KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah bahasa Indonesia yang berjudul “Bentuk dan Pilihan Kata”.
Penulisan
makalah ini disusun sebagai tugas portofolio dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Hermanto, M.Hum selaku dosen
bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini pada kami.Kami memperoleh
banyak manfaat setelah menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan
makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun,
semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.
Yogyakarta,10
Oktober 2011
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini, sering kita jumpai anak-anak
muda menggunakan bahasa Indonesia yang kurang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka lebih serink menggunakan bahasa-bahasa gaul yang tidak
sesuai dengan kaidah kebahasaan. Akibatnya mereka melupakan cara menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal mereka telah belajar bahasa
Indonesia sejak dini.
Kita ketahui bersama kalau bahasa
indonesia itu penting bagi kita untuk segala aspek kehidupan. Sudah sewajarnya
bila anak-anak muda Indonesia membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.
Melihat fakta di atas, kami membuat
makalah ini untuk memberikan informasi mengenai bentuk dan pilihan kata yang
benar (Diksi) sehingga memberikan wawasan lebih kepada pembaca mengenai bahasa
Indonesia.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,
masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara
memahami bentuk dan pilihan kata yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara
menerapkan bentuk dan pilihan kata yang benar dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana cara
meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi anak-anak
muda?
C.
TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memahami sekaligus meningkatkan dalam penggunaan pilihan kata (Diksi)
yang sesuai dengan EYD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BENTUK KATA
Berdasarkan bentuknya,
kata bisa digolongkan menjadi empat: kata
dasar, kata turunan,
kata
ulang, dan kata
majemuk.
1.
Kata dasar
Kata
dasar (bahasa
Inggris: word stem) adalah kata
yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Dalam bahasa
Indonesia, jual adalah kata dasar dari jualan,
sedangkan jualan selanjutnya dapat menjadi kata dasar dari berjualan.
Dalam bahasa Inggris,
tie dan untie adalah kata dasar yang masing-masing dapat
membentuk kata turunan
ties dan unties dengan menambahkan sufiks
-s [2].
2.
Kata ulang
Reduplikasi atau perulangan adalah
proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses
penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah
"anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan
sebagainya.
·
reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem
yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan
itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu
tetap dikerjakannya"
·
reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari
bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
·
reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar
yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam
bentuk terulang
·
reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang
tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"
Menurut bentuknya, reduplikasi
nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok
·
perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
·
perulangan salin suara, contoh: warna-warni
·
perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
Menurut artinya, reduplikasi dapat
dibagi menjadi berikut:
·
Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut
benda), contoh: meja-meja
·
Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis,
contoh: bolak-balik
·
Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut
proses), contoh: melihat-lihat
·
Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang, contoh:
kupu-kupu
3.
Kata Turunan
Perubahan
pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks
atau imbuhan baik di awal (prefiks
atau awalan), tengah (infiks
atau sisipan), maupun akhir (sufiks
atau akhiran) kata.
4.
Kata majemuk
Kata
majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem
dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata
yang mempunyai pola fonologis, gramatikal,
dan semantis
yang khusus menurut kaidah bahasa
yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dengan frasa
atau gabungan kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju
hijau adalah frasa; dalam bahasa
Inggris, blackbird adalah kata majemuk, sedangkan black
bird adalah frasa.
Kata majemuk
dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan
proses morfologis, sedangkan frasa
dibentuk oleh proses sintaksis. Kata majemuk dalam
bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri (1) ketaktersisipan yang berarti di
antara unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun; (2) ketakterluasan
yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan
kecuali sekaligus; serta (3) ketakterbalikan yang berarti unsur
kompositum tidak dapat dipertukarkan.
Dalam
tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu:
- Nomina (kata benda); nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku,
kuda.
