisa juga
dilihat sebagai istilah akademik yang merujuk kepada seperangkat lembaga,
disiplin ilmu, dan berbagai aktivitas, yang biasanya terbatas pada
perguruan-perguruan tinggi timur yang berkepentingan dengan kajian tentang
masyarakat dan kebudayaan barat. Ketiga, oksidentalisme
dapat dipandang sebagai sebuah lembaga berbadan hukum yang berkepentingan
dengan masyarakat-masyarakat barat.
Tujuan dari oksidentalisme adalah
untuk menandingi orientalisme, menghilangkan berbagai penderitaan lama yang
diakibatkan orientalisme, dan menantang serta melawan segala macam ancaman yang
semakin luas diberikannya terhadap kehidupan dunia timur. Maka tujuan utama
oksidentalisme adalah keilmuan atau intelektual. Dengan demikian, budaya barat
akan dapat dipahami secara kritis oleh dunia timur, dan juga salah paham yang
selama ini yang terjadi antar kedua belah pihak dapat dihilangkan. Menjadi
tujuan oksidentalisme juga untuk mengikis habis perasaan self isolationism yang terdapat dikalangan masyarakat timur agar
dapat berdialog dengan masyarakat barat. Sebaliknya masyarakat barat itu
sendiri harus menghilangkan mental superioritas, sikap dominan, dan barat
sentris mereka.
Sejarah munculnya oksidentalisme
minimal ada dua, yaitu: pertama,A.
Mukti Ali, dalam tulisannya yang terbit tahun 1965 menyatakan,”Oksidentalisme
harus segera lahir di Indonesiaini, dan patutlah sekiranya, kalau Institut
Islam Negeri (sekarang UIN), Al-jami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah (Sunan
Kalijaga) menjadi ibu kandungnya” (A. Mukti Ali,1965:32). Pernyataan ini
menunjukkan bahwa sampai tahun 1965 oksidentalisme belum dikenal orang. Kedua, James G. Carrier mengedit
sekumpulan tulisan beberapa penulis, dan menerbitkannya tahun 1995 dengan judul
Occidentalism Images of the West, mengklaim
atau mengakui bahwa dialah yang pertama kali memunculkan dan memperkenalkan
istilah oksidentalisme itu kepada publik.
Aliran-aliran oksidentalisme:
·
Western Occidentalisms
·
Romantic Occidentalism
·
Anthopological Occidentalism
·
Wise Occidentalism
·
South Asian Occidentalism
Dalam kajian ini kami sebutkan beberapa tokoh oksidentalisme yang mayoritas mereka adalah pemikir dan tokoh pembaharu islam.
1. Jamaluddin
al-Afghani.,
Jamaluddin Al-Afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintahan kolonial ketika itu, Inggris. Tapi, komitmen dan konsistennya yang sangat tinggi terhadap nasib umat Islam, membuat Al-Afghani tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
Jamaluddin Al-Afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik Islam. Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga ke seluruh penjuru dunia. Sepak terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat Islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan dunia Islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintahan kolonial ketika itu, Inggris. Tapi, komitmen dan konsistennya yang sangat tinggi terhadap nasib umat Islam, membuat Al-Afghani tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
2. Dr.
Muhammad Abduh.,
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa Mahallat Nashr di kabupaten al-Buhairah, Mesir tahun 1849 M. Dan beliau wafat pada tahun 1905 M.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Lahir didesa Mahallat Nashr di kabupaten al-Buhairah, Mesir tahun 1849 M. Dan beliau wafat pada tahun 1905 M.
3. Sheikh Muhammad Rasyid Ridha.,
Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4 km dari Tripoli, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H.; Beliau adalah bangsawan Arab yang memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu Thalib dan Fatimah puteri Rasulullah Saw.
