Skala sikap (Attitude
Scales)
Sikap
adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman,
perasaan dan tindakan atau tingkah laku ke arah positif maupun negatif terhadap
suatu objek. Definisi tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi,
afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman maupun keyakinan
tentang objek, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek dan
konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan
dengan objek (Widyoko, 2012: 115).
Ada
beberapa bentuk skala sikap, antara lain: skala Linkert, skala Thurstone, skala
Guttman dan semantic differential.
a.
Skala
Linkert
Prinsip pokok
skala Linkert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum
sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat
positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan
seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.
Skala Linkert
menggunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan
skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu
pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan. Contoh
pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
R = ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
(Widyoko, 2012: 115)
b.
Skala
Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala mirip descriptive graphic rating
scale karena merupakan suatu instrumen yang responsnya dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinum baris. Pada descriptive graphic rating,
skala terdiri dari 5 tingkatan, sedangkan pada skala Thurstone jumlah skala
yang digunakan berkisar antara 7 sampai 11 (Widyoko, 2012: 117).
c.
Skala Guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang
sesuatu objek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya
tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan
pernyataan pada nomor urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan
pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
Contoh:
1. Saya
mengizinkan adik saya bermain ke tetangga.
2. Saya
mengizinkan adik saya pergi ke mana ia mau.
3. Saya
mengizinkan adik saya pergi kapan saja dan ke mana saja.
4. Adik
saya bebas pergi ke mana saja tanpa minta izin terlebih dahulu.
Bila responden setuju dengan petnyataan nomor 3
misalnya, maka dianggap setuju dengan pernyataan nomor 1 dan 2 serta tidak
setuju dengan pernyataan nomor 4 (Widyoko,
2012: 118).
d.
Semantic Differential
Instrument yang disusun oleh Osg Ood dan kawan-kawan
ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi – dimensi yang ada diukur
dalam kategori : menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik,
kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya (Widyoko, 2012: 118).
Sumber: Widyoko Eko Putro. 2012. Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
0 komentar:
Posting Komentar