- Verba (kata kerja); kata yang
menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
- Verba
transitif (membunuh),
- Verba
kerja intransitif (meninggal),
- Pelengkap
(berumah)
- Adjektiva (kata sifat); kata yang
menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
- Adverbia (kata keterangan); kata yang
memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang,
agak.
- Pronomina (kata ganti); kata pengganti
kata benda, misalnya ia, itu.
- Orang
pertama (kami),
- Orang
kedua (engkau),
- Orang
ketiga (mereka),
- Kata
ganti kepunyaan (-nya),
- Kata
ganti penunjuk (ini, itu)
- Numeralia (kata bilangan); kata yang
menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu
deretan, misalnya satu, kedua.
- Angka
kardinal (duabelas),
- Angka
ordinal (keduabelas)
- Kata
tugas
adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya
dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
- preposisi (kata depan) (contoh: dari),
- konjungsi (kata sambung) - Konjungsi
berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
- artikula (kata sandang) (contoh: sang,
si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
- interjeksi (kata seru) (contoh: wow,
wah), dan
- partikel.
B.
DIKSI
PENGERTIAN DIKSI
Ø Dalam
kamus bahasa Indonesia (1997:233) ,
diksi adalah : pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan)
Ø Kridalaksana
(1993:44) , diksi adalah : pilihan kata dan kejelasan kata untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara
di depan umum atau
dalam karang-karangan.
Dengan kata lain, diksi merupakan seleksi kata-kata untuk
mengekspresikan ide atau
gagasan dan perasaan sehingga secara efektif dan tepat di dalam makna, audiens,
dan kejadian.
PEDOMAN DIKSI
Ø Ketepatan
Ketepatan diksi adalah
: kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara.
1.
Mambedakan
secara cermat makna denotasi dan makna konotasi
Jika pengertian dasar yang dperlukan,
penulis atau pembicara harus memilih kata denotasi. Sebaliknya jika menghendaki
reaksi emosional tertentu, penuls atau pembaca harus memilih kata konotatif.
2.
Membedakan
kata-kata bersinonim
Contoh: Habib suka (menonton, melihat, memandang, mengawasi) film Dora
3.
Pemakaian
kata yang bernilai rasa
Contoh : Bapaknya (gugur, meninggal, wafat, tutup usia) pada hari raya Idul Fitri
4.
Pemakaian
kata / istilah asing
Kata / istilah asing yang boleh dipakai
dengan pertimbangan sebagai berikut:
¨ Lebih
cocok karena konotasinya, misalnya:
Kritik =
kecaman
¨ Lebih
singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:
Eksekusi =
pelaksanaan hukuman mati
¨ Bersifat
internasonal, misalnya:
Hidrogen = zat air
5.
Pemakaian
kata-kata kongkret dan abstrak
Kata kongkret ialah : kata yang menunjuk
kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dibau,
misalnya : meja
Kata abstrak ialah : kata yang
menunjukkan kepada sifat, konsep, atau gagasan, misalnya : cantik
6.
Pemakaian
kata-kata umum dan khusus
Contoh: umum khusus
melihat memandang
(gunung, sawah, laut)
7.
Kata
yang dipilih harus tepat benar terutama kata-kata mirip ejaan atau pelafalannya
Misalnya : syarat, sarat
Ø Kesesuaian
Syarat-syarat
kesesuaian diksi dalam situasi formal dan umum :
ü Menghindar
pemakaian kata tutur / percakapan
Kata tutur adalah kata yang hanya
dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, dikasih dan sebagainya. kata-kata tersebut tidak dapat
dipakai dalam situasi formal atau untuk karangan ilmiah.
ü Menghindari
bahasa nonstandar dalam situasi formal
Bahasa nonstandar
adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya bahasa ini
digunakan oleh mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi.
ü Menghindari kata
/ istilah ilmiah dalam stuasi umum
Kata / istilah ilmiah hendaknya dipakai dalam
situasi khusus.
