Nama lengkap dari Rabi’ah
al-Adawiyah adalah Ummu al-Khair bin Ismail al- Adwiyah al-Bashriyah al- Qaisiyah. Ia lahir di Basrah,
Iraq diperkirakan pada tahun 95 H dari golongan suku Atiq dan memiliki tiga
saudara putri. Hal inilah yang menyebabkan dia diberi nama Rabiah, yang berarti
putri keempat.
Pada masa kecilnya, Rabiah merupakan seorang
anak yang cerdik, lincah, takwa dan taat. Selain itu, ia juga memiliki keistimewaan
tersendiri, yaitu mampu menghafal al-qur’an disaat usianya masih 10 tahun.
Ketika remaja, Rabiah pernah menjadi seorang budak yang disebabkan oleh
kematian kedua orangtuanya sehingga ia pergi berkelana dan jatuh ke tangan
perampok sehingga ia dijual sebagai budak. Dalam perjalanan selanjutnya,
kehidupan sufi telah menjadi pilihannya. Rabi’ah menepati janjinya pada Allah
untuk selalu beribadah kepadaNya sampai menemui ajalnya. Ia selalu malakukan
shalat tahajjud sepanjang malam hingga fajar tiba. Rabi’ah tidak tergoda
kehidupan duniawi, hatinya hanya tertuju pada Allah, ia tenggelam dalam kecintaannya
pada Allah SWT dan beramal demi keridhaanNya.
Rabi’ah telah
menempuh jalan kehidupannya sendiri dengan memilih hidup zuhud dan hanya
beribadah kepada Allah. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah, walaupun ia
seorang yang cantik dan menarik. Rabi’ah selalu menolak lamaran lelaki yang
meminangnya. Pangkat, derajat, dan kekayaan tidak mampu memalingkan cinta pada
kekasihnya Allah SWT. Pada usia 90 tahun, Rabiah meninggal dunia dan dimakamkan
di kota kelahirannya.
Pada masa itu,
yang berkuasa di Basrah adalah Bani Umayyah. Hidup mewah mulai meracuni
masyarakat terutama di kalangan istana. Melihat kondisi demikian, kaum muslimin
yang saleh merasa berkewajiban untuk menyerukan pada masyarakat untuk hidup
zuhud, sederhana, saleh dan tidak tenggelam dalam kemewahan. Sejak saat itu,
kehidupan zuhud mulai menyebar luas di kalangan masyarakat.
Menurut at-Taftazani, karakteristik asketisme
(zuhud) islam pada abad pertama dan kedua hijriah adalah sebagai berikut:
1.
Asketisisme ini didasarkan ide menjauhi hal-hal
dunia demi meraih pahala akhirat dan memelihara diri dari azab neraka.
2.
Asketisisme ini bercorak praktis dan para
pendirinya tidak menaruh pendirian untuk menyusun prinsip-prinsip teoritis atas
asketisismenya itu.
3.
Motivasi asketisisme ini adalah rasa takut yang
muncul dari landasan amal keagamaan yang sungguh-sungguh.
Dalam kehidupan
sufi Rabiah al-Adawiyah, tedapat 3 ekspresi agama yaitu: ekspresi
verbal, ekspresi grafis, dan ekspresi motoris. Dari ketiga ekspresi tersebut,
hanya ekspresi verbal dan motoris saja yang dilakukan oleh Rabiah al-Adawiyah.
sumber:
Nurbakhsh, Javad.
1995. Wanita-Wanita Sufi. Bandung: Mizan
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu
Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^