URGENSI TASAWUF
DALAM KEHIDUPAN MODERN
Islam adalah agama yang didirikan
diatas tiga pilar utama, yaitu: Islam jika memandang pada amal perbuatan, iman
jika memandang pada aqidah yang mengerakkan, dan Ihsan jika memandang pada
kesempurnaan realisasi dan tujuan dari perpaduan iman dan amal perbuatan.
Ketida pilar ini dalam terminologinya bisa jadi mengalami perubahan, termasuk
yang paling terkenal yaitu terminology fiqh, Tauhied dan Tasawuf. Akan tetapi
sepanjang sejarahnya umat Islam senantiasa berusaha menerapkan ketiga pilar
tersebut. Generasi awal Islam adalah mereka yang menyatukan antara keluasan
ilmu pengetahuan dan kedekatan diri dengan Allah SWT. Kemudian dari mereka,
lahirlah generasi-generasi yang mempunyai kecintaan hati kepada Allah sekaligus
ilmu yang dapat menerangi jalan mereka menuju Allah. Mereka adalah ilmuwan (Ulama/Alim)
sekaligus pendidik (Murabbun/murabby) dalam waktu yang bersamaan.
Dari sana, terjadi
perkembangan yang besar dalam ilmu-ilmu keislaman secara umum, dimulai dengan
munculnya lembaga-lembaga pendidikan diantaranya dalam bentuk
madrasah-madrasah, pesantren-pesantren dan universitas-universitas yang
memperhatikan ilmu-ilmu keislaman. Akan tetapi, sekarang lembaga-lembaga
pendidikan tersebut mengalami kemunduran karena mengesampingkan pilar Ihsan
atau yang disebut sebagai tasawwuf. Penyebabnya adalah pemisahan antara
pengajaran praktis dengan (fungsi) guru dan pendidik, yaitu dengan semakin
sulitnya ditemukan guru pendidik sekaligus bisa menjadi teladan moral
sebagaimana ulama salaf dahulu.
Makna Tasawwuf
Tasawwuf mempunyai dua makna:
makna pertama lebih ditekankan pada usaha mensucikan jiwa, dan
bersunggu-sungguh dalam mematuhi Allah dan meneladani Rasulallah SAW. hingga
jiwa menjadi bersih dan memantulkan haqiqat dan rahasia ketuhanan.
Inilah yang disebut sebagai Ilmu Muamalah dalam menempuh jalan kepada Allah,
yaitu dengan memperbaiki dan membingbing hati, memurnikannya untuk Allah dari
selain Allah. Tasawuf, dalam makna ini, harus bersumber dari sumber yang suci
dan berpijak pada kaidah syariah yang benar. Sebagaimana yang disebutkan oleh
seorang tokoh besar Sufi Syekh al Junaid: "Ilmu kita ini terikat dengan
Kitab dan Sunnah…."
Makna kedua adalah dzauq dan
perasaan hati, atau hasil-hasil kasyaf yang dialami dan dirasakan oleh para salik(penempuh
jalan Allah). Makna yang kedua ini adalah husus untuk para pelakunya, tidak
bisa diungkapkan atau ditulis atau diisyaratkan, tidak pula dapat dijadikan
sebagai hukum syari'at atau argumentasi hukum, juga tidak mungkin dikatakan
dalam ungkapan dan bahasa apapun, karena merupakan perasaan hati yang tidak
mungkin dapat diuraikan dengan kata-kata. Pada makna yang kedua ini, sebagian
guru sufi mengisyaratkan: "perngetahuan kita tentang ini hanyalah
isyarat." Inilah yang disebut dengan Ilmu Mukasyafah, yaitu cahaya yang
terpancar dari hati dalam pencapaian pada penyatuan dengan Tuhan Semesta Alam.
Bagi seseorang, hendaknya menjalankan tasawuf dengan makna yang pertama,
sehingga dapat diraih rahasia makna yang kedua.
Kenapa harus Tasawuf
Islam adalah agama yang
menjungjung tinggi peranan akal dan membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran
baru, serta mendorong intraksi praksis maupun teoritis terhadap fenomena
alam. Pada saat yang sama, islam juga menekankan pada keterjagaan
hati dan ketulusan rasa dan menjadikan iman sebagai ruh penggerak bagi hati
yang dinaungi cinta dan kebaikan sekaligus ditandai dengan kebenaran. Islam
bukanlah teori-teori praksis dan ekonomis belaka yang terlepas dari bimbingan
ketuhanan. Ia adalah sikap hati yang terbuka lapang, dimana cahaya cinta
bersinar dari seluruh dingding-dingdingnya. Hati yang sangat terikat dengan
Tuhan yang menciptakannya, senantiasa mencari jejak Sang Pencipta di alam raya
ini.
Sebenarnya tidak ada pemisahan
antara pemikiran yang tercerahkan dan sikap hati yang terpuji. Validitas
pemikiran seyogyanya berjalan seiring dengan validitas tindakan dan sikap. Akan
tetapi dalam prakteknya konsep yang sudah menjadi aksioma ini sering
terkendala. Tasawuf adalah solusinya. Karena Tasawuf menjawab secara tuntas
pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana kita menumbuhkan rasa akan keagungan
Allah dan sikap khusuk terhadap-Nya? Bagamana kita dapat menghayati keimanan
kita sehingga tidak hanya mengambang di permukaan akan tetapi menjadi landasan
bertindak dan bersikap? Bagamana mentranformasikan ma’rifat akan Allah untuk
mendorong tumbuhnya karakter dan sikap terpuji? Bagaimana seseorang bisa
mencintai Allah sehingga secara naluriah akan senantiasa mematuhi dan mencari
keridhaan-Nya? Menjadikan kecintaannya kepada Allah sebagai
penggerak yang secara otomatis menjauhkan dirinya dari perbuatan maksiat dan
durhaka? Dan bagaimana agar seseorang dapat memandang penampakan-penampaka
Allah dalam semua ciptaanNya, menyaksikan nama-nama Allah yang baik dalam
setiap diam dan gerakan kapan dan dimanapun saja?
Bagaimana Bertasawuf
Tasawuf adalah program pendidikan
yang focus pada penyucian jiwa dari segala penyakit yang menghalangi manusia
dari Allah SWT. sekaligus meluruskan penyimpangan-penyimpangan kejiwaan dan
tindakan dalam masalah yang berkaitan dengan hubungan seorang hamaba denga
Tuhannya, dengan dirinya dan dengan orang lain. Ia adalah metode
pendidikan ruhani dan praksis untuk mengangkat seseorang ke tingkat ihsan yang
dijelaskan oleh Nabi SAW. sebagai; “hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya, kalau kamu tidak melihat-Nya maka Allah sesungguhnya melihat
dirimu.”
Oleh karena itu, orang yang hendak
mempelajari tasawuf harus mengambil ilmu ini dari sumbernya yang dipercaya.
Dibawah bimbingan seorang guru, menghirup apa yang sang guru hirup, dan melalui
tahapan-tahapan yang sang Guru lalui. Syekh Ata’illah al Iskandari
berkata: “Orang yang hendak mencari tahu, dan menempuh jalan petunjuk,
seyogyanya mencari guru dari kalangan ahli dalam bidang ini, yang telah
menempuh jalan petunjuk, dan senatiasa meninggalkan hawa nafsunya, serta
mempunyai pijakan yang kuat dalam menghambakan diri kepada Tuhannya. Kalau
ketemu, maka hendaklah mematuhi apa yang sang guru perintahkan dan menghindari
dari apa yang sang guru larang.”
0 komentar:
Posting Komentar