Perbandingan kata / istilah ilmiah dan
populer, seperti
berikut :
Kata populer kata / istilah
ilmiah
Rasa suka simpati
ü Menghindar
jargon
Tulisan yang ditujukan untuk umum harus menghindari
jargon.
¨ Menurut
kridalaksana : jargon adalah sejumalah istilah yang menandai dialek profesi
¨ Dalam
kamus besar bahasa Indonesia istilah jargon diartikan sebagai
kosakata khusus yang dipergunakan di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu.
ü Menghindari
slang
Slang adalah kata-kata lama yang diberi
makna baru. Contoh : cabut ‘pergi’.
ü Menghindari
bahasa artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara
seni atau sastra.
MAKNA KATA
Kata mengandung dua
aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Aspek bentuk adalah aspek yang dapat diserap
dengan pancaindra. Aspek makna adalah aspek yang menimbulkan reaksi dalam
pikiran pendengar atau pembaca karena rancangan aspek bentuk tadi.
MACAM-MACAM MAKNA KATA
Menurut
leech, ada beberapa tipe makna :
1) Makna
konseptual
Makna konseptual dapat juga disebut
dengan makna denotaif, makna kognitif, makna ideasional, makna refensial, atau
makna proposisional. Makna
ini sering kali disebut dengan makna sebenarnya.
2) Makna
aosiatif
Adalah makna yang berhubungan dengan alam
di luar bahasa. Makna ini meliputi :
a) Makna konotatif
Disebut
juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluative. Makna konotatif
merupakan nilai komunikatif
dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi dari dan di atas isinya
yang murni konseptual. Makna ini dapat berubah
menurut budayanya, masanya, dan pengalaman individu. Misalnya, perempuan.
b)
Makna stilistik
Adalah
makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungn sosial penggunaannya. Makna
stilistik dapat dibedakan menjadi beberapa hal berikut :
·
wilayah kerja :
bahasa hukum, bahasa ilmu, bahasa iklan,dan sebagainya.
·
status : bahasa sopan, santa, slang, dan
sebagainya.
·
modalitas : bahasa catatan, kuliah, lelucon dan
sebagainya.
·
pribadi : gaya susilo bambang yudhoyono,
gaya soeharto, gaya megawati, dan sebagainya.
c)
Makna afektif
Adalah
bahasa yang dipakai
dapat mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap
pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang dikatakannya. Misalnya : masyaallah.
d)
Makna
refleksi
Adalah makna yang
menghubungkan satu makna konseptual dengan makna konseptual yang lain. Makna
ini cenderung kepada makna yang bersifat sakral / suci, tabu atau larangan,
kurang sopan atau haram.
e)
Makna
kolokatif
Makna kolokatif atau
sandng kata adalah makna yang dihubungkan dengan kata lain yang membentuk
kelompok frase. Misalnya, kata tampan
berkolokasi dengan kata pria.
3) Makna
tematik
Adalah makna yang
berdasarkan pada cara penutur atau penulis menata pesannya menurut urutan,
fokus, dan penekanannya.
Contoh : habib
menyembelih sapi
Sapi disembelih
habib
4) Makna
yang dimaksudkan dan
makna yang ditafsirkan
Makna yang dimaksudkan
adalah makna yang dilihat dari sudut pandang pembicara atau penulis, sedangkan
makna yang ditafsirkan (interpretatif) adalah makna yang dilihat dari sudut
pendengar atau pembaca.
v Makna kata
berdasarkan relasinya
A. Sinonim
Adalah kata-kata yang
memliki makna mirip atau sama dengan kata lainnya.
B. Hiponim
Adalah sebuah kata yang
maknanya tercakup dalam makna yang lebih umum.
Misalnya : sapi, kerbau berhponim dengan hewan.
C. Antonim
Adalah kata yang
berlawanan atau pasangan kata yang dapat dijenjangkan.
D. Homonim
Adalah kata yang
ditulis atau dilafalkan sama dengan kata lain.
