Penelitian Pendidikan dan Penelitian
dalam Pendidikan Kimia
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Kelompok Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Kimia
Dosen Pengampu: Jamil
Suprihatiningrum, M.Pd. Si.
Kelompok 6 :
Oleh
1.
Sugianti Khasanah (11670017)
2.
Izzatillah Safitrie (11670028)
3.
Ikfiena Sari (11670036)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI YOGYAKARTA
2013
/ 2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penelitian Pendidikan
dan Penelitian dalam Pendidikan Kimia” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan Kimia, selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah khasanah kelimuan kita sebagai
mahasiswa Pendidikan Kimia. Makalah ini disusun atas tiga bagian, yaitu:
1.
Pendahuluan;
2.
pembahasan;
3.
penutup.
Kami mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Tak ada gading yang
tak retak.Tentunya dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran yang membangun, penulis butuhkan demi kesempurnaan karya ke
depan. Sekian, dan terima kasih.
Yogyakarta, 7 Februari 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan
manusia sangatlah kompleks, mulai dari segi penghidupannya, kesehatan, hubungan
sosial dengan manusia lain dan makhluk lain, agama, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan
fundamental bagi keberlangsungan hidup manusia, karena sejak pertama manusia
lahir ke dunia, sudah diberikan pendidikan meskipun yang sangat sederhana,
misal berjalan, berlari, bermain berbicara dan lain sebagainya. Hal tersebut
merupakan sebagian kecil dari proses pendidikan yang kita terima dari kedua
orang tua. Pendidikan pertama manusia adalah berlangsung di kelurga, kemudian
ligkungan sekitar keluarga, dan sekolah yang merupakan salah satu pendidikan
formal.
Pendidikan
merupakan bagian dari suatu sistem. Sistem itu sendiri tentunya memiliki
masalah yang sangat luas, kompleks dan unik, baik pada tingkat makro maupun
pada tingkat mikro. Permasalahan dalam pendidikan bermacam-macam, mulai dari
sempit sampai yang luas, seperti permasalahan di dalam kelas, sekolah, sampai
dengan fungsi-fungsi pendidikan dan korelasinya dengan berbagai fenomena sosial.
Hal ini terjadi tidak hanya di jalur pendidikan formal saja, tetapi juga
informal dan nonformal. Selama manusia hidup di bumi ini pastilah membutuhkan
yang namanya pendidikan, selama itu pula permasalahan pendidikan tidak akan
pernah berakhir permasalahan pendidikan tidak hanya untuk dilihat, disimak dan
didengarkan, namun perlu adanya action untuk
memecahkan dan menyelesaikannya (Arifin, 2011: iii).
Adanya pemecahan
atau penyelesaian masalah dalam pendidikan tersebut diperlukan adanya
penelitian untuk mngetahui penyebab dan aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi
adanya permasalahan yang terjadi. Istilah penelitian berasal dari bahasa
Inggris yaitu research (re= kembali, dan search= mencari). Berdasarkan arti kata tersebut, research berarti mencari kembali yang
menunjukkan adanya proses berbentuk siklus bersusun dan berkesinambungan
(Arifin, 2011: 1). Lebih lanjut menurut kamus Webster’s New Interational dalam
Arifin (2011: 1), penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam
mencari fakta dan prinsip-prinsip, atau dapat diartikan pula suatu penyelidikan
yang sangat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai beikut:
1. Apakah
pengertian dari penelitian pendidikan?
2. Apa
yang dimaksud dengan plagiarisme?
3. Apakah
pengertian dari validitas dan reliabilitas dalam penelitian?
4. Apa
yang dimaksud dengan kajian teori?
5. Apa
saja jenis-jenis literatur dan contohnya yang biasa digunakan dalam penelitian?
C.
Tujuan Penulisan
Makalah
ini bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui:
1.
Pengertian dari penelitian
pendidikan
2.
Pengertian plagiarisme
3.
Pengertian validitas dan
reliabilitas
4.
Pengertian kajian teori
5.
Jenis-jenis literatur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian
Pendidikan
Penelitian
sangat erat hubungannya dengan metode ilmiah untuk kepentingan pengembangan
konsep atau teori dalam suatu ilmu. Fungsi penelitian tidak hanya untuk
kepentingan pengembangan konsep atau membangun teori keilmuan melainkan
berfungsi untuk kepentingan pemecahan masalah-masalah praktis dalam kehidupan.