Muhammad Rasyid Ridha, lahir di Qalmun, sebuah desa sekitar 4 km dari Tripoli, Libanon pada 27 Jumadil Awal 1282 H.; Beliau adalah bangsawan Arab yang memiliki garis keturunan langsung dari Sayyidina Husen, putera Ali bin Abu Thalib dan Fatimah puteri Rasulullah Saw.
4. Dr. Muhammad Imarah.,
Muhammad Imarah atau Amarah lahir di Desa Sharwah-Qalain Propinsi Kafr Al-Syaikh Mesir, seorang intelektual kelas kakap di Tanah Arab. Responnya yang cukup antusias pada dunia akademis, terutama dalam menyikapi tren pemikiran Islam, telah mengibarkan namanya dalam dunia pendidikan dan pemikiran Islam kontemporer.
Muhammad Imarah atau Amarah lahir di Desa Sharwah-Qalain Propinsi Kafr Al-Syaikh Mesir, seorang intelektual kelas kakap di Tanah Arab. Responnya yang cukup antusias pada dunia akademis, terutama dalam menyikapi tren pemikiran Islam, telah mengibarkan namanya dalam dunia pendidikan dan pemikiran Islam kontemporer.
5. Dr. Hasan Hanafi.,
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner, seperti Islam kiri, oksidentalisme, Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian proyek besar; pembaruan pemikiran Islam, dan upaya membangkitkan umat dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
Dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Hasan Hanafi, pemikir muslim modernis dari Mesir, adalah salah satu tokoh yang akrab dengan simbol-simbol pembaruan dan revolusioner, seperti Islam kiri, oksidentalisme, Tema-tema tersebut ia kemas dalam rangkaian proyek besar; pembaruan pemikiran Islam, dan upaya membangkitkan umat dari ketertinggalan dan kolonialisme modern.
6. Nurcholish
Madjid.M.A.,
Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga kalangan pesantren. Pendidikan yang ditempuh: Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul 'Ulum di Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) Pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab, 1968), dan Universitas Chicago, Illinois, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).
Lahir di Jombang, 17 Maret 1939 (26 Muharram 1358), dari keluarga kalangan pesantren. Pendidikan yang ditempuh: Sekolah Rakyat di Mojoanyar dan Bareng (pagi) dan Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar (sore); Pesantren Darul 'Ulum di Rejoso, Jombang; KMI (Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) Pesantren Darus Salam di Gontor, Ponorogo; IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta (Sarjana Sastra Arab, 1968), dan Universitas Chicago, Illinois, AS (Ph.D., Islamic Thought, 1984).
7. Adian Husaini, M.A.,
Lahir Bojonegoro, 17 Desember 1965 adalah ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota pengurus Majlis Tabligh Muhammadiyah.
Lahir Bojonegoro, 17 Desember 1965 adalah ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina-Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Anggota Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota pengurus Majlis Tabligh Muhammadiyah.
Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh oksidentalisme lain yang
kami tidak sebutkan di sini, karena nanti akan membuat tulisan ini terlalu
panjang dan membosankan pembaca
BAB
II
HASIL
PENELITIAN
Menurut
kelompok kami setelah membaca buku “Pergumulan Timur Menyikapi Barat
Dasar-dasar Oksidentalisme” serta artikel-artikel tentang oksidentalisme, maka
kami dapat menjelaskan bahwa oksidentalisme adalah kebalikan (antonim) dari
istilah oreantalisme yang dalam pengertian umum, orientalisme adalah suatu
kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan
masyarakat Timur. kiriYang disebut Timur meliputi kawasan yang luas, termasuk
Timur Jauh (negara-negara Asia yang jauh dari Eropa, seperti Jepang dan Cina),
Timur Dekat (negara-negara Asia yang dekat dengan Benua Eropa, seperti Turki),
dan Timur Tengah (negara-negara Asia yang terletak di antara keduanya, seperti
negara-negara Arab). Occidentalism berarti
“watak, kultur, adat istiadat, dan lain sebagainya dari occident”.