Misalnya : Aku sudah bisa berjalan sejak umur 11 bulan
Kaki Ali
membengkak karena terkena bisa.
E. Homogaf
Adalah kata
penulisannya sama dengan kata lain, tetapi berbeda pengucapan dan maknanya.
Misalnya : Hani membeli tahu di pasar
Kotagede.
Nada memberi tahu kalau pasar
Kotagede semakin ramai.
F. Homofon
Adalah kata yang
pengucapannya sama dengan kata lain,tetapi berbeda penulisan dan maknanya. Misalnya
: Ahmad diberi sanksi karena datang
terlambat.
Wafa sangsi akan cinta Nada.
G. Polisemi
Adalah bentuk bahasa
yang memiliki makna yang berbeda.
Misalnya : Kepala
Nada sakit sejak kemarin malam.
Kepala
sekolah memimpin upacara.
v Perubahan makna
kata
§ Macam-macam
perubahan makna
Dapat diibedakan
menjadi 6 macam :
a. Makna
meluas
Adalah perubahan makna
yang dialami sebuah kata yang awalnya mengandung makna yang khusus, tetapi
kemudian meluas maknanya.
Misalnya : bapak, ibu.
b. Makna
menyempit
Adalah sebuah kata yang
makna lamanya lebih
luas dari makna yang baru.
Misalnya : sarjana.
c. Amelorosi
Adalah makna yang baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya daripada nilai yang lama.
Misalnya : kata wanita dirasakan lebih tinggi daripada kata perempuan.
d. Peyorasi
Adalah kata baru
dirasakan lebih rendah dari arti yang dulu. Misalnya : kata bunting dirasakan kurang sopan, kemudian
diganti dengan kata hamil atau mengandung.
e. Metafora
Adalah perubahan makna
karena persamaan sifat antara dua objek. Misalnya : kaki gunung. Salah satu
subtipe dari metafora adalah sinestesia, yakni perubahan makna berdasarkan
pergeseran istilah antara dua indra. Misalnya : ucapannya begitu manis kudengar.
f. Metonimi
Adalah pemakaian nama
untuk benda lain yang bersosiasi atau yang menjadi atributnya. Misalnya : si kurus untuk menyebut seseorang yang badannya kurus.
§ Sebab-sebab
perubahan makna
Perubahan tempat
dan waktu pemakaian
Metafora
Sinestesia
Metonimi
Perubahan
perubahan nilai rasa
·
Ameliorative
Adalah suatu kata yang
memiliki nilai
rasa sopan, hormat, bagus, halus, menyenangkan, dan sebagainya.
·
Peyoratif
Adalah suatu kata yang
memiliki nilai rasa kurang atau tidak sopan, kurang atau tidak hormat,kasar,
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan
bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar,kata turunan,kata
ulang, dan kata majemuk. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata
terbagi menjadi tujuh kategori. Sedangkan definisi sederhananya, diksi(diction)
adalah pemilihan kata dan metode penggunaannya dalam tulisan atau pembicaraan,
serta kemampuan menyampai maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata
sejelas-jelasnya. Memilih kata yang tepat yang dapat mewakili pesan yang
ingin kita sampaikan, yang tepat bagi audiens, dan yang dapat membawa tujuan
dari komunikasi yang kita lakukan. Diksi itu semacam
skill, kemampuan, bakat. Namun diksi juga dapat dikembangkan melalui latihan.Cara melatihnya tentu saja, banyak
membaca, mendengar, memperhatikan reaksi orang-orang ketika membaca/mendengar kata-kata
tertentu, banyak membuka kamus. Jadi diksi sangat penting utuk
meningkatkan mutu kebahasaan kita secara baik dan benar.
B. SARAN
Oleh karena itu kita sebagai orang Indonesia harus mengerti tentang tata
kebahasaan yang sesuai dengan EYD terutama tenang “Bentuk dan Pilihan Kata”.
0 komentar:
Posting Komentar