Unsur-unsur penelitian antara lain: (a) bertitik tolak dalam suatu masalah, (b)
dilakukan secara ilmiah, (c) terdapat kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan penyimpulan data, (d) menggunakan pendekatan, metode, dan teknik
tertentu, dan (e) berfungsi untuk menjawab suatu permasalahan. Secara umum,
penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan menyimpulkan databerdasarkan pendekatan serta metode dan teknik
tertentu untuk menjawab suatu permasalahan. Demikian dengan penelitian
pendidikan yang dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah
melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyimpulan data berdasarkan
pendekatan dalam bidan pendidikan (Arifin, 2011).
Karakteristik
penelitian pendidikan, yaitu: (a) masalah berkaitan dengan bidang pendidikan,
(b) memiliki tujuan dan manfaat yang jelas, (c) mempunyai landasan teori
pendidikan yang kuat, (d) dilakukan secara ilmiah, (e) sengaja dibuat dan
direncanakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, (f) datanya berupa
faktual dan aktual, dan (g) dapat diulang untuk masalah yang sama namun
lokasinya yang berbeda. Sementara itu, menurut Mc Millan dan Schumacher
mengemukakan karakteristik penelitian pendidikan adalah objektivitas,
ketepatan, verifikasi, penjelasan, empirik, logis, dan kondisional (Arifin,
2011).
Tujuan umum
penelitian pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, konsep, prinsip, dan generalisasi tentang
pendidikan, baik berupa teori maupun praktik. Secara khusus, tujuan penelitian
pendidikan bergantung kepada permasalahan pendidikan. Secara umum, tujuan penelitian
dapat dibagi menjadi tiga (Arifin, 2011), yaitu:
1.
tujuan eksploratif,
yaitu untuk menemukan teori-teori atau masalah-masalah baru dalam bidang
pendidikan;
2.
tujuan pengembangan,
yaitu untuk mengembangkan ilmu pendidikan yang telah ada;
3.
tujuan verifikatif,
yaitu untuk menguji kebenaran dari suatu ilmu pendidikan yang telah ada.
B. Plagiarisme
Plagiarisme merupakan kata yang saat ini
hangat dibicarakan. Menurut buku yang ditulis oleh Belinda (2010: 291) dalam
Soelistyo (2011: 17), plagiarisme diartikam sebagai tindakan menjiplak ide,
gagasan atau karya orang lain untuk diakui sebagai karya diri sendiri atau
menjiplak hasil tulisan orang lain tanpa menuliskan sumbenya, sehingga
menimbulkan asumsi yang salah atau keliru mengenai asal muasal dari suatu ide,
gagasan, atau karya tersebut. Lebih lanjut menurut Belinda (2010: 302) dalam
Soelistyo (2011: 17), plagiarisme ini tidak membatasi pada bidang karya tulis
saja, namun dapat pula karya seni seperti arsitektur dan lain sebagainya.
Adapun pendapat menurut Goldstein (1997) dalam Soelistyo (2011: 17), plagiat
sebagai bentuk penjiplakan sehingga memiliki kaitan dengan hak cipta seseorang.
Menurutnya plagiat juga merupakan pelanggaran etika, bukan pelanggaran hukum.
Penanganannya juga bukan dari pengadilan, melainkan pejabat akademik yang
bersangkutan.
Plagiat juga merupakan bentuk pelanggaran hak moral,
dimana hak moral mewajibkan menuliskan sumber yang telah diambilnya (Soelistyo,
2011: 18). Selanjutnya penting sekali untuk kita dalam mempelajari jenis-jenis
plagiarisme itu sendiri yng dijelaskan oleh Belinda (2010: 298) sebagai
berikut:
1. Plagiarisme
Ide (plagiarism of idea)
Tipe plagiarisme ini relatif sukar
dibuktikan sebagai kegiatan plagiat. Plagiarisme yang sulit dibedakan dengan
ide, gagasan atau karya milik orang lain, karena dapat memiliki persamaan ide,
gagasan atau karya milik orang lain, sebagai contoh tentang cerita kehidupan
dalam pertelivisian yang memiliki alur yang sama. Hal tersebut memungkinkan terjadinya
persamaan ide cerita, sehingga sangat sulit ditentukan apakah karya tersebut
merupakan karya asli sendiri atau karya orang lain yang diakui sebagai karya
sendiri. Oleh karea itu, perlu bahan bukti yang cukup untuk memastikan
kepemilikan ide, gagasan atau karya tersebut. Salah satunya adalah dengan cara
mempertanyakan keuntungan apa yang didapatkan dengan meniru atau menjiplak kaya
orang lain. Namun, hal tersebut memang sulit dijadikan sebagai bukti
kebenaran. Plagiarisme ide sering
terjadi di Indonesia, sebagai contoh film, tari atau novel yang merupakan hasil
saduran atau gubahan dari karya tulis asing. Kegiatan tersebut sebenarnya sudah
dapat dikatakan sebagai plagiarisme ide, sejauh tidak dicantumkan rujukannya.