Sedangkan menurut Dr. Hasan Hanafi
seorang pemikir dari Mesir dan juga penulis al yasar al Islam - islam
menjabarkan pengertian Oreantalisme, kami menarik kesimpulan bahwa pengertian
secara umum oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu kajian
komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat
Barat. Dalam oksidentalisme, posisi subjek objek menjadi terbalik, Timur
sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai objek kajian. Walau istilah oksidentalisme
adalah antonim dari Oreantalisme, tapi di sini ada perbedaan lain,
oksidentalisme tidak memiliki tujuan hegemoni dan dominasi sebagaimana
orientalisme. Tetapi, para oksidentalis hanya ingin merebut kembali ego Timur
yang telah dibentuk dan direbut Barat.
BAB
IV
KESIMPULAN
Islam
merupakan agama samawi terakhir yang diturunkan Allah kepada manusia melalui
utusan terakhir-Nya Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul, hal
ini menjadikan ajaran Islam sebagai agama paripurna yang menyempurnakan segala
aturan dari agama-agama samawi sebelumnya. Kedatangan agama Islam yang
didakwahkan Nabi Muhammad menampakkan kilaunya setelah Nabi Muhammad hijrah ke
Madinah dan seruannya diterima dengan baik di sana, cahaya Islam mulai menyala
dan dalam waktu yang singkat menerangi kegelapan di jazirah Arabia, bahkan
lambat laun menerangi daerah-daerah sekitarnya sehingga pada masa itu Madinah
telah menjelma menjadi sebuah negara besar dengan seorang pemimpin besar tak
kalah besarnya dengan Imperium Rumawi di Barat dan Imperium Persia di Timur.
Kaum orientalis Barat yang dengan
kiprahnya telah banyak memberikan pengaruh utamanya kepada orang Barat terhadap
cara bersikap terhadap Islam dan Timur selama berabad-abad di zaman kolonial,
kehadiran orientalis dan pengaruhnya ini telah memunculkan reaksi dari dunia
Timur dengan memunculkan ide oksidentalisme dengan cara mempelajari Barat dan
memberikan pemahaman yang berimbang terhadap dunia Barat dan dunia Timur.
Motif di balik kajian oksidentalisme
adalah untuk mempelajari akar kemajuan bangsa-bangsa barat, memfilternya dan
menerapkanya di dunia timur hingga timur keluar dari keterbelakangannya. Selain
itu Oksidentalisme diharapkan mampu menghilangkan kecurigaan yang tidak
mendasar terhadap barat yang terus mengendap dipikiran orang timur.
Menurut kami dampak positif dan
negatif akibat oksidentalisme tergantung pada pribadi oksidentalis itu sendiri.
Seorang oksidentalis yang benar menurut kami, ialah yang tidak terlalu
terpengarah dengan kemajuan peradaban barat dan lantas mengadopsi apa saja yang
yang diproduksi oleh barat, boleh mengambil dan meniru barat tetapi harus
memfilternya dengan landasan islam dan iman, karena kalau tidak akan
menimbulkan semacam racun dalam masarakat timur khususnya ummat islam. Islam
yang universal, mengajarkan libralisme dalam berfikir, memfungsikan akal
sebagai anugerah fitrah tetapi dibatasi oleh dua pokok pondasi dasar yaitu
Al-qur'an dan As-sunnah, seagaimana ungkapan yang sering kita dengar “ kamu
punya kebebasan tetapi kebebasanmu dibatasi oleh kebebasan orang lain”,
bersebrangan dengan libralisme yang didengung-dengungkan dan dianut oleh barat,
yaitu libralisme tanpa batas, dan ini berbahaya sehingga kita harus
berhati-hati.
DAFTAR
PUSTAKA
Daya,
Prof. Dr. Burhanuddin.2008.Pergumulan
Timur Menyikapi Barat: Dasar- Dasar Oksidentalisme.Yogyakarta:SUKA Press.
http://dutabengkalis.blogspot.com/2009/02/istilah-oksidentalisme-dipopulerkan.html
0 komentar:
Posting Komentar