Kata
“tarekat” berasal dari bahasa Arab yaitu “thariqah” yang berarti jalan,
keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Jadi, tarekat adalah jalan yang
ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari
syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq.
Di dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada
aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan
bukan pula terhadap kelompok menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat,
tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam, seperti
shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau
cara mendekatkan diri kepada Allah.
Tasawuf itu adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian
rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri biasanya dilakukan di
bawah bimbingan seorang guru/syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh
untuk mendekatkan diri kepada Allah itu merupakan hakikat tarekat yang
sebenarnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang
ditempuh seorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini
menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa
variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada
muridnya.
Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarekat yang
bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu
sendiri. Semakin luas tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat
mempelajarinya. Untuk itu, mereka menemui orang yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dalam pengalaman tasawuf yang dapat menuntun mereka.
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang
mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun,
Dr. Kamil Musthafa Asy-Syibi dalam tesisnya tentang gerakan tasawuf dan gerakan
Syiah mengungkapkan, tokoh pertama yang memperkenalkan sistem thariqah
(tarekat) adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di Baghdad, Sayyid Ahmad
Ar-Rifa’I di Mesir dan Jalal Ad-Din Ar-Rumi di Parsi.
Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan
taswuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunia Islam,
tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut
sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan
ajaran-ajaran tasawuf gurunya.
Banyak sekali aliran-aliran tarekat yang terdapat dalam dunia
Islam, seperti tarekat Qadiriyah, Syadziliyah, Naqsabandiyah, Yasafiyah dan
Khawajagawiyah, Khalwatiyah, Syatariyah, Rifa’iyah, Qadiriyah wa Naqsabandiyah,
Sammaniyah, Tijaniyah, Chistiyah, Mawlawiyah,Ni’matullahi, dan Sanusiyah.
1.
Tarekat
Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang
diambil dari nama pendirinya, Abd Al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan
sebutan Syekh ‘Abd Qadir Al-Jailani atau quthb al-awliya’. Tarekat ini
menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena
tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal
munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Meskipun struktur organisasinya
baru muncul beberapa dekade setelah kewafatannya, semasa hidupnya sang syekh
telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran dan sikap umat Islam.
Ia dipandang sebagai sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahan spiritual.
Tarekat yang tergolong kepada group
Qadiriyah ini cukup banyak dan tersebar ke seluruh negeri Islam. Tarekat
Faridiyah di Mesir yang dinisbatkan kepada Umar bin Al-Farid (1234 M) yang
kemudian mengilhami tarekat Sanusiyah (Muhammad bin Ali Al-Sanusi, 1787-1859 M)
melalui tarekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris) di Afrika Utara merupakan grup
Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) yang
kemudian dikenal dengan tarekat Al-Ghawthiyah atau A -Mi’rajiyah dan di Turki
dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631 M).
Diantara praktik tarekat Qadiriyah
adalah dzikir (terutama melantunkan asma Allah berulang-ulang). Dalam
pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada dzikir
yang terdiri atas satu, dua, tiga, dan empat. Dzikir dengan satu melalui
tarikan napas panjang yang kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi, diikuti
penekanan dari jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga napas
kembali normal. Hal ini harus diulang secara konsisten untuk waktu yang lama.
2.
Tarekat
Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat
dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yakni Abu-Al Hasan Asy-Syadzili
(539/1196-656/1258). Selanjutnya, nama tarekat ini dinisbahkan kepada namanya
Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat
lainnya. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar dunia muslim. Ia diwakili
di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta
berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada tahun
1985.
3.
Tarekat
Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah, yang
didirikan olrh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (w. 1389 M)
di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar
kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Ciri menonjol
dari tarekat ini adalah sebagai berikut:
·
Mengikuti
syariat sangat ketat
·
Keseriusan
dalam ibadah, sehingga menolak terhadap musik dan tari
·
Lebih
menyukai berdzikir dalam hati
4.
Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (w. 562 H / 1169
M), dan Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (w. 617 H /1220 M).
5.
Tarekat Khalwatiyah
Didirikan oleh Umar Al-Khalwati (w. 1397 M).
berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.
6.
Tarekat Syatariyah
Didirikan oleh Abdulah bin Syattar (w. 1485)
dari India.
7.
Tarekat Rifa’iyah
Didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’I
(1106-1182). Tarekat Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan
sufisme.
8.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
Didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang
bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad-19. Tarekat ini merupakan
yang paling berpengaruh dan tersebar meluas di jawa saat ini.
9.
Tarekat Sammaniyah
Didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd Al-Karim
Al-Madani Asy-Syafi’I As-Samman (1130-1189/1718-1775)
10.
Tarekat Tijaniyah
Didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad
At-Tijani (1150-1230 H/1737-1815 M) yang lahir di ‘Ain Madi, Aljazair Selatan
dan meninggal di Fez, Maroko, dalam usia 80 tahun.
11.
Tarekat Chistiyah
Didirikan oleh Khawajah Mu’in Ad-Din Hasan,
yang lebih poopuler dengan panggilan Mu’in Ad-Din Chisti di India.
12.
Tarekat
Mawlawiyah
Nama Mawliyah berasal dari kata
“mawlana” yang berarti guru kami, maksudnya yaitu gelar yang diberikan oleh
muruid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi, yang merupakan pendiri
tarekat ini. Walaupun tidak terlalu besar dibandingkan tarekat yang lain,
tarekat ini masih ada di akhir-akhir sekarang.
13.
Tarekat Ni’matullahi
Didirikan oleh Syekh Ni’matullah Wali (lahir
sekitar 1329 M).
14.
Tarekat Sanusiyah
Didirikan oleh Sayyid Muhammad bin ‘Ali
As-Sanusi yang biasa di panggil dengan “Sanusi Agung” (Lahir menurut satu versi
22 Desember 1787).
Dalam
perkembangannya, tarekat-tarekat tidak hanya memusatkan perhatiannya kepada
tasawuf ajaran-ajaran gurunya saja, akan tetapi juga mengikuti kegiatan
politik. Tarekat mulai mempengaruhi dunia Islam sejak abad ke-13, dimana
kedudukan tarekat pada saat itu sama hal nya dengan partai politik, bahkan
banyak juga tentara yang menjadi anggota tarekat. Tarekat-tarekat keagamaan
meluaskan pengaruh dan organisasinya ke seluruh pelosok negeri hingga mampu
berkembang sangat pesat. Akan tetapi, pada saat itu telah terjadi
penyelewengan, salah satunya adalah paham wasilah, yaitu paham yang menjelaskan
bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamatkan langsung kepada Allah,
tetapi harus melalui guru, guru ke gurunya, demikian terus sampai kepada syekh,
baru bisa bertemu atau berhubungan dengan Allah.
Pada abad ke-19 timbul pemikiran
yang negatif terhadap tarekat dan tasawuf, dimana banyak orang yang menentang
dan meninggalkan tarekat/tasawuf. Banyak pengamat yang menyatakan bahwa pada
era modern, tarekat secara efektif telah berakhir. Namun berlainan dengan
oposisi dan prediksi-prediksi tersebut, tarekat-tarekat sufi justru semakin
kuat secara menakjubkan di sebagian besar dunia Islam serta dalam komunitas
muslim tempat mereka menjadi minoritas. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini perhatian
kepada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialism.
Orang-orang barat melihat bahwa materialism itu memerlukan sesuatu yang
bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali
memperhatikan tasawuf.
Daftar Pustaka
M. Solihin dan
Rosihin Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
0 komentar:
Posting Komentar