UU hak cipta didalamnya terdapat perlindungan terhadap karya-karya saduran atau
gubahan.
2. Plagiarisme
kata demi kata (word for word plagiarism)
Tipe plagiarisme ini mirip dengan slavish copy, yaitu mengutip karya orang
lain kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Pegutipan ini dilakukan sangat
detail, sehingga tanpa menghilangkan substansi yang ada di dalam karya yang
telah dikutip tersebut. Biasanya plagiarisme ini dilakukan pada karya puisi.
3. Plagiarisme
atas sumber (Plagiarism of source)
Plagiarisme
tipe ini menjelaskan tentang seseorang yang mengambil ide, gagasan atau karya
orang lain dengan tidak menuliskan secara lengkap nama penulisnya. Sehingga
dapat menimbulkan kerugian yang besar yang didapatkan oleh penulis tersebut,
sebab dimungkinkan adanya persamaan nama atau hal lain yang berkaitan, jika
tidak ditulis atau dicantumkan secara lengkap.
4. Plagiarisme
kepengarangan (plagiarism of authorship)
Plagiarisme
jenis ini merupakan plagiat yang dilakukan oleh seseorang yang telah mengaku
hasil karya orang lain sebagai hasil karya sendiri. Jadi segi plagiarisme ini
adalah pengakuan kepengarangan, misalnya buku hasil karangan orang lain diganti
nama pengarangnya menjadi diri sendiri, atau diganti sampul bukunya kemudian
diganti nama pengarang aslinya sebagai karanngan sendiri anpa ijin.
C.
Validitas dan Reliabilitas
Suatu
penelitian yang dilakukan oleh seseorang jika disajikan untuk umum atau hanya
untuk dirinya sendiri, tentunya perlu adanya aspek yang dapat membuat hasil
penelitian tersebut dipercaya oleh orang lain dalam bidang keilmuwan. Aspek
terseut adalah pengolahan data yang diperoleh dengan cara pengukuran.
Pengukuran yang sah harus memiliki dua ciri, antara lain validitas dan reliabilitas.
Validitas itu sendiri menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur. Sebaliknya, reliabilitas mangacu kepada sejauh mana
suatu alat pegukur secara ajeg atau konsisten mengukur apa saja yang diukurnya.
Hal tersebut penting dilakukan dalam
penelitian saat pengukuran data supaya dapat dyakini kebenarannya oleh orang
lain. Bukti tentang kevalidan dan kereliabilitasan dari suatu alat yang
digunakan dalam pengukuran suatu penelitian yang diteliti sangat penting dalam
penelitian pendidikan., karena umumnya penelitian yang dilakukan dalam
pendidikan itu dilaksanakan sehingga memperoleh hasil penelitian yang didapat
secara tidak langsung. Orang perlu mengetahui sejauh mana alat pengukur dalam
penelitian pendidikan atau bidang lain mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur secara tepat dan dapat diandalkan (Furchan, 2004: 293).
1.
Validitas
Sudah
disebutkan di awal, bahwasannya masalah validitas adalah mencakup sejauh mana
suatu alat mampu mengukur apa yang dianggapnya sesuai diukur dengan alat ukur
tersebut. Tidak semua penelitian menggunakan alat ukur yang sama, sehingga alat
ukur tertentu akan valid digunakan pada suatu pengukuran, tetapi dapat tidak
valid digunakan untuk mengukur penelitian yang lain. Dalam dunia pendidikan,
penelitian dilakukan dengan cara perolehan data dengan cara tidak langsung.
Sebagai contoh meneliti tingkat kecerdasan peserta didik, keefektifan suatu
metode pembelajaran, bakat yang dimiliki peserta didik, motivasi dan lain sebagainya.
Berbeda dengan penelitian ilmu pengetahuan murni, alat yang digunakan sudah
pasti, seperti dalam pengukuran panjang, tinggi dan berat. Para peneliti
mengembangkan cara yang tidak langsung tersebut dengan menyusun tugas-tugas,
tes atau skala yang digunakan dalam mengukur variable yang akan diteliti.
Klasifikasi
jenis validitas yang paling terkenal dikemukakan oleh komisi gabungan the
American Psychological Association, AERA, dan the National Council on
Measurement in education dalam Furchan (2004: 294), komisi ini membedakan tiga
jenis validitas, yakni validitas isi (Content Validity), validitas yang
dikaitkan dengan kriteria (Criterion-related Validity) dan validitas
bangunan-pengertian (Construct Validity). Ketiga jenis validitas ini mencakup
tujuan dasar penggunaan tes.
a. Validitas
isi
Validitas isi ini menunjuk pada sejauh
mana suatu instrumen yang digunakan dalam pengukuran sampel dapat mencerminkan
isi yang dikehendaki. Lebih jelasnya jika dilihat pada keadaan di kelas.
Seorang pendidik dalam meneliti kecerdasan peserta didiknya yaitu dengan menggunakan
cara yang paling ideal adalah melalui ujian, dimana soal-soal tersebut tidak
berasal dari seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik
tersebut. Cara tersebut merupaka cara yang salah, karena hal itu tidak mungkin
dilakukan mengingat waktu yang terbatas. Sehingga untuk memecahkan masalah
tersebut, pendidik menyusun soal dalam ujian dengan membuat soal yang berasal
dari sebagian materi-materi yang telah diajarkan. Peneliti harus memastikan
apakah butir-butir di dalam tes itu
mencerminkan pelajaran dan tujuan-tujuan seperti dinyatakan di dalam buku
pedoman kurikulum, silabus, dan buku-buku pelajaran. Untuk memperoleh evaluasi
eksternal dari validitas isi, penyusun tes hendaknya meminta sejumlah ahli
untuk memeriksa isi tes tersebut secara sistematis serta mengevaluasi
relevansinya degan universum yang sudah ditentukan (Furchan, 2004: 295).
b. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria
Validitas ini menunjuk pada hubungan
antara skor suatu instrumen pengukuran dengan suatu variabel kriteria dan
dipercaya dapat mengukur langsung tingkah laku atau ciri-ciri yang diselediki.
Misalnya, jika seseorang akan menyelidiki hubungan antara skor suatu tes bakat
skolastik dengan indeks prestasi (IP) di perguruan tinggi, maka hal tersebut
berarti menyelidiki validitas tes bakat yang dikaitkan dengan suatu kriteria,
yaitu IP. Seperti sesuai dengan nama validitasnya, validitas yang berkaitan
kriteria ini lebih memberi tekanan pada kriterianya, bukan pada instrument itu
sendiri. Hal yang terutama diperhatikan adalah apa yang dapat diramalkan oleh
instrumen tersebut, bukan isi tesnya. Berbeda sekali dengan validitas isi,
validitas yang dikaitkan dengan kriteria ini menggunakan teknik-teknik empiris
untuk menyelidiki hubungan kriteria skor instrument yang sedang dipersoalkan
dengan kriteria luar (Furchan, 2004: 297).
Adapun
Furchan (2004: 298) menjelaskan ciri yang harus dimiliki oleh suatu ukuran
kriteria ini, antara lain;
1)
Relevansi, kita harus
menilai apakah kriteria yang telah dipilih itu benar-benar menggambarkan
ciri-ciri yang tepat dari tingkah laku yang sedang diselediki, sebagai contoh
IP. IP dianggap sebagai ukuran keberhasilan yang relevan bagi seorang mahasiswa
diperguruan tinggi. Sehingga IP biasanya dipilih sebagai kriteria untuk
menetapkan validitas tes-tes bakat yang disusun untuk calon mahasiswa.
2)
Reliabel, bahwasannya
suatu kriteria harus dapat dipercaya. Kriteria tersebut merupakan ukuran yang
ajeg dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Apabila
kriteria itu tidak konsisten , maka orang pun tidak akan mengharapkan kriteria
tersebut dapat bertalian dengan suatu pemrediksi (predictor) secara konsisten
pula.
3)
Bebas dari bias,
maksudnya adalah pemberian skor pada suatu ukuran kriteria hendaknya tidak
dipenngaruhi oleh faktor-faktor selain penampilan sebenarnya pada kriteria itu.
Apabila kriteria itu adalah penilaian, maka untuk menghindarkan bias, harus
diberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang ciri-ciri yang harus dinilai dan
bagaimana penilaian itu dilakukan. Semakin obyektif prosedur penilaian, akan
semakin berkurang pulalah bias yang ada di dalam kriteria itu.
c.
Validitas bangunan-pengertian
Validitas
bangunan-pengertian ini mengukur seberapa jauh suatu tes itu mengukur sifat
atau bagunan-pengertian tertentu. Validitas ini adalah jenis validitas yang
penting bagi tes-tes yang digunakan untuk menilai kemampuan dan sifat kejiawaan
seseorang, sebagai contoh kecemasan, kecerdasan, motivasi, kemampuan
menalar, sikap, cara berpikir kritis,
bakat pemahamana bacaan dan konsep diri. Istilah banguan-pengertian dipakai
untuk menunjukkan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi yang
dapat menerangkan akibat-akibat yang dapat diamati. Bangunan pegertian
“kematangan sosial” dibangun untuk menerangkan pola tingkah laku yang diamati.
Kematangan sosial itu sendiri tidak dapat diukur secara langsung, namun banyak
tingkah laku yang kita yakini sebagai aspek dari bangunan pengertian ini dapat
dilukiskan dan diukur, serta jumlah ukuran ini dapat dijadikan ukuran tidak
langsung bagi bangunan pengertian abstrak “kematangan sosial” itu (Furchan,
2004: 301).
Hubungan
antara ketiga jenis validitas di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini
yang dijelaskan oleh Furchan (2004: 309), yakni misalkan ada seorang guru yang
akan memberikan pelajaran membaca dikelas satu. Guru harus menetapkan universum
isi yang akan dimasukkan ke dalam tes, khususnya buku pelajaran, bahan bacaan,
proses pembelajaran di dalam kelas dan proses pembelajaran di luar kelas.
Sampel dari universum ini akan dipilih sedemikian rupa sehingga tes tersebut
akan terdiri atas sampel-sampel yang mencerminkan semua isi dan tujuan
pembelajaran. Guru-guru yang lain akan diminta untuk menilai kecukupan isi tes
tersebut. Demikian adalah validitas yang dikaitkan dengan validitas isi.
Selanjutnya dengan validitas yang berkaitan dengan kriteria adalah skor tes tersebut
akan dikorelasikan dengan penampilan peserta didik pada suatu kriteria.
Artinya, suatu studi lanjutan akan dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi
antara skor tes ini dengan hasil belajar membaca di kelas dua. Apabila ada
korelasi yang tinggi, maka tes membaca tersebut berarti mempunyai validitas
untuk meramalkan hasil membaca di kelas dua. Skor tes tersebut juga dapat diakumulasikan
dengan skor tes yang baku dengan penilaian hasil belajar membaca. Untuk validitas bangun pengertian, guru
tersebut menetapkan dasar pemikiran bagi tes itu. Isi tes tersebut harus
mencerminkan hipotesis tertentu tentang sifat-sifat kemampuan membaca dan suatu
usaha akan dilakukan untuk menetapkan apakah hipotesis ini didukung oleh hasil
tes peserta didik atau tidak. Perbedaan penampilan antara peserta didik yang
nilainya tinggi dengan yang nilainya rendah akan dipelajari, dan suatu usaha akan
dilakukan untuk menetapkan apakah hasil tes itu bertalian dengan teori
pengajaran membaca atau tidak, demikian seterusnya.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas
suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat yang digunakan untuk mengukur
apa saja yang diukurnya. Ahli ilmu dan pendidik harus memperhatikan keajegan
alat pengukur yang dipakainya ketika ia berusaha mengukur ciri-ciri yang
kompleks, seperti kecerdasan, hasil belajar, motivasi, kegelisahan dan
sebagainya. Peneliti tidak akan menganggap suatu tes kecerdasan berharga jika
tes tersebut memberikan hasil yang jauh berbeda setiap kali digunakan pada
subyek yang sama. Pemakaian alat pengukur semacam itu harus menetapkan dan
menggunakan teknik-teknik yang dapat membantunya menentukan seberapa jauh alat
ukur tersebut ajeg dan dapat dipercaya.
Lebih lanjut
menurut Furchan (2004:311) terdapat dua teori reliabilitas, yakni:
a.
Kesalahan acak
pengukuran
Kesalahan
acak menunjuk kepada kesalahan yang merupakan akibat dari faktor kebetulan
murni. Sebagai contoh, peserta didik yang di tes untuk melemparkan lembing tiga
hari berturut-turut, akan memperoleh hasil pengukuran yang berbeda, tidak
mungkin akan sama. Paling tidak selisih sedikit saja, sehingga hasil lemparan
dari satu hari dan hari berikutnya tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur
kekuatan peserta didik tersebut dalam melempar.
b.
Kesalahan sistematis
pengukuran
Kesalahan
ini merupakan kesalahan karena cara pengambilan data yang dilakukan tidak sama
antara satu orang dengan orang lain yang diukur. Sebagai contoh, jika guru olah
raga mengambil nilai ujian praktik peserta didik dalam menservis bola voli.
Waktu saat dilaksanakan ujian ini hujan dan peserta didik melakukan ujian
praktik sesuai urut absen. Hal ini menyebabkan peserta didik dengan nomor absen
awal akan mendapatkan keadaan bola yang masih cukup baik, sehingga nilai yang
diperoleh juga cukup bagus. Sebaliknya, untuk peserta didik dengan nomor absen
terakhir, dimana bola sudah dalam keadaan berat karena basah, maka nilai
lemparan atau servis yang diperoleh sangat kecil, diakibatkan bola yang berat
tersebut, oleh karena itu lemparan tidak bisa maksimal.
D.
Kajian teori
Kajian
teori merupakan salah satu bagian dari suatu karya ilmiah baik penelitian
maupun non-penelitian. Kajian teori ini dapat ditemukan pada makalah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya. Nama lain kajian
teori yaitu sering disebut sebagai landasan teori, kajian pustaka atau dasar
teori dalam karya-karya ilmiah. Aspek-aspek yang terdapat didalamnya antara
lain, pemaparan teori-teori, konsep, asumsi dan generalisasi yang akan
digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah tersebut dalam penelitian yang
dibahasnya (Tim Penyusun, 2009: ).
Hal ini digunakan sebagai patokan
atau acuan dalam memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis. Bertujuan pula sebagai referensi untuk menyusun instrumen
penelitian, memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang diteliti. Serta membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan
untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Secara lengkap, Iskandar (2008:50) mejelaskan manfaat
yang diperoleh dari kajian literatur adalah:
a.
Mengenali teori-teori dasar dan
konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli terdahulu tentang relevan dengan
variabel-variabel yang diteliti.
b.
Mengikuti perkembangan dalam
penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
c.
Memanfaatkan data sekunder
d.
Menghindarkan duplikasi.
e.
Penelusuran dan penelaahan
literatur yang relevan dengan masalah penelitian untuk mengungkapkan buah
pikiran secara sistematis, kritis dan analitis.
Adapun fungsi kajian literatur lebih
lanjut menurut Iskandar (2008: 51) sebagai berikut:
a.
Literatur meningkatkan
pemahaman peneliti tentang teori-teori yang relevan terhadap masalah yang
diteliti.
b.
Kajian literatur tentang teori
berfungsi untuk menjelaskan, membedakan, meramal dan mengendalikan suatu
fenomena-fenomena atau suatu gejala-gejala yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
c.
Kajian literatur dapat
menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
d.
Kajian literatur menguraikan
teori-teori, temuan-temuan peneliti terdahulu dan bahan penelitian lainnya yang
diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang
diusulkan.
e.
Kajian literatur membantu
peneliti untuk menjelaskan latar belakang masalah yang diteliti.
f.
Kajian literatur meningkatkan
keyakinan dan motivasi bagi peneliti. Penguasaan teori yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, dapat mendukung keyakinan akan pengetahuan peneliti
untuk termotivasi melakukan penelitian sampai menemukan hasil penelitian.
g.
Kajian literatur dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman peneliti secara mendalam dalam disiplin ilmu
yang diteliti.
h.
Kajian literatur dapat peneliti
gunakan untuk menyusun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian.
i.
Kajian literatur mengacu kepada
daftar pustaka
E.
Literatur
Informasi merupakan segala sesuatu yang dapat
mengurangi adanya ketidakpastian atau ketidaktentuan, karena itu dapat pula
mengurangi jumlah kemungkinan dalam satu situasi. Suatu sistem informasi
terkandung unsur-unsur pemberi, pengelola, serta penerima informasi. Pemberi
atau sumber informasi terdiri dari manusia, literatur, perpustakaan, jasa
informasi, dan jasa penelusuran aktif. Literatur atau kepustakaan merupakan
salah satu sumber informasi yang diperoleh melalui publikasi media cetak yang
terbaca dengan jelas (Haryanto dkk., 2000).
Sumber informasi literatur dapat dibagi
menjadi tiga jenis, (Djatin, 1996) yaitu:
1. Sumber
informasi literatur primer
Literatur
primer adalah suatu karya tulis yang memuat kajian mengenai sebuah teori baru
atau penjelasan suatu gagasan dalam berbagai bidang. Penggunaan informasi
membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai suatu topik dengan menggunakan
langsung sumber informasi primer, seperti majalah ilmiah, buku teks, buku-buku
lain untuk bidang khusus, patend an standar.
2.
Sumber informasi
literatur sekunder
Literatur sekunder ini memuat informasi
dari literatur primer. Memulai judul-judul publikasi atau karya tulis, banyak
diantaranya dilengkapi dengan abstrak, seperti majalah abstrak, majalah indeks,
pangkalan data dan katalog perpustakaan.
3.
Sumber informasi
literatur tersier
Sumber tersier memuat
daftar terbitan dari publikasi yang dimuat dalam sumber primer dan sekunder
dengan penjelasan masing-masing sumber tersebut dengan lengkap. Banyak sumber
informasi tersier diterbitkan dalam bidang-bidang khusus, seperti:
a.
Sumber informasi bagi
Insinyur Indonesia,
b.
sumber informasi bidang
bioteknologi.
Secara
umum, literatur yang biasanya dipakai untuk sumber informasi sebuat penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Buku
Buku
adalah penyebarluasan informasi dalam bentuk cetak. Buku-buku tidak melaporkan
secara langsung penelitian atau pengembangan baru, penerbitannya begitu lambat
dan informasi yang dimuat begitu khusus yang mungkin diminati oleh banyak
pembaca (Djatin, 1996).
2.
Jurnal
Menurut
Djatin (1996) Penelitan baru yang tidak dirahasiakan untuk tujuan komersial
atau pertahanan hampir selalu diterbitkan dalam bentuk artikel atau makalah
dalam jurnal. Hasil penelitian yang sangat umum seluruh bidang ilmu pengetahuan
samapi bidang yang sangat khusus atau lebih spesifik. Beberapa jurnal
diterbitkan oleh:
a.
kalangan lembaga
pendidikan dan organisasi profesi
b.
lembaga penelitian dan
pengembangan suatu departemen dan non departemen
c.
penerbitan universitas
d.
penerbit komersial
3.
Artikel
Artikel
adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi (berdasarkan data dan fakta) dan
diberi sedikit analisis serta pendapat oleh penulisnya. Artikel biasanya hanya
menyangkut satu pokok permasalahan dengan sudut pandang dari satu disiplin ilmu.
Teknik yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah deduktif-induktif
ataupun induktif-deduktif (Rahardi, 2006).
4.
Monograf
Monograf
adalah buku yang ringkas, kurang lenih 150 halaman, dan pada dasarnya buku yang
membahas satu pokok bahasan. Monograf sering diterbitkan oleh media pendidikan
karena nilai komersilnya kecil (Djatin 1996), sedangkan menurut Indriyati
(2006) Monograf adalah karya asli menyeluruh dari suatu masalah. Monograf ini
dapat berupa tesis ataupun disertasi.
5.
Internet
Internet
adalah satu istilah yang digunakan untuk menjelaskan koleksi jaringan komputer
nasional dan internasional yang membentuk jaringan global dan luas untuk
komunikasi berbasis computer. Internet menyediakan beberapa fasilitas layanan
yang bias dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi, promosi dagang, dan
penelusuran informasi. Beberapa informasi yang ditawarkan antara lain adalah
sebagai berikut (Djatin, 1996):
a.
Surat elektronik atau e-mail
Fasilitas e-mail dapat
dipakai untuk mengirim satu pesan ke banyak pemakai yang berlokasi di banyak
tempat. E-mail juga dapat digunakan untuk mengirim pesan yang berupa suara,
teks, video dan grafis. Agar seseorang dapat dapat menerima pesan maka harus
mempunyai kotak pos (mailbox) untuk
menampung pesan-pesan tersebut. Kotak pos ini sama dengan boks surat di Kantor
Pos, hanya saja kotak pos bisa membaca pesan-pesan yang masuk dan juga
menghapusnya bila sudah tidak diperlukan.
b.
Kelompok diskusi
Fasilitas kelompok
diskusi memungkinkan banyak orang bisa menerima pesan-pesan. Kelompok diskusi
ini mendistribusikan pesan kepada pelanggan dari kelompok ini. Daftar pelanggan
bisa sekelompok orang dengan profesi yang sama atau minat yang sama. Sekali
menjadi anggota pelanggan, maka secara otomatis akan menerima pesan-pesan yang
dikirimkan. Dengan kelompok diskusi ini dapat dilakukan untuk berdiskusi,
ceramah, seminar, konferensi secara elektronik tanpa terikat pada dimensi ruang
dan waktu.
c.
Bulletin
Boards Services
Bulletin Boards Services
member fasilitas kepada pemakai untuk membaca catatan yang dibuat orang lain,
seperti:
Ø memilih
kelompok diskusi mengenai suatu topik tertentu
Ø secara
berkala memeriksa berita baru yang ada
Ø mengirimkan
informasi untuk dibaca anggota lainnya
Ø mengirimkan
catatan untuk menjawab pertanyaan yang ditulis
orang lain.
Ø Jurnal
elektronik, Jurnal elektronik memberikan informasi mengenai penelitian terbaru
yang diminati. Jurnal elektronik mempunyai fungsi yang sama dengan jurnal
tercetak, seperti penyebaran informasi dari sumber pertama. Keuntungan jurnal
elektronik adalah informasi yang disediakan lebih cepat dengan menggunakan cara
elektronik daripada dalam bentuk cetaknya.
d.
Teks elektronik
Fasilitas
teks elektronik memungkinkan buku dapat didistribusika secara elektronik secara
cuma-cuma. Di Amerika Serikat sekitar 6 juta dolar digunakan untuk
mengembangkan perpustakaan elektronik dalam banyak bidang seperti bidang ilmu
dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang
ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, dan menyimpulkan data berdasarkan
pendekatan serta metode dan teknik tertentu untuk menjawab suatu permasalahan.
Demikian dengan penelitian pendidikan yang dapat diartikan sebagai suatu proses
penyelidikan ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyimpulan
data berdasarkan pendekatan dalam bidang pendidikan. Tujuan umum penelitian
pendidikan adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, konsep, prinsip, dan generalisasi tentang pendidikan, baik berupa
teori maupun praktik. Kegiatan penelitian merupakan hasil ide atau gagasan
seseorang yang bukan berasal dari orang lain. Hal tersebut disebut plagiat. Plagiarisme
diartikam sebagai tindakan menjiplak ide, gagasan atau karya orang lain untuk
diakui sebagai karya diri sendiri atau menjiplak hasil tulisan orang lain tanpa
menuliskan sumbenya, sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau keliru
mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan, atau karya tersebut.
Penelitian diperlukan adanya pengukuran. Ada dua
pengukuran dalam penelitian yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas adalah menunjuk
kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sebaliknya, reliabilitas mangacu kepada sejauh mana suatu alat pegukur secara
ajeg atau konsisten mengukur apa saja yang diukurnya.
Penelitian yang dilakukan tentunya perlu ditunjang
suatu informasi. Informasi merupakan segala sesuatu yang dapat mengurangi
adanya ketidakpastian atau ketidaktentuan, karena itu dapat pula mengurangi
jumlah kemungkinan dalam satu situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djatin,
Jusni. (1996). Penelusuran Literatur.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Furchan,
Arief. (2004). Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haryanto,
Ruslijanto, H., & Mulyono, D. (2000).
Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Bahan Ajar untuk Mahasiswa.
Jakarta: EGC.
Indriati,
Etty. (2006). Menulis Karya Ilmiah:
Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Iskandar. (2008). Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta:
Gaung Persada Press.
Pendit,
Brahm U. (2000). Penulisan dan Penerbitan
Buku. Jakarta: EGC.
Rahardi. 2006. Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature dan Esai. Jakarta: PT
Kawan Pustaka.
Soelistyo,
Henry. (2011). Plagiarisme: Pelanggaran
Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Kanisius.
Tim
Penyusun. (2009). Pedoman Penulisan
Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
0 komentar:
Posting